Gus Jazil Minta Para Doktor Berkontribusi Hadapi Pandemi Covid-19

oleh

JAKARTA, REPORTER.ID – Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid berharap para doktor dan ilmuwan di Indonesia berkonstribusi menghadapi pandemi covid-19 khususnya dalam pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Karena pendidikan jarak jauh (PJJ) ternyata membuat orangtua mengalami shock, apalagi dalam survei dari 60 juta anak hanya 30 persen yang mampu belajar secara PJJ tersebut. Anak-anak ternyata lebih asyik dengan game, google, dan media sosial lainnya ketimbang belajar.

“Jadi, belajar dari rumah ini kurang efektif. Yang lebih mengkhawatirkan dengan pandemi ini adalah terjadinya krisis pendidikan, kurangnya asupan belajar. Sebab, kalau selama dua tahun di rumah terus dan anak-anak tidak belajar agama atau mengaji, yang dirasakan memang tidak langsung, tapi tiba-tiba selama itu nantinya anak-anak kita bodoh,” tegas Gus Jazil – sapaan akrabnya di Kompleks MPR RI, Senayan Jakarta, Rabu (19/8/2020).

Hal itu disampaikan Gus Jazil dalam acara bedah buku ‘Bunga Rampai – dari IKADIM UNJ untuk Indonesia’ yang ditulis oleh 50 doktor yang tergabung dalam Ikatan Alumni Doktor Ilmu Menejemen (IKADIM) Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Hadir antara lain Sekjen MPR RI Ma’ruf Cahyono, Rektor UNJ Komaruddin, Sekjen Wantanas RI Achmad Djamaluddin, dan lain-lain.

Lebih lanjut, Gus Jazil menilai, kalau dampak pandemi covid-19 ini ada tiga kedaruratan; yaitu darurat kesehatan, ekonomi, dan pendidikan. “Kalau kesehatan dan ekonomi bisa diatasi, tapi pendidikan dari rumah ini justru membuat orangtua shock. Semua mengalami sock. Semua harus menyesuaikan diri dengan kebiasaan, tatanan dan budaya baru, yang memaksa semua orang untuk menyesuaikan dengan kondisi covid-19. Jadi, pandemi ini seperti dalam suasana perang, hanya tak ada jam malam,” ujarnya.
Sebagaimana kata futurulog Alvin Toffler, menurut Gus Jazil, masyarakat saat ini mengalami goncangan-goncangan dengan tatanan dan kebiasaan baru akibat covid-19 tersebut, dan kondisi ini tak pernah terbayangkan oleh siapapun akan terjadi.

Namun, Presiden Jokowi dalam pidatonya pada 14 Agustus lalu tetap menyampikan optimismnye kalau pertumbuhan ekonomi tahun 2021 mendatang sebesar 4,5 hingga 5,5 persen. Meski dinilai sebagian ekonomi kurang realistis, namun memang harus tetap optimis. “Para doktor dan ilmuwan pun diharapkan berkontribusi menghadapi tatanan baru ini. Sebab, kalau ilmu tak diamalkan ibarat pohon yang tidak berbuah (al-ilmu bila amalin kassyajari bila tsamarin),” ungkap Waketum DPP PKB itu.

Sebab, kalau ekonomi sampai terpuruk dan teperosok jauh tak bisa diatasi oleh pemerintah menurut Gus Jazil, maka akan berpotensi terjadinya kriminalitas, kejahatan, dan sebagainya.
“Apalagi para ilmuwan berpendapat kalau dampak pandemi ini tak akan selesai hingga tiga tahunan,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *