Penulis: Marsda Pur Prayitno Wongsodidjojo Ramelan

SEBUAH langkah maju di DKI, setelah tiga bulanan Mall di Jakarta tutup, 80 mall di Jakarta dibuka kembali mulai hari Senin (15/6/2020). Secara psikologis ini penting, karena DKI adalah barometer Indonesia, DKI awalnya pusat pandemi Covid-19 Indonesia, kini mulai bangkit. Kemeriuk perekonomian mulai akan menggeliat, rakyat punya harapan mendapat penghasilan. Sisi positif lainnya, tekanan sosial, politik dan ekonomi akan berkurang di tengah keterbatasan keuangan pemerintah.
Pengumuman disampaikan Gubernur DKI Anies Baswedan saat sidak di Emporium Pluit Mall, Jakarta Utara, pada Kamis siang, 11 Juni 2020, mengumumkan Mall di Jakarta akan dibuka mulai Senin (15/6/2020).
Anies menekankan pengelola mall harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat untuk mencegah penularan Covid-19. Ia juga sementara melarang sejumlah tempat seperti fitness center, bioskop, hingga pameran beroperasi.
“Kalau pengelola disiplin, Pengunjung akan ada rasa tenang berkunjung ke mall, pusat perekonomian akan berjalan,” katanya. Ia memberikan peringatan kepada 80 pengelola mall yang mendapat izin akan menutup kembali jika pengelola tak mematuhi protokol kesehatan yang sudah diterapkan Pemprov DKI.
“Kami akan mengawasi, jika sampai 2 kali melanggar, maka akan ditutup sementara,” ujar Anies. Misalnya pengunjung hanya dibolehkan 50 persen dari kapasitas maksimal mall, yang terpantau langsung oleh petugas melalui alat scan QR Code di pintu masuk mall.
Protokol Kesehatan Pemda Tidak Cukup
Pembukaan Mall di Jakarta menurut Anies jelas sudah melalui penelitian ilmiah dan perhitungan matang, karena yang dihadapi ancaman virus yg tidak kasat mata dan masih banyak yang menyepelekan dan tidak faham.
Pemda DKI tetap ketat mengendalikan dengan SIKM dan persyaratan lain seperti PCR, karena melihat data yang terpapar corona setelah Idul Fitri dinilai tetap tinggi. Bahkan mereka yang di Jawa Timur dengan meningkatnya jumlah yang terpapar semakin banyak dan yang meninggal lebih banyak dari DKI, sulit untuk masuk ke Jakarta.
Data harian penyebaran Covid diJakarta pada bulan Juni 2020 dinilai masih cukup tinggi. Senin, tgl 1/6 (137 ), tgl 2/6 (56), tgl 3/6 (82 ), tgl 4/6 (94), tgl 5/6 (76), tgl 6/6 (104), tgl 7/6 (163), tgl 8/6 (89), tgl 9/6 (232), tgl 10/6 (157), tgl 11/6 (128), tgl 12/6 (93), tgl 13/6 (121), Minggu, tgl 14/6 (117).
Dari data terlihat bahwa tetap masih ada penularan di DKI, tercatat ada beberapa pasar menjadi klaster baru. Pemda DKI mampu melakukan tracing lebih aktif, sehingga mapping penyebaran bisa diperkirakan dan mampu menyekat kembalinya pemudik yang dikhawatirkan membawa virus.
Kita menuju persoalan inti, apakah protokol kesehatan Pemda bisa secara penuh mengamankan pengunjung mall dari kemungkinan terinfeksi covid?
Protokol kesehatan pemda adalah bagaimana mengatur sistem pengamanan pengunjung dengan menerapkan aturan baku, seperti pemeriksaan suhu, penyiapan desinfektan/cuci tangan, keharusan penggunaan masker serta pengaturan jarak. Ini adalah upaya dan tanggung jawab Pemda DKI yang sudah bagus sekali.
Menurut penulis apa yang sudah dikerjakan pemda ini walau bagus, tetapi tidak cukup menjamin 100 persen pengunjung selamat dari tertular Covid selama di Mall. Karena selain ODP dan PDP ada juga OTG (Orang Tanpa Gejala) yang tidak tedeteksi dan tidak merasakan gejala apapun. Tapi ketika diuji, hasilnya positif terinfeksi virus corona. Orang tanpa gejala ini lebih bahaya, karena mereka merasa baik-baik saja ketemu saudaranya, teman yang punya penyakit bawaan, atau ketemu keluarga yang sudah tua (kelompok rentan). Mereka bisa menulari siapapun selama di mall.