JAKARTA, REPORTER.ID – Pengamat ekonomi dari Unika Atmajaya Rosdiana Sijabat menilai kinerja pemerintak dalam menghadapi pandemi covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional ini tidak buruk, meski belum baik. Apalagi jika dibandingkan dengan negara lain, yang kontraksi ekonominya sudah memasuki resesi. Tapi, Indonesia masih mampu bertahan.
“Memang kebijakan yang efektif belum terlihat, namun kinerja menteri ekonomi tidak buruk jika dibandingkan dengan kuartal kedua, dan struktur ekonomi kita lebih baik dibanding negara tetangga,” tegas Rosdiana.
Hal itu disampaikan Rosdiana dalam forum legislasi ‘Evaluasi Perppu Corona dan Ancaman Resesi Ekonomi’ bersama anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasludin di Kompleks Parlemen, Senayan Jakarta, Selasa (25/8/2020).
Rosdiana mengakui jika penurunan ekonomi di kuartal kedua juga tidak sebesar negara lain. Untuk dunia saja kontraksi sangat besar, termasuk negara tetangga. Hanya Vietnam yang relatif baik. “Indikator ekonomi kita kini sudah lebih baik dan relatif berhasil,’ ujarnya.
“Tapi, sayang jika pada Agustus – September ini serapan anggaran masih rendah. Seharusnya lebih cepat lagi agar di kuartal ke-3 ini bisa menyerap hingga 75 persen. Jika ini terealisir, saya yakin pertumbuhan akan minus nol persen,” ungkapnya.
Tapi, Andi Pasluidin menilai pemerintah sejak awal gamang menghadapi pandemi dan ekonomi. Padahal, dengan Perppu No.1 tahun 2020 tersebut pemerintah diberi kewenangan anggaran berikut yudikatif, sehingga tak bisa dipidana akibat pelanggaran anggaran (APBN), namun sampai hari ini kesehatan dan ekonomi masih buruk.
Bahkan lanjut Pasludin, anggaran untuk pandemi itu direvisi hingga tiga kali. Dari Rp500 triliun, Rp700 triliun dan Rp1028 triliun. “Jadi, yang sukses adalah menambah defisit, menambah utang negara, dan pengangguran meningkat. Ke depan, kita tunggu ekonomi di kuartal 3, bagaimana data hasil BPS nanti,” kata politisi PKS itu.