JAKARTA, REPORTER.ID – Politisi PDI Perjuangan, Deddy Sitorus menilai kemarahan Presiden Jokowi kepada para menterinya dalam rapat tanggal 18 Juni lalu, bukanlah setting-an. Dia menilai kemarahan Jokowi kali ini menarik.
“Jadi, itu sesuatu yang spontanitas, kegeraman yang sudah muncul lama,” kata Deddy Sitorus dalam acara ILC tvOne, Selasa (30/6/2020) tadi malam.
Deddy menyebut Jokowi bukan pertama kali marah. Deddy memerinci kemarahan Jokowi. Menurutnya, Jokowi marah pertma kali pada Juli 2015 terkait kasus dwelling time berturut-turut, soal markup blangko e-KTP, soal kasus ‘papa minta saham’, soal harga cabe tahun 2017, dan sebagainya.
Namun, kemarahan Jokowi kali ini berbeda karena menyebut dan mengancam akan mereshuffle, padahal dia tak pernah sampaikan ancaman itu ketika sedang marah.
‘’Saya kira kemarahan kali ini menjadi menarik, kenapa? Karena menyinggung soal reshuffle, sesuatu yang belum pernah dia sampaikan. Baru kali ini beliau spontan mengatakan kalau perlu reshuffle, saya udah ke mana-mana. Ini baru terjadi. Baru kali ini menyinggung reshuffle secara terbuka,” katanya.
Deddy Sitorus meyakinkan, Jokowi marah bukan karena gagal. Menurutnya, banyak pemimpin di RI ini juga pernah marah.
“Kalau merespons apa yang dikatakan Bung Fadli, apakah ini refleksi kegagalan seorang pemimpin, no. Dalam sejarah kita, seluruh pemimpin kita itu sering kali marah,” ujarnya.
Sementara itu, Tenaga Ahli Utama KSP Ali Mochtar Ngabalin menegaskan Jokowi ingin para menteri bekerja luar biasa di tengah situasi darurat. Jokowi, bertindak layaknya panglima.
“Saya ingin katakan, Bapak Presiden menyampaikan bahwa kita sedang dalam suasana darurat, karena itu langkah-langkah kebijakan pemerintah dan seluruh jajarannya harus melakukan kebijakan yang luar biasa,” ujarnya.
Sebelumnya, Presiden Jokowi memerintahkan jajaran kabinet untuk melakukan kerja ekstra dalam menangani pandemi virus Corona. Tak tanggung-tanggung, Jokowi juga akan melakukan perombakan kabinet jika diperlukan.
“Sekali lagi, langkah-langkah extraordinary ini betul-betul harus kita lakukan. Dan saya membuka yang namanya entah langkah politik, entah langkah-langkah ke pemerintahan. Akan saya buka. Langkah apa pun yang extraordinary akan saya lakukan. Untuk 267 juta rakyat kita. Untuk negara,” kata Jokowi dalam sidang kabinet paripurna pada 18 Juni 2020.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menegaskan akan mengambil langkah penting untuk memerangi virus corona.
“Bisa saja, membubarkan lembaga. Bisa saja reshuffle. Udah kepikiran ke mana-mana saya. Entah buat Perppu yang lebih penting lagi. Kalau memang diperlukan. Karena memang suasana ini harus ada, suasana ini tidak, bapak-ibu tidak merasakan itu sudah,” katanya. ***