KEMARAHAN Presiden Joko Widodo (Jokowi) kepada para menterinya yang berujung pada ancaman reshuffle atau perombakan kabinet, kini sedang ngetren. Menjadi tuntutan publik baik diam-diam maupun terang-terangan. Publik sedang menunggu, apakah Jokowi serius, bergurau, atau hanya main-main. Karena ucapan seorang pemimpin –dalam masyarakat Jawa, red– itu Sabdo Pandito Ratu yang pantang untuk tidak dilaksanakan. Ancaman reshuffle itu ibarat utang yang harus dibayar oleh yang mengucapkan.
Senang atau tidak senang, tega atau tidak tega, janji itu harus ditepati dan dilaksanakan. Tidak boleh diingkari apalagi dilupakan. Bila ucapan itu tidak dilaksanakan, mungkin publik tidak mau percaya lagi. Dalam bahasa kerennya, akan terjadi krisis kepercayaan dan bila itu terjadi, susah mengembalikannya. Kepercayaan atau trust itu mahal harganya. Makanya seorang pemimpin tidak boleh main-main, lebih-lebih di masa sulit seperti ini. Bisa celaka dan terbanting karenanya. Seorang pemimpin tidak banyak omong, harus irit bicara dan terukur.
Kini semua menuntut atau menagih janji Jokowi untuk me-reshuffle para pembantunya yang tidak maksimal itu. Sebenanrnya sebelum ada ancaman dari Jokowi itu, publik sering mengelus dada dan prihatin lihat kinerja para menteri yang umumnya di bawah standar. Nah, begitu presiden kesal dan mengancam untuk mengganti menterinya yang tidak becus, maka bersoraklah mereka. Dalam istilah Jawa, keadaannya seperti tumbu oleh tutup. Ada alasan untuk menagih janji presiden. Harus diakui, kebanyakan kinerja para menteri Jokowi memang mengecewakan. Tidak membuat rakyat tertawa atau senang tetapi kesal.
Saya yakin, Presiden Jokowi akan laksanakan itu. Ia pasti ingat pepatah Jawa yang menjadi pegangan hidup para pemimpin, yakni sabdo pandito ratu. Karena dalam catatan sejarah, pada periode pertama pemerintahannya, Jokowi sudah lakukan beberapa kali reshuffle kabinet. Pertama, pada 12 Agustus 2015, Presiden Jokowi mengganti 5 menteri sekaligus termasuk 3 menko dan Sekretaris Kabinet.
Kepala Staf Kepresidenan Luhut Binsar Pandjaitan naik pangkat menjadi Menko Polhukam menggantikan Tedjo Edhy Purdijatno. Jokowi mengangkat mantan Gubernur Bank Indonesia Darmin Nasution menjadi Menko Perekonomian menggantikan Sofyan Djalil.
Lalu mantan Menko Perekonomian era Presiden Abdurrahman Wahid, Rizal Ramli diangkat menjadi Menko Kemaritiman menggantikan Indroyono Soesilo. Jokowi juga mengangkat Thomas Lembong menjadi Menteri Perdagangan menggantikan Rachmat Gobel.