VAKSIN CORONA SINOVAC DAN PENJELASAN PROF KUSNANDI RUSMIL

oleh
oleh

Oleh : Marsda TNI (Pur) Prayitno Wongsodidjojo Ramelan

Pengamat Intelijen

 

Mengatasi penyebaran virus SARS-CoV-2 dengan nama penyakitnya Covid-19 benar-benar memeras energi bangsa-bangsa di dunia, tidak terkecuali juga Indonesia. Hingga hari ke-209 (2 September 2020), tercatat jumlah kasus positif corona sebanyak 271.329, akumulasi meninggal 10.308 jiwa (death rate 3,80%), total sembuh 199.403 (73,49%), masih sakit 61.628 orang. Meninggal per 1 juta penduduk 38. Populasi Indonesia 269,6 juta.

Segala daya dan dana serta usaha telah dikerahkan pemerintah, tercatat sejak hari ke 204 (21/9/2020) jumlah penambahan kasus positif sudah berada diatas angka  4.000. Dari 21 s/d 26 September penambahannya adalah  4.176, 4.071, 4.465, 4.634, 4.823, 4.494. Nah, angka ini menunjukkan masih terjadinya penularan.

Angka kesembuhan dalam 6 hari berkisar antara 180.797 –  199.403 orang (72,65% – 73,49%). Dari data-data diatas, ada yang meragukan perihal belum maksimalnya pengetesan serta catatan kematian terkait pengecekan dengan PCR yang jeda hari dari korban yang sudah meninggal. Tetapi mari kita lebih “wise”, sebaiknya hindari konflik, kurangi ambisi dan jauhi korupsi.

Kerjasama Pembuatan Vaksin Sinovac dengan Bio Farma

Kita kini dapat dikatakan beruntung,   mendapat kesempatan melakukan uji klinis tahap-3 vaksin corona, antara  perusahaan BUMN Bio Farma  bekerjasama dengan Sinovac serta Universitas Pajajaran, Bandung. Karena covid masih dipenuhi misteri,  muncul beberapa berita miring soal vaksin.  Untuk memperjelas masalah, serta sebagai sumbangan pengamanan informasi,  penulis melakukan komunikasi dengan Peneliti Utama dari Tim Riset Uji Klinis Vaksin Covid19, Prof. Dr. Kusnandi Rusmil, dr.,Sp.A(K)., MM yang menjadi koordinator team uji klinis tersebut.

Prof Kusnandi ini dahulu adik kelas  2 tahun dari penulis saat sama-sama sekolah di SMA Negeri 4 , Jl Batu Gambir. Penulis lulus tahun 1966 lalu masuk Akabri dan Kusnandi lulus tahun 1968 terus kuliah di Unpad dan melanjutkan kuliah lagi sehingga bergelar Doktor dan Profesor.

Kegiatan uji klinis tahap tiga ini sebuah harapan untuk mengatasi pandemi Covid-19.  Sinovac  sejak bulan Juni lalu telah melakukan penelitian Covid19. China sukses mengendalikan Covid dan kini memanfaatkan peluang bisnis, sebagai salah satu pemain besar dalam perlombaan membuat vaksin corona ini.

Dikutip dari CNN, saat ini, China memiliki 11 vaksin Covid19 yang masuk dalam uji klinis, dan empat vaksin Covid19 masuk pada tahap ketiga. Secara global, saat ini ada 38 vaksin corona yang diujikan pada manusia. Menurut catatan WHO, 9 vaksin corona telah mencapai tahap akhir untuk uji ini.

Sinovac  mengembangkan salah satu dari empat kandidat vaksin teratas di China, dua di antaranya yaitu vaksin yang dikerjakan bersama SinoPharm dan dengan perusahaan swasta yang berafiliasi dengan militer, CanSino. Lebih dari 24.000 orang telah berpartisipasi dalam uji klinis vaksin corona Sinovac di Brasil, Turki, dan Indonesia, dan dengan uji coba tambahan dijadwalkan  Bangladesh dan mungkin Chile.

Sinovac memilih negara-negara tersebut karena mereka semua memiliki infeksi wabah yang serius, populasi yang besar, dan kapasitas penelitian dan pengembangan yang terbatas. CEO Sinovac Yin Weidong, perusahaan pengembang CoronaVac, kepada wartawan di Beijing  Sabtu (26/9) mengatakan ada tiga negara selain Indonesia jalur utama juga diberi ke Brasil dan Turki.

Penjelasan Profesor Kusnandi tentang Vaksin Sinovac

Profesor Kusnandi saat penulis hubungi secara singkat menjelaskan  soal vaksin corona ini.  Dijelaskannya, vaksin adalah suatu zat yang dibuat sedemikian rupa untuk menimbulkan kekebalan tubuh terhadap suatu kuman penyakit. Banyak tipe vaksin yang dibuat, dimana dia telah berpengalaman melakukan uji klinis vaksin  program nasional sebanyak 33 kali selama 30 tahun terakhir.

Vaksin  Covid19  yang dibuat di indonesia merupakan kerjasama antara  Bio Farma dengan Sinovac adalah vaksin virus yg dimatikan (“inaktivated vaccine”). Vaksin ini sangat aman, sebagai contoh seperti  vaksin untuk bayi  yaitu vaksin Difteri, Pertudis, Tetanus yang diberikan ke bayi  ber umur 2, 3, 4 bulan dan kemudian di ulang saat si anak berumur 18 bulan. Adanya vaksin akan menurunkan banyak kematian. Sebagai contoh hasil nyata, sekarang  jarang ditemukan kasus Difteri dan Tetanus di Indonesia.

Kusnandi menyampaikan ke penulis cara membuat vaksin corona ini  Virus Corona19 dimasukan ke dalam virus lainnya kemudian di biakkan  pada media perbenihan, kemudian setelah beberapa lama diberikan zat agar virus ini mati, maka jadilah vaksin tersebut dan disuntikan ke manusia dua kali. Menurut Kusnandi informasi terakhir kapasitas mesin pembuatan vaksin dari PT Bio Farma sudah di upgrade sehingga pada awal tahun 2021 dapat memproduksi 240 juta vaksin.

Menurutnya, pada sukarelawan yang mendapat vaksin, kekebalan diharapkan paling cepat 2 pekan pasca suntikan kedua. Relawan  kloter pertama pada 11-15 Agustus lalu dan terus berlanjut. Sukarelawan uji klinik masih akan dipantau kesehatannya selama 6 bulan pascasuntikan terakhir.

Manajer Lapangan Uji Klinis Vaksin Covid-19 FK Unpad, Eddy Fadlyana mengatakan pada Oktober mendatang, target uji klinis yang telah dicanangkan bisa dicapai, dan hasilnya bisa mulai dilihat. Meski begitu, Eddy menyebut untuk penyuntikan calon vaksin terhadap relawan akan berlanjut hingga tahun depan.  “Januari-Februari itu sudah selesai mudah-mudahan,” ujar dia.

Kebutuhan Jumlah Vaksin

Selain Vaksin Sinovac, Lembaga (LBM) Eijkman juga nelakukan penelitian dan pembuatan vaksin Covid19 yang disebut vaksin merah putih. Kepala Lembaga Biologi Molekuler (LBM) Eijkman Prof Amin Soebandrio menginginkan Indonesia bisa menghasilkan vaksin virus Corona secara mandiri.

Dia mengorelasikan kemampuan membuat vaksin dengan kedaulatan bangsa. Kenapa kita harus punya kedaulatan? Karena jumlah penduduk kita ini banyak, 260 juta orang, dan untuk mendapatkan perlindungan yang memadai, kita harus bisa memastikan 70 persen dari penduduk Indonesia itu punya kekebalan terhadap virus Corona itu,” ujar Amin.

Amin kemudian merinci jumlah kebutuhan vaksin yang kira-kira dibutuhkan di Indonesia. Setidaknya, kata Amin, bangsa ini butuh sekitar 350 juta dosis vaksin.

“Nah, 70 persen dari 260 itu jumlahnya 170 juta. Kalau satu orang harus divaksinisasi dua kali, kita membutuhkan 350 juta dosis,” ucap Amin. Menurut Amin, harga normal vaksin USD 1 , tetapi vaksin Covid19 dari luar negeri per dosis bisa mencapai USD 10. Dia mengatakan Indonesia akan mengeluarkan sekitar Rp 52 triliun guna memenuhi kebutuhan vaksin dalam negeri ( Ref. https://news.detik.com/berita/d-5101954/eijkman-ri-harus-mampu-hasilkan-vaksin-corona-sehingga-punya-kedaulatan )

Kesimpulan

Dari fakta-fakta diatas, dapat disimpulkan bahwa pembuatan vaksin kerjasama  Sinovac dengan Bio Farma merupakan harapan bagi bangsa Indonesia untuk mengatasi pandemi Covid19.  Diakui atau tidak apabila kita mengharapkan perubahan perilaku masyarakat masih jauh dari yang ideal.

Vaksin Sinovac menurut Prof Kusnandi Rusmil yang memiliki pengalaman selama 30 tahun melakukan uji klinis, dikatakan “aman” (point terpenting). Mungkin persoalan pada masa mendatang, bagaimana pengadaan kebutuhan vaksin untuk  mengimunisasi 269 juta penduduk. Inilah tugas pemerintah yang menurut penulis pasti sudah dipikirkan. Dengan kapasitas mesin Bio Farma yang sudah ditingkatkan pada awal tahun 2021 Indonesia akan memiliki 240 juta vaksin.

Apabila proses uji klinis dan pembuatan vaksin sukses, diprediksi pada akhir tahun 2021 Indonesia sudah akan bebas dari ancaman Covid-19. Sementara itu ada negara-negara lain yang masih akan kesulitan mendapat vaksin. Bukan tidak mungkin kita bisa memproduksi vaksin dan menjual ke negara lain.

Penutup

Penulis mengucapkan selamat bertugas kepada Proofesor Kusnandi Rusmil, kebanggaan teman-teman alumnus SMA Negeri 4 Jakarta, semoga sukses menjadi kordinator uji klinis tahap 3 Vaksin Covid19. “We are proud of you”.

Kita juga berharap LBM Eijkman, Universitas Airlangga serta Universitas lainnya di Indonesia mampu dan sukses membuat vaksin, sehingga Covid19 akan teratasi dan jelas ini peluang bisnis yang akan menghasilkan devisa.. Semoga Allah melindungi bangsa Indonesia dengan barokahNya, Aamiin Ya Rabbal  Alamin. Salam, Pray Old Soldier

Tentang Penulis: hps

Gambar Gravatar
Wartawan senior tinggal di Jakarta. hps@reporter.id

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *