JAKARTA, REPORTER.ID – Di Pulau Onrust ada 40 makam warga Belanda abad 17 sebagai bukti adanya Misteri Umur Pendek dan pondasi bekas barak -barak haji tahun 1911 – 1933. Namun pada umumnya para pengunjung Taman Arkeologi Onrust (TAO) di Kepulauan Seribu lebih kenal pada tokoh Maria dan legendanya.
Hal itu diungkapkan Rosadi pemandu wisata TAO dari tempatnya bertugas Selasa (11/8/2020).
Kepala Satuan Pelayanan TAO, Yetni Mulfrayetni juga tak menyangkal ungkapan stafnya itu. “Para pengunjung Taman Arkeologi Onrust memang pada umumnya sudah memiliki pengetahuan mengenai pulau- pulau itu dari leaflet maupun informasi di internet. Jadi kedatangannya selain untuk rekreasi, sekaligus pembuktian info yang didapatnya itu,” kata Yetni.
Namun tidak jarang setelah di pulau seluas 8 hektare itu para pengunjung baru tahu sejarahnya. Dengan bantuan pemandu wisata, kata Yetni, para pengunjung taman arkeologi ini dapat lebih tepat dan cepat mendapatkan informasi dan sejarah peninggalan di pulau Onrust, Cipir maupun Kelor.
Sementara Rosadi menjelaskan lebih lanjut, di lokasi makam orang orang Belanda abad ke -17 di pulau itu memang ada beberapa makam menggunakan batu alam di atasnya. Yang paling menarik adalah makam Maria vande Velde. Terpahat tulisan berbahasa Belanda di atas batu andesit yang maknanya Lahir tgl 29 Desember 1693 di Amsterdam, Meninggal di Onrust 19 November 1721. Jelas Maria meninggal dalam usia 28 tahun.
Pada saat itu banyak orang Belanda yang meninggal dunia di umur pendek. Diperkirakan mereka yang notabene penduduk daerah subtropis tak tahan dengan kehidupan dan penyakit tropis. Atau faktor lain seperti kandungan air yang dikonsumsi. Itu semua masih misteri.
Tidak jauh dari Kuburan Belanda ada ratusan tonggak-tonggak beton. Itulah bekas pondasi barak- barak haji.
Di sebelah selatannya ada bangunan bawah tanah yang berkamar-kamar yang berfungsi sebagai tempat penyimpanan air tawar. Di seberang timurnya terlihat beberapa bekas tempat cuci dan air wudhu bagi jamaah haji yang sedang diobservasi.
“Di pulau ini para jamaah haji paling tidak tinggal selama 5 hari setelah dinyatakan lolos tes kesehatan atau sudah sembuh setelah dirawat di RS Karantina Haji di Pulau Cipir, seratusan meter selatan Onrust,” kata Rosadi.
Perlakuan terhadap para jamaah haji di Pulau Cipir hampir seperti sekarang ini menghadapi pandemi. Mereka turun dari kapal disambut petugas kesehatan yang menyemprotkan disinfektan. Pakaian semua direbus obat anti bakteri.
Yang sakit dirawat di Pulau Cipir. Yang sehat setelah proses karantina tahap ini selesai dengan tronton dibawa menyeberang ke Pulau Onrust. Setelah masa isolasi 5 hari selesai baru naik kapal lagi dan berlabuh ke Pelabuhan Tanjung Priok.
Menurut Rosadi peninggalan sejarah di kepulaun Onrust ini yang paling banyak dan relatif utuh memang dari periode abad 20. Sedang abad 19 banyak yang rusak bahkan hancur karena diterjang gelombang tidal (tsunami) tahun 1883 ketika Gunung Krakatau meletus.
Sejarah Pulau Onrust diketahuinya dari buku yang ada dan juga dari penuturan arkeolog yang pernah melakukan penggalian dan penelitian di pulau pulau itu antara lain arkeolog Chandrian Attahiyat.
Mengenai pengunjung Taman Arkeologi Onrust, Kepala Subbag Tata Usaha Museum Kebaharian Mis Ari mencatat Minggu (9/8) ada 537 orang. Melonjak dari Sabtu (8/8) sebanyak 149 orang. Sedangkan hari biasa berkisar antara 12 sampai 64 orang. Sementara Minggu (2/8) yang lalu pengunjungnya 411 orang.
Dibanding jumlah pengunjung Museum Bahari di Jl Pasar Ikan Minggu (9/8) yang hanya 82 orang, keramaian Taman Arkeologi Onrust mencapai lebih limakalinya. Waktu malam minggu banyak yang bermalam di Pulau Onrust dan Cipir. “Sedikitnya 20 orang begadang yang hampir semuanya pemancing. Kami ikut berjaga mengawasi terutama bila ada nyala api untuk membakar ikan,” pungkas Rosadi. (PRI).