MENARIK sekali dialog politik bertajuk “Pernyataan Bersama Anggota Parlemen Berbagai Negara Menentang Aneksasi Israel Terhadap Wilayah Palestina” yang digelar di Press Room DPR, Rabu (1/7/2020) kemarin. Menariknya itu karena Dubes Palestina untuk Indonesia, Dr. Zuhair Al-Shun menjadi salah satu nara sumber pada dialog tersebut.
Zuhair lebih kurang menyuarakan tentang perjuangan negerinya melawan rencana aneksasi Israel terhadap wilayah Tepi Barat Palestina, bersama Dirjen Multilateral Kemenlu RI Febrian A. Ruddyard, Ketua BKSAP DPR Dr. Fadli Zon, anggota Komisi I DPR Charles Honoris, anggota Fraksi PKS Mardani Ali Sera, dan anggota Fraksi Demokrat Putu Supadma Rudana, MBA.
Semua pembicara umumnya mengutuk rencana konyol Israel ini. Zuhair Al-Shun menyampaikan salam hormat kepada Parlemen Indonesia dan para wartawan yang meliput dialog tersebut. Ia menyampaikan salam untuk seluruh lapisan masyarakat Indonesia sekaligus menyatakan bahwa Indonesia memiliki posisi khusus di hati masyarakat Palestina, baik di tingkat pemerintah maupun rakyat pada umumnya.
Zuhair Al-Shun mengaku terharu melihat totalitas dukungan yang luar biasa dari seluruh masyarakat Indonesia terkait semua isu yang berkenaan dengan Palestina, khususnya yang baru-baru ini ialah isu aneksasi Palestina oleh Israel.
Ia mengatakan, ikatan yang mengikat persahabatan antara Palestina dan Indonesia merupakan ikatan yang sangat erat, ikatan ukhuwah yang sampai kapanpun terus terjalin dan diperkuat. “Sejak saya sampai di Indonesia 2 tahun yang lalu, tepatnya di 2017, saya telah melihat dukungan yang luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia, terlebih lagi ketika muncul krisis Jerusalem, ketika akhirnya Donald Trump mengumumkan bahwa Jerusalem merupakan ibukota dari Israel,” ujarnya.
Zuhair melihat dukungan dan penolakan yang luar biasa dari seluruh lapisan masyarakat Indonesia dan pemerintahan. Menurutnya, pernyataan dan penolakannya sangat tegas, menolak dijadikannya Jerusalem sebagai ibukota dari Israel.
Ia lalu menjelaskan rencana aneksasi beberapa bagian di tepi barat Palestina oleh Israel. Zuhair menyebut, aneksasi merupakan bukan sesuatu yang baru lagi. Aneksasi ini merupakan rentetan dari planning atau strategi yang sudah terstruktur dan direncanakan dengan baik oleh Israel dari tahun 60-an kemudian tahun 70-an dan sampai hari ini.
Jadi itu bukan sesuatu hal yang baru bagi masyarakat Palestina, tapi merupakan rentetan yang memang sudah terstruktur dan direncanakan dengan baik. “Betul kita telah melihat tekanan dari beberapa komunitas internasional dari masyarakat dunia, bahkan perpecahan sendiri dan perbedaan pendapat sendiri juga terjadi di internal Israel itu sendiri, telah kita lihat beberapa kelompok bahkan dari mantan militer Israel juga menolak rencana aneksasi ini. Bahkan di Amerika sendiri juga terpecah, menolak rencana aneksasi ini,” kata Zuhair.
Kemudian Dubes Zuhair menjelaskan, aneksasi yang ingin dijalankan ini akan mencaplok 30 % dari wilayah tepi barat, yang didalamnya termasuk lembah Jordan. Kenapa hal ini diperebutkan, karena Lembah Jordan merupakan salah satu wilayah atau area yang paling subur di Palestina. Wilayah itu memiliki potensi ekonomi yang luar biasa, untuk sektor turism juga sangat menjanjikan, selain agri culture, kemudian air dan sumber daya mineral yang lainnya.
Yang paling penting adalah, kata Zuhair, karena ini merupakan daerah intinya ataupun nilai inti dari Palestina, sesungguhnya yang dituju adalah ingin merampas mimpi rakyat Palestina untuk mendirikan Negara Palestina di kemudian hari.
Itulah kenapa Israel sangat getol untuk menganeksasi wilayah ini, juga untuk menjadikan border yang ada di antara Palestina dan Jorda. Wilayah itu menjadi border ataupun perbatasan Israel dan Jordan, bukan perbatasan antar Palestina dan Jordan.
Zuhair mengaku baru mendengar kabar bahwa rencana aneksasi itu mau dibatalkan awal Jul inii, tap ia menyampaikan bahwa didelay atau tidak, rakyat Palestina menolak rencana aneksasi ini. “Rakyat Palestina akan terus berjuang, terus terus dan terus berjuang hingga akhirnya hak-hak kami terpenuhi dan mimpi kami terwujud untuk mendirikan negara Palestina yang berdaulat dan merdeka,” tegas Zuhair lagi.