Lagu Nenek Moyangku Akan Diperdengarkan di Museum Bahari

oleh
oleh
Kepala Museum Bahari dan Kasubbag TU diapit tamunya dari AMI DKI.

JAKARTA, REPORTER.ID- Museum Bahari akan memajang kembali koleksi yang selama ini hilang seperti lirik lagu “Mari Beramai-ramai ke Laut” karya Ibu Soed dan akan diperdengarkan kepada pengunjung.

Sedang sejak dibuka oleh Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta Iwan Henry Wardhana Selasa (7/7/2020), tiap hari ada penjualan kue rangi, kerak telor, selendang mayang, aksesories biota laut dan batik Cirebon selama bazaar HUT ke 43 museum yang berlokasi di Jl Pasar Ikan no.1, Penjaringan, Jakarta Utara itu.

Workshop batik di Museum Bahari bersama Museum Tekstil.

Demikian dikatakan Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Berkah Shadaya di kantornya Kamis (9/7/2020).  Didampingi Kasubbag Tata Usaha Museum Kebaharian Jakarta, Mis Ary, selanjutnya Berkah Shadaya menjelaskan,  Lagu Mari Beramai-ramai ke Laut ciptaan Ibu Soed itu lebih dikenal dengan lagu Nenek Moyangku Seorang Pelaut, yang sudah dinyanyikan jutaan anak anak Indonesia sejak SD, dahulu SR tahun 1950-an.
Syair lagu yang bersemangat kelautan tersebut pernah dipajang di Museum Bahari sebelum kebakaran 16 Januari 2018.

Bazaar juga melibatkan komunitas dan masyarakat sekitar.

Mengenai harapan Kepala Dinas Kebudayaan DKI Jakarta agar Museum Bahari melakukan kolaborasi untuk melayani masyarakat, Berkah mengatakan itu sudah dilakukannya. “Bahkan bazaar ini melibatkan komunitas sahabat museum dan masyarakat di sekitar bersama RT/RW,” kata mantan Kepala Seksi Pemerintahan Kecamatan Duren Sawit Jakarta Timur itu.

Diorama kisah penjelajah dunia datang ke Sunda Kelapa.

Diakuinya, bulan Juni yang lalu ditemukan 9 batu andesit besar di kali sebelah timur museum.
“Itu sudah saya laporkan ke Dinas, Pak dan agar disimpan di sana,” kata Berkah. Besar kemungkinannya batu andesit itu bekas reruntuhan jembatan yang menghubungkan delta Pasar Ikan dengan Museum Bahari dan kini dapat dilihat di halaman Menara Syahbandar.

Gudang rempah rempah dari Nusantara.

Seperti diketahui pada catatan sejarah Indonesia, Bung Karno pertama kali mendarat di Jakarta tahun 1942 dari pengasingannya di Bengkulu ya di Pasar Ikan itu. Di situlah pertama kali Bung Karno dipertemukan dengan Bung Hatta oleh Jepang yang kelak Dwi Tunggal itu memproklamirkan kemerdekaan bangsa Indonesia di Pegangsaan Timur no. 56 Jakarta pada 17 Agustus 1945.

Diungkapkan Berkah dalam konteks kolaborasi saat ini sudah ada dua perusahaan yang tertarik bekerjasama membuka cafe di Museum Bahari. Kemungkinan cafe itu selain di Cafe Bahari di gedung B yang kini dijadikan kantin untuk bazaar, juga di halaman Menara Syahbandar. “Mereka sudah survai kemari. Kerjasama nantinya kan dengan Pemprov DKI,” tambahnya.

Indradjaya Dalel mewakili ahli waris Eiko Kusuma kolektor batik Nusantara Rabu (8/7/2020) menjadi tamu Mis Ary, berkunjung ke Museum Bahari dan mencoba penganan pesisir.  “Saya sudah melihat koleksi perahu kuno dan lainnya. Cukup bagus. Termasuk diorama kedatangan penjelajah dunia ke Nusantara,” kata Indradjaya.

Hadir pula saat itu Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Paramita Jaya Yiyok Trio Herlambang.  Sementara Mis Ary menjelaskan untuk Jumat (10/7/2020) ini mulai jam 10.00 ada bincang bincang batik pesisir dan motif bahari oleh Batik 3 Puteri Cirebon, workshop batik bersama Museum Tekstil Jakarta dan demo tata rias pesona pesisir. Sabtu (11/7/2020) ada dongeng pesisir dan paket wisata keliling Sunda Kelapa, Minggu (12/7/2020) ditambah acara workshop lukis sketsa Kopi Bahari. (Pri).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *