JAKARTA, REPORTER.ID – Pandemi Covid-19 yang melanda dunia berdampak pada berbagai sektor. Paling parah dari dampak yang ada yaitu sektor kesehatan dan ekonomi. Kedua hal tersebut saat ini tengah dipikirkan oleh semua pihak, sektor mana yang diprioritaskan untuk membangkitkan kembali kondisi masyarakat?
Mendahulukan yang lebih penting, ekonomi atau kesehatan, dirasa sulit. Sebab kedua sektor tersebut sama pentingnya. Untuk mencari solusi mana yang harus diprioritaskan? Untuk itu
MPR pada Jumat (24/7/2020), di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Senayan, Jakarta, menggelar ‘Focus Group Discussion (FGD) Kebangsaan’ dengan tema ‘Upaya Bersama Menjaga Likuiditas Perbankan Untuk Menumbuhkan Kembali Perekonomian Nasional.’
Hadir dalam pertemuan itu Wakil Ketua MPR Fadel Muhammad, anggota MPR dari Kelompok DPD Fahira Idris, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, pengamat ekonomi, pengamat perbankan, serta perwakilan dari berbagai bank.
Fadel Muhammad mengatakan FGD kali ini sangat menarik, sebab dihadiri oleh Gubernur BI dan Dewan Komisioner OJK. Dalam acara itu dikatakan ada tiga masalah besar yang dirumuskan supaya likuiditas ekonomi berjalan. Ketiga masalah besar diungkap oleh alumni ITB, ‘pertama’, diminta agar dana pemerintah baik di pusat atau daerat harus cepat bergulir. Saat ini dana yang bergulir masih di bawah 30 persen. Padahal sudah setengah tahun. “Seharusnya dana yang bergulir sudah 60 persen,” ujarnya.
Kedua, saat ini sektor usaha kecil dan menengah perlu penanganan tersendiri. Disebut pemerintah telah menginjeksi dana sebesar Rp30 triliun. Dana itu oleh perbankan sudah dilipatgandakan dan direalisasikan namun diakui dana yang ada belum cukup. Masih banyak keluhan dari bank-bank bahwa usaha kecil dan menengah perlu untuk lebih mendapat perhatian tersendiri.
Ketiga, saat ini menghadapi masa yang rancu dan tidak tahu bagaimana memulainya. Masyarakat saat ini takut beraktivitas atau mengadakan kegiatan karena adanya wabah Covid-19. Ketika masyarakat tidak beraktivitas maka hal yang demikian membuat demand dalam perekonomian menjadi tidak ada. “Hotel kosong, restoran kosong, dan pusat-pusat jasa lainnya juga kosong,” tuturnya.
Sampai menunggu vaksin ada menurut Fadel, agar masyarakat berkreasi mencari pangan, buah-buahan, atau sayur-sayuran yang bisa meningkatkan ketahanan tubuh. Karena itu, mantan Gubernur Gorontalo dua periode itu bersama teman-teman di Bandung mencoba menggunakan buah kesemek untuk meningkatkan daya tahan tubuh.
Dirinya juga sudah bertemu BPPOM dan bertanya sudah berapa banyak orang yang melaporkan tentang pangan, buah-buah, dan sayuran-sayuran yang bisa meningkatkan daya tahan tubuh. “Hal ini perlu dilakukan dan diproduksi sebelum vaksin ada,” jelas Fadel.
Bila daya tahan tubuh masyarakat kuat kata Fadel maka membuat masyarakat akan beraktivitas sehingga membuat perekonomian jalan. “Sehingga demand itu ada. Uang ada tetapi kalau tidak ada demand, perekonomian ya tidak jalan,” tambahnya.
Tiga catatan tersebut menurutnya kumpulan pendapat para peserta FGD. Catatan yang ada bertujuan untuk menggerakan likuiditas ekonomi yang sekarang tidak lancar.
Dikatakan, FGD digelar setelah pimpinan MPR beberapa waktu yang lalu mengadakan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Istana Bogor, Bogor, Jawa Barat. Dalam pertemuan tersebut menurut Fadel Muhammad, pimpinan MPR dengan Presiden membahas banyak hal.
Dimana dalam masa pandemi Covid-19, Presiden melakukan komunikasi dengan banyak pemimpin pemerintahan di berbagai negara. Kepala pemerintahan sekarang pada memikirkan dalam masa pandemi Covid-19 mana yang lebih diprioritaskan, ekonomi atau kesehatan dan bagaimana langkah selanjutnya.
Karena itu, MPR berharap semua pihak memberi solusi terhadap permasalah yang ada. “Dan MPR juga peduli untuk melawan Covid-19, itu dengan memggelar FGD ini,” tambahnya.
Dalam FGD, MPR mendengar masukan-masukan dari Gubernur BI, OJK, pengamat perbankan, pengamat ekonomi, dan pelaku usaha perbankan. “Kita berharap masukan yang ada bermanfaat bagi bangsa dan negara,” jelas Fadel.
Bahwa dalam kondisi seperti saat ini, perlu mengambil langkah berani untuk melangkah ke depan. Tanpa langkah berani dan terobosan maka kita akan semakin sulit dari hari ke hari.
“Saya tidak bisa membayangkan berapa lama kita akan terpuruk. Sehingga dalam waktu 90 hari ke depan kalau tidak melakukan terobosan maka kita akan memasuki masa yang sangat berat,” pungkasnya.