Ke Taman Arkeologi Onrust, Saksikan Peninggalan Sejarah Haji dan Pandemi Pes

oleh
oleh
Pulau Onrust (IST)

JAKARTA, REPORTER.ID- Aduh senangnya waktu kita tamasya…Keluar kota indah pemandangannya…Lautan biru ombak menderu deru..Angin berlalu bawa perahuku laju…
Bersiul bernyanyi sesuka hati…Tiada kawan nanti merasa letih…
Aduh senangnya waktu kita tamasya…Tapi sayangnya hanya sehari saja…
Itu lirik lagu Tamasya puluhan tahun lalu. Jelas penciptanya mengajak kita ke laut untuk menghilangkan kejenuhan akibat berkutat di rumah permukiman daratan.

Di dermaga Pulau Onrust menuju Pulau Kahyangan

Makanya tak mengherankan bila Taman Arkeologi Onrust (TAO) di Kepulauan Seribu Selatan begitu banyak pengunjungnya yang datang berlayar dari daratan Jakarta saat mulai dibuka. Memang saat PSBB dikendorkan sejak 13 Oktober 2020 pengunjungnya hanya 13 orang. Tetapi hingga Minggu (18/10/2020) total mencapai 922 orang.

Replika kincir angin dan sepatu besi asli abad 18.(Inset).

Awalnya hari kedua sampai hari keempat landai saja peningkatannya.  “Tetapi pada hari Sabtu (17/10) menjadi 129 orang dan Minggu (18/10) melonjak lagi menjadi 705 orang untuk tiga pulau. Yaitu Pulau Kelor, Onrust dan Pulau Cipir,” kata Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Taman Arkeologi Onrust, Yetni Mulfrayetni melalui smartphonenya Selasa (20/10/2020).

Pengunjung disambut thermogun

Meskipun banyak pengunjung namun protokol kesehatan tetap dijalankan terutama memakai masker dan menjaga jarak.

Pemandu wisata Pulau Onrust Rosadi membenarkan pengketatan protokol kesehatan tersebut. Ia menuturkan untuk memburu waktu, para wisatawan pertama kali dipandu mengunjungi Pulau Kelor yang baru saja dibuka setelah perbaikan dermaga dan tanggulnya. Di pulau mungil yang memiliki benteng abad 19 itu tercatat pasangan artis Atikah Hasiholan dan Rio Dewanto menikah pada 24 Agustus 2013. Makanya di sinilah biasanya para wisatawan berfoto ria.

Setelah rombongan terdahulu meninggalkan Onrust menuju Pulau Kahyangan barulah rombongan yang dari Pulau Kelor menyeberang ke Pulau Onrust. Begitu seterusnya.

“Pengunjung setelah mendarat di dermaga Onrust kami pandu ke prasasti kemudian ke Museum,” kata Rosadi. Di bekas rumah dokter itu pengunjung menyaksikan foto foto ukuran poster dokumentasi zaman Pulau Onrust menjadi Barak Haji dan Pulau Kahyangan dijadikan RS Karantina Haji serta berbagai kegiatannya. Juga maket pulau itu dari berbagai periode zaman.

Koleksi sepatu besi

Yang tak kalah pentingnya banyak benda benda temuan dari penggalian arkeologis di pulau ini dan sekitarnya dipajang di ruang pamer seperti pecahan maupun barang fungsional utuh seperti piring, cangkir keramik, guci Cina botol kuno, ataupun batu bata dari negeri Belanda. Yang paling menarik adalah sepatu besi hanya sebelah kiri.

“Itu koleksi istimewa kami,” kata Rosadi tanpa menjelaskan dari zaman apa benda cagar budaya tersebut.
Mengenai sepatu besi itu arkeolog senior dari UI Candrian Attahiyat maupun Dra Rucky Nellyta arkeolog alumnus UGM mengatakan benda tersebut dari abad 18.

“Fungsinya untuk pemberat waktu orang bekerja di air memperbaiki kapal,” kata Nellyta yang cukup lama menjadi pejabat UPT Taman Arkeologi Onrust.

Memang Pulau Onrust pada abad 17 dan 18 menjadi galangan kapal.

Kembali mengenai alur kunjungan wisatawan, Rosadi kemudian mengajak mereka menyaksikan bekas barak barak haji dan tempat cucinya.Terlihat ada bekas pagar anti tikus dan ruang bawah tanah yang berisi air.
Sempat juga melihat bekas penjara zaman Jepang dan tempat gladiator mini.

Setelah ke kuburan Belanda dari abad 17 dengan misteri umur pendeknya, rombongan wisatawan menyusuri pantai barat bertemu dengan makam yang dipercaya sebagai makam SM Kartosuwiryo pemimpin pemberontak DI/TII yang dieksekusi di pulau itu tahun 1960-an.

Acara selanjutnya diarahkan ke sekitar masjid untuk istirahat, makan siang dan solat dzuhur. Berikutnya rombongan berlayar ke Pulau Kahyangan atau Cipir yang memiliki beberapa gazebo untuk istirahat sejenak sambil menyapu pandang sekeliling.

Pemandu wisata Enden Sainudin mengatakan keistimewaan pulau bekas RS Karantina Haji tahun 1911-1933 itu adalah memiliki sumber air tawar yang segar.

Arkeolog Husnison Nizar yang berpengalaman mengelola TAO menjelaskan, RS Karantina Haji di Onrust itu memang didirikan untuk mengatasi pandemi penyakit pes atau leptospirosis yang ditularkan oleh tikus melalui air kencingnya.

“Makanya di bekas barak haji ada pagar baja tipis. Itu sampai ke fondasi dalam tanah sekitar 30 cm. Fungsinya agar tidak dimasuki tikus,” kata Husnison.

Dia sepakat dengan anggapan pengamat budaya dan pariwisata Jakarta H Abu Galih bahwa lonjakan pengunjung TAO itu sebagai bentuk respon masyarakat Jakarta dan sekitarnya terhadap ajakan Proff Dr Meutia Hatta Swasono putri Proklamator Kemerdekaan RI dan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan.

Kedua tokoh ini dalam peringatan Hari Museum Indonesia yang diselenggarakan AMI DKI Jakarta Paramita Jaya secara daring Kamis (15/10/2020) mengajak masyarakat untuk belajar ke museum tentang sejarah bangsa dan siklus bencana serta pandemi sampai solidaritas untuk mengatasinya. Sebab terlihat lonjakan jumlah pengunjung TAO terjadi setelah ajakan kedua tokoh tersebut.

Miss Ari , Kasubbag Tata Usaha UP Museum Kebaharian Jakarta juga mengakui anggapan tersebut. Hal itu dapat dilihat dari kunjungan 3 museum di bawah unit pengelola yang dikepalai Berkah Shadaya tersebut.

Tercatat pada 13-18 Oktober 2020 pengunjung TAO terbanyak yaitu 922 orang, Rumah Si Pitung 342 orang dan Museum Bahari 102 orang.

Memang dari ketiga museum itu yang berkaitan dengan sejarah pandemi suatu penyakit hanyalah Taman Arkeologi Onrust.(Suprihardjo).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *