JAKARTA, REPORTER.ID – Rupaya Ketua MPR Bambang Soesatyo tidak kenal lelah. Hari libur dua hari, Sabtu (19/9) dan Minggu (20/9), blusukan ke jalan untuk menemui dan menyapa rakyat. Ia terlihat begitu enjoy saat bercengkerama dengan rakyat. Kata dia, hanya dengan cara itu dirinya bisa mendengarkan unek-unek para kawula alit.
Ini tidak dibuat-buat. Bamsoet memang berempati pada nasib rakyat kecil yang terdampak pandemi Covid-19. Kenyataannya memang kebijakan Pemprov DKI yang menerapkan PSBB Jilid II berimbas pada kehidupan para pekerja informal, seperti ojek online, buruh kasar dan pekerja lepas lainnya. Kegiatan blusukan politisi Golkar yang enerjik ini bisa disimak dalam tayangan acara UNDERCOVER di akun YouTube-nya, yang bernama Bamseot Channel.
Harus diakui, PSBB Jilid II memang berbeda dengan PSBB sebelumnya. Pada PSBB, kali ini pengemudi ojek online diperbolehkan membawa penumpang, dengan syarat mematuhi protokol kesehatan. Namun, ya ampun, order penumpangnya anjlok.
Realitas ini menunjukkan bahwa di satu sisi menunjukan ketaatan warga mematuhi PSBB dengan mengurangi aktifitas di luar rumah, di sisi lain membawa dampak ekonomi yang cukup signifikan terhadap pendapatan ojek online, maupun kalangan usaha lainnya.
‘’Karena itulah pentingnya pemerintah DKI Jakarta mendistribusikan bantuan secara merata, agar mereka yang terdampak PSBB seperti pengemudi ojek online, tetap bisa menghidupi diri dan keluarganya secara layak,” ujar Bamsoet usai ngobrol santai (Ngobras) dengan para pengemudi ojek online dan pemilik Warteg di kawasan Gondangdia, Jakarta, Minggu (20/9).
Ia bercengkerama dengan Ibu Iis (42), yang telah menjalani profesi sebagai pengemudi ojek online sejak 2017 di kawasan Gondangdia, tepatnya di bawah jembatan layang Kereta Api. Bamsoet mendengarkan dengan seksama curhat Ibu Lis. Sejak bercerai dan ditinggalkan suaminya tiga tahun lalu, ia terpaksa menjadi tulang punggung keluarga bagi keempat anaknya.
Ibu paruh baya ini menarik ojek mulai dari pukul setengah enam pagi hingga sore. Saat pandemi dan adanya kebijakan PSBB, sangat jarang sekali nada panggil berdering di handphone-nya. Itu berarti tak sepeserpun rupiah yang akan masuk dalam rekeningnya, karena tak ada tumpangan maupun pesanan. Sepi. Itulah kalimat yang pas.
Hari Jumat kemarin, kata Ibu Iis, seharian hanya dapat 3 penumpang. Hari ini, Sabtu (19/9, masih 0 rupiah karena belum dapat penumpang ataupun pengiriman. “Saldo tabungan saya dari kemarin hanya ada sebelas ribu rupiah,” keluhnya kepada Bamsoet sambil mengelap pipinya yang basah dengan air mata.
Hingga kini, kata ibu empat anak ini, dirinya dan kawan-kawannya sesama pengemudi Ojol belum dapat bantuan sama sekali dari pemerintah, khususnya bantuan tunai.
Mantan Ketua DPR ini menambahkan, selain Ibu Iis, kondisi serupa juga dirasakan Ibu Fitria, yang sehari-hari berjualan nasi dan lauk pauk menggunakan mobil pick up di pinggir jalan. Sebagian besar pelanggannya yang orang kantoran, tak bisa membeli dagangannya karena tak masuk kantor akibat PSBB jilid II.
“Di tengah pandemi Covid-19, Ibu Iis dan Ibu Fitria tetap mencari nafkah, karena mereka mengaku belum mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah provinsi. Sementara bantuan berupa Sembako maupun donasi yang didapat dari warga, tak bisa mencukupi kebutuhan harian. Karenanya rezeki tetap harus dicari. Ironis, ditengah keharusan warga berdiam diri di rumah, himpitan ekonomi malah datang menghampiri. Sementara bantuan yang merupakan hak mereka sebagai warga negara, tak bisa menutupi beban kehidupan,” tandas Bamsoet.
Kepala Badan Bela Negara FKPPI ini mendorong pemerintah pusat hingga daerah untuk segera kembali menggelontorkan berbagai program bantuan sosial dengan tepat sasaran. Serta mengajak kalangan warga yang memiliki kondisi perekonomian cukup baik, untuk kembali mengulurkan donasinya. Tanpa semangat gotong royong saling bahu membahu memberikan pertolongan, pandemi Covid-19 bukan hanya akan membuat sulit kondisi kesehatan masyarakat, melainkan juga membuat sulit kehidupan ekonomi warga.
“Di berbagai tempat, masih banyak Ibu Iis dan Ibu Fitria lainnya, para perempuan tangguh yang tengah berjuang melawan Covid-19 sekaligus melawan himpitan ekonomi. Sekaranglah waktunya bagi kalangan kelas menengah dan atas untuk mengubur rasa individualistik dan egoisme. Tunjukan empati sosial dan kebangsaan dengan menyalurkan berbagai bantuan. Sedikit yang kita beri, akan berarti banyak bagi mereka yang membutuhkan,” ujar Bamsoet.
Bagaimana kisah lengkap Ibu Iis dan kawan-kawannya sebagai pengemudi Ojol serta Ibu Fitri yang berjualan nasi di pinggir jalan bertahan hidup? Simak perjuangannya di kanal YouTube Bamsoet Channel. (HPS)