JAKARTA, REPORTER.ID – Dirut Perum Bulog, Budi Waseso alias Buwas mengancam akan memecat secara tidak hormat 100 karyawan Perum Bulog karena kinerjanya buruk.
“Ada potensi, tapi mudah-mudahan ini tidak terjadi, ada potensi lebih dari 100 anggota Bulog dipecat karena kinerjanya,” kata Buwas di kantornya, kemarin.
Mantan Kabareskrim itu mengingatkan, para karyawan Bulog yang tak boleh main-main dalam menjalankan tugas sebagai personil BUMN yang berstatus Perum.
“Karena Bulog sudah menjadi Perum dan kita ini negara. Maka yang bermain-main di Bulog khususnya soal pangan, saya akan langsung pecat. Itu sudah komitmen bersama, tidak akan kaget lagi. Ada potensi, tapi saya tidak berharap ini terjadi. Karena ini berkaitan dengan keluarga, anak, dan istri. Kalau yang bersangkutan tidak memperbaiki diri, berarti dia tidak peduli pada anak dan istri, jadi bukan salah saya,” tegas Buwas.
Buwas menegaskan dirinya tak keberatan jika orang-orang yang dipecat tersebut tidak terima dan menggugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN).
“Warning saya kepada seluruh jajaran supaya tidak kaget. Begitu tidak sesuai komitmen, saya tidak copot jabatannya, tapi memecat. Kalau dia keberatan bisa gugat ke PTUN, nah inilah cara membangun komitmen,” katanya.
Buwas menuturkan, dalam satu bulan terakhir ini, dirinya sudah memantau kinerja 100 orang tersebut.
“Bulog menyajikan kepada masyarakat yang terbaik. Saya membangun komitmen ini berdasarkan kesepakatan bersama. Jadi yang tidak sanggup mundur, atau saya yang mundur. Harus dipecat dengan tidak terhormat, karena perilakunya memang tidak terhormat, jadi harus dipecat dengan tidak terhormat. Jadi, sekali lagi ada potensi 100 orang. Jangan kaget, ini berdasarkan data, setahun ini sudah saya lihat,” tandasnya.
Di bagin lain penjelasannya, Buwas curhat soal sulitnya memperoleh pasokan gula kristal putih (GKP) untuk operasi pasar. Ia bilang, harga gula melonjak tinggi karena kelangkaan stok.
“Penyaluran GKP impor tahap pertama kita sudah selesai dan sudah diedarkan ke seluruh Indonesia. Sesuai janji saya, harga gula Rp 12.500 per kg dari Bulog kepada konsumen. Teman-teman bisa cek, bahkan di Wamena gula itu paling tinggi Rp 12.500. Yang lalu saya sudah komitmen ke Presiden, saya juga jual ke konsumen di beberapa daerah Rp 10.500 per kg. Itu terbukti, tapi itu hanya sebentar karena kita punya barang hanya sedikit,” kata Buwas.
Seperti diketahui, Bulog memang memperoleh kuota impor GKP sebanyak 50.000 ton yang disalurkan secara bertahap. Tahap pertama GKP dikirim ke Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara sebanyak 21.800 ton pada pada 5 Mei 2020 lalu, sisanya 28.200 ton dikirim ke Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya pada awal Juni lalu.
Meskipun begitu, menurut Buwas, Bulog kesulitan memperoleh kuota impor. Selain itu, ia menilai pasar gula ini masih didominasi pemasok swasta yang mengakibatkan harga tinggi ketika dibeli konsumen.
“Kita salurkan gula ke seluruh Indonesia dengan harga paling tinggi Rp 12.500/kg kepada konsumen, karena keberpihakan Bulog kepada konsumen. Memang belum ada keberpihakan pada Bulog, masih ada persaingan-persaingan dari swasta dan Bulog tidak dominan. Seharusnya sembilan bahan pokok (sembako) dikuasai oleh negara,” tegas Buwas lagi.
Menurut Buwas, GKP yang diimpor seharusnya sangatlah murah ketika dijual ke konsumen. Ia menyebut, permainan para oknumlah yang menyebabkan harga gula melonjak hingga Rp 20.000 per kg.
“Kenapa mahal? Ya itu harganya dimainkan kelompok-kelompok tertentu. Sehingga cost mahal ini dibebankan ke konsumen, siapa konsumen? Masyarakat. Nah itu sistemnya sekarang. Kalau gula itu diserahkan ke Bulog saya jamin GKP sangat murah. Kalau kita bilang Rp 11.000/kg sampai ke konsumen bisa Rp 17.000-20.000. Ini mahal dan keterlaluan,” ujar Buwas.
Buwas bercerita, pabrik gula (PG) yang menyerap tebu petani/rakyat, sekarang terancam mati karena pabrik lain menyerap gula kristal mentah (raw sugar) impor yang digiling menjadi gula konsumsi.
“Banyak pabrik yang tidak menyerap tebu dari rakyat. Terus giling dari mana? Dari raw sugar, dari gula impor. Apakah itu akan semua jadi GKP? Tidak juga, banyak rembesannya. Nah ini mereka tidak mau menyerap tebu petani, sehingga lama-lama petani tebu mati. Nah yang menyerap tebu dari petani itu menjadi terancam oleh pabrik yang menyerap raw sugar,” katanya dengah wajah sedih.
Untuk itu, Buwas menyarankan agar tata niaga distribusi gula diperbaiki. Sehingga, penyebaran stok dalam negeri bisa merata dan harga gulanya terjangkau oleh masyarakat. “Saya tahu persis impor sampai ke Indonesia berapa perak sih? Saya tahu persis karena saya mantan Kabareskrim. Sayangnya sekarang lebih kuat permainannya, karena saya sudah pensiun. Tapi saya tahu persis. Makanya, sebaiknya tata niaga gula diperbaiki,” pungkasnya. ***