REPORTER.ID, JAKARTA – Dengan telah diresmikannya Galeri Perupa Jakarta Raya di Pasar Gembrong Baru oleh Walikota Jakarta Timur 6 Agustus 2020 yang lalu, hingga saat ini dapat dirasakan semakin menggeliatnya aktifitas pelaku seni yang tergabung dalam Perupa Jakarta Raya.
Salah satunya adalah kegiatan Sastra Semesta ke-5 yang mengusung tema Sastra Merdeka. Karena itu diharapkan agar para pelaku seni ini mengajak elemen masyarakat lainnya belajar membuat puisi dan pantun, untuk ditampilkan pada event Sastra Semesta yang rencananya akan dilaksanakan secara rutin di Pasar Seni Gembrong Baru tersebut.
Demikian dikatakan Kepala Sudin Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Parekraf) Jakarta Timur Rus Suharto pada pembukaan Sastra Semesta ke 5 di Pasar Seni Gembrong Baru, Minggu (23/8/2020) sore. “Kegiatan talk show, pembacaan puisi dan musikalisasi puisi seperti ini menandakan semangat saudara-saudara mengisi kemerdekaan lewat karya karya patriotik. Semangat inilah yang perlu saudara sebarkan dengan mengajak berbagai elemen mayarakat lainnya yang sejenis. Gandeng juga para Abang dan None Jakarta Timur untuk belajar membuat puisi maupun pantun,” ujar Rus Suharto yang berpengalaman cukup lama dalam pembinaan Abnon se-DKI Jakarta.
Rus Suharto mengakui semangat para pelaku seni tersebut tak lepas dari peran Kepala Kasie Ekonomi Kreatif Sudin Parekraf Jaktim yang memotivasi mereka tetap berkarya di masa transisi PSBB menuju masyarakat sehat, aman, dan produktif. “Iya itu berkat Bu Isti Hendarti,” ujar Kasudin Parekraf Jaktim tersebut.
Didapat informasi kehadiran pelaku seni Pasar Gembrong Baru juga sudah diterima masyarakat sekitarnya dengan kegiatan melukis mural di berbagai spot lokasi tersebut. Dalam rangkaian event sampai petang itu tampil pula musik Ireng Halimun dan kawan kawan. Eddy Pramduane, Ketua Aliansi Penulis Puisi Sedunia (APPS) sebagai moderator talk show.
Dalam acara itu hadir Maman S Mahayana dan Rudolf Puspa, pendiri Teater Keliling Jakarta tampil sebagai narasumber memaparkan pengalamannya mengajak generasi muda untuk berkesenian khususnya seni teater.
Pembacaan puisi berantai dilakukan oleh Irfan, Halimah dan Dewi Maharani.
Bahkan Rus Suharto sendiri membacakan puisi karya Taufik Ismail tahun 1966. Judulnya Kita Pemilik Sah Republik Ini….. “Tidak ada pilihan lain. Kita harus berjalan terus,” ujar Rus Suharto. Tak ketinggalan pantun Betawi dengan bait bait sampiran dan isi dibacakan oleh ahlinya. (Pri)