Alsya Nadine: IHSG Masih Jet Lag, di Tengah Harga Emas Terbang Cetak Rekor

oleh
oleh
Grafik IHSG.
Alsya Nadine.

JAKARTA, REPORTER.ID – Kondisi pasar modal saat ini mirip dengan 12 tahun yang lalu. Dampaknya, harga emas terbang tinggi mencetak rekornya lagi, sehingga emas menjadi pilihan yang diburu para investor.

Kali ini juga begitu, Sabtu kemarin (1/8/2020), harga Logam Mulia berada di Rp 1.028.000/gram. Melonjak Rp 12.000 (1,18%) dibandingkan sebelum libur Idul Adha, tulis Alsya Nadine kepada reporter.id dalam keterangan tertulis pagi ini Senin (3/8/2020).

Lebih lanjut Analis finance yang juga belajar Ilmu ekonomi di University of Miami menjelaskan, di tengah penantian pengumuman Produk Domestik Bruto atau PDB Indonesia Q2 ( yang diprediksi jelek), setelah selama seminggu lalu IHSG menguat tipis +0.09% (disertai Net Sell Investor Asing sebesar Rp-1.86 triliun) dan selama bulan Juli IHSG menguat sebesar +3.68% (tetapi disertai Net Sell Investor Asing sebesar Rp-3.27 triliun), diawal minggu ini, Senin, secara khusus seiring kejatuhan DJIA selama 2 hari (Kamis & Jumat) sebesar -0.43% dan kejatuhan EIDO sebesar -1.11% berpotensi menjadi faktor negatif bagi perdagangan dihari Senin ini serta secara umum di Minggu ini, fokus investor tertuju atas release data GDP kuartal 2/2020 yang akan diumumkan dihari Rabu, 5 Agustus ditengah Indonesia sukses mengalahkan China baik dalam hal jumlah korban yang terkena Covid-19 hingga 2 Agustus 2020 (China 84 385 vs Indonesia 111,455) dan jumlah korban tewas (China 4634 vs Indonesia 5236) padahal sumber virus Covid19 diduga berasal dari China dan jumlah penduduk Indonesia (273,79 juta orang) jauh lebih sedikit karena hanya 19% dari jumlah penduduk China (1,44 miliar orang).

Dilain pihak, menurut Nadine, harga komoditas cukup bervariasi dimana saham berbasis Logam Emas, CPO & Coal (seperti: MDKA, ANTM, AALI, LSIP, ITMG, ADRO) berpotensi menguat menyusul naiknya harga komoditas tersebut, sementara itu perlu diantisipasi munculnya profit taking atas saham berbasis Oil, Nikel & Timah setelah komoditas tersebut melemah minggu lalu.

Nadine memastikan, fokus IHSG belakangan ini masih sama yaitu menembus Resistance terdekat level upper channel (black) pada angka 5175 untuk mampu mewujudkan pergerakan Uptrend menuju Target-target berikut : 5400 / 5500 / 5600 / 5700. Support MA10 & 20 menjaga potensi turun jangka pendek sampai dengan angka 5050.

Mengetahui IHSG akan bergerak dalam kisaran terbatas dalam perdagangan Senin ini ditengah secara valuasi cukup banyak saham sangat menarik untuk dibeli, Nadine merekomendasikan sangat selektif jika investor ingin melakukan BUY atau Swing Trade maka dapat fokus atas saham dari sektor Rokok, Bank, Otomotif, Konsumer, Telko, Infrastruktur dan Rumah Sakit dalam perdagangan Senin.

“IHSG perkirakan bergerak pada 5,113 – 5,198 adapun saham-saham yang kami rekomendasikan hari ini adalah GGRM BBRI ASII UNVR BBCA TLKM PGAS TOWR MIKA WIIM,” kata Nadine lebih detail.

Dalam reviewnya, Nadine yang menyelesaikan sarjana ekonominya di Universitè Paris Nanterre menyebut, mayoritas bursa saham di developed economies bergerak menguat. Bursa saham benua kuning bergerak bervariatif pada perdagangan Jumat kemarin. Indeks Hang Seng ditutup melemah sebesar -0.47%, lalu indeks Shanghai ditutup menguat +0.71% dan Indeks Kospi ditutup melemah -0.78%.

Sementara itu, Dow Jones ditutup menguat sebesar +0.44% di level 26,428 hal ini sejalan dengan penguatan S&P 500 sebesar +0.77%. Wall Street ditutup menguat akibat saham-saham teknologi yang melonjak naik seeperti Apple naik +10.4%, saham Amazon +3.7% dan Facebook naik 7% hal ini dikarenakan pemdatan perusahaan teknologi yang dinilai cukup baik oleh investor. Dari pasar komoditi, harga Tin menguat sebesar +0.52% harga Nickelmenguat +0.44% dan harga Minyak Mentah WTI Crude Oil menguat +0.88%.

Dalam catatan Nadine, memungkas keterangannya bahwa pada perdagangan 30 Juli, IHSG ditutup menguat sebesar +0.75 kelevel 5,149 Sentimen penggerak pasar hari ini diantaranya bursa saham AS yang ditutup menguat diakhir pekan kemarin ditengah ekonomi AS yang sudah masuk dalam resesi, dari dalam negeri menunggu rilis data inflasi yang diperkirakan akan masih mengalami perlambatan, sealnjuitnya rilis data PMI Manufaktur dibeberapa negara termasuk Indonesia. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *