Pengunjung Pulau Onrust dan Cipir 20 Kali Lipat Pengunjung Museum Bahari

oleh
oleh

JAKARTA, REPORTER.ID —Begitu dibuka kembali sejak 8 Juni 2020, beberapa orang berdatangan ke tempat wisata edutainment di DKI Jakarta. Pekan pertama ke pekan kedua jumlahnya merambat naik. Yang mengagetkan pengunjung ke Taman Arkeologi Onrust (TAO), “museum terbuka” di Kepulauan Seribu, jumlahnya jauh lebih banyak dibanding pengunjung ke Museum Bahari maupun yang ke Rumah Si Pitung di Situs Marunda yang berada di daratan Jakarta.

Tercatat Senin (8/6/2020) pengunjung TAO mencapai 100 orang, Situs Marunda 6 orang dan Museum Bahari 5 orang.
Sabtu (13/6/2020) pengunjungnya meningkat, untuk TAO 170 orang, Situs Marunda 48 orang dan Museum Bahari di Penjaringan 9 orang.

Berikutnya Minggu (14/6/2020) melonjak TAO 453 orang, Situs Marunda 168 orang dan Museum Bahari 31 orang.

Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Berkah Shadaya ketika dihubungi di kantornya Rabu (17/6/2020) mengakui hal itu.

Bila dihitung sejak pertama pembukaan kembali, maka jumlah pengunjung Taman Arkeologi Onrust mencapai 20 kali lipat pengunjung Museum Bahari.

“Itu disebabkan banyak warga yang semula mau rekreasi ke Pulau Untung Jawa, terpaksa beralih ke Taman Arkeologi Onrust.
Sebab pulau itu masih ditutup untuk warga luar,” kata Berkah.

Mereka itu kebanyakan warga Tangerang yang berlayar dari dermaga Tanjung Pasir.
Sedang lainnya warga DKI Jakarta yang berlayar dari dermaga Muara Kamal yang tak kalah banyak.

Perbandingan antara jumlah wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Seribu dan yang ke Museum Bahari, bertahan minimal 20 kali lipat. Tercatat pada Selasa (16/6/2020) pengunjung TAO ada 59 orang, Situs Marunda 8 dan Museum Bahari hanya 2 orang.

Banyaknya pengunjung ke TAO itu menurut Berkah juga karena faktor cuaca yang mendukung.

“Memang sejak 7 Juni hingga sekarang angin dan ombak laut cukup bersahabat,” kata Yetni Mulprayetni, Kepala Satuan Pelayanan TAO menambahkan.

Yang jelas semua persyaratan dan protokoler kesehatan tetap dijalankan dengan baik dalam suasana new normal sekarang ini. Seperti ketentuan harus memakai masker dan cuci tangan dengan sabun maupun sosial dan phisical distancing bagi pengunjung maupun staf pelayanan.

Semangat Bahari

Menurut Berkah Shadaya tiga tempat wisata edukasi tersebut dalam manajemen Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta dan masing masing memiliki keunggulan sendiri.

Museum Bahari lokasinya di bagian utara Kawasan Kota Tua memiliki Menara Syahbandar bertahun 1839 yang dapat berfungsi sebagai menara pandang bagi pengunjungnya untuk menikmati pemandangan sekitar.

Situs Marunda di Cilincing dengan Rumah Si Pitung, rumah panggung tradisional Bugis dan Masjid Al Alam dari abad 17 konon dulu menjadi persinggahan tentara Mataram dalam penyerbuan ke Batavia tahun 1628 dan 1629.

Sedang Taman Arkeologi Onrust di Kepulauan Seribu Selatan memiliki peninggalan RS Karantina Haji tahun 1911-1933. Fasilitas tersebut untuk menanggulangi pandemi penyakit pes kala itu. Namun sebenarnya juga tipu daya pemerintah kolonial Belanda untuk mendeteksi warga Hindia Belanda yang selesai berhaji. Juga benteng Martello dari tahun 1850 di Pulau Kelor yang menjadi ikon pariwisata Kepulauan Seribu.

Untuk melayani pengunjung Taman Arkeologi ini UP Museum Kebaharian Jakarta mengerahkan petugas
di lapangan 28 orang.

“Jumlah itu untuk 3 pulau, yaitu Pulau Onrust, Pulau Cipir dan Pulau Kelor,” ucap Mis Ary Kasubag Tata Usaha Museum Kebaharian.

Sementara Bahri Kurniawan, Staf Taman Arkeologi Onrust, menyatakan enjoy bertugas di pulau bersejarah tersebut.
Saya mengunjungi Pulau Onrust pertamakali tahun 1982 bersama petugas PT Pembangunan Jaya Ancol. Saat itu masih sepi. Kedua kalinya tahun 1994. Saat itu berkenalan dengan petugas pulau itu Pak Saing dan Pak Haji Damin.

Yang terakhir ini ternyata masih bertahan di pulau seluas 7,5 hektar itu sehingga oleh kalangan Dinas Parekraf dan Dinas Kebudayaan DKI Jakarta maupun para nelayan dan pemancing dijuluki Gubernur Onrust.

Kelebihan mengunjungi TAO yang terdiri dari 3 pulau plus bangunan cagar budaya di Pulau Bidadari itu, kita bisa mengklaim sebagai penjelajah bahari.

“Berarti telah menjelajah 1.000 pulau dari sekirar 17.500 pulau se Indonesia, dong,” ujar Bahri Kurniawan mengiyakan.***

Oleh Suprihardjo
Wartawan Berita Buana 1979-2004

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *