SEBAGAIMANA kita ketahui, Pandemi virus corona atau Covid-19 telah menyebabkan porak poranda ekonomi dunia dan nasional. Kalangan pelaku bisnis begitu tertatih menyelamatkan usaha mereka akibat Covid-19. Pemerintah memprediksi tahun 2021 ekonomi berada pada level 4.5-5%. Kenyataannya, sulit dicapai. Potensi ekonomi tidak dapat 100% dicapai selama protokol kesehatan digunakan.
Bila 4.5-5% itu adalah asumsi kapasitas 100% digunakan maka angka realistisnya pertumbuhan ekonomi berada dibawah itu, Prediksi PodNarasi adalah 2.5-3.9%. Protokol kesehatan mungkin akan direlaksasi tapi dihilangkan pada tahun 2021 masih jauh.
Selama vaksin belum didistribusikan 100% kepada penduduk dewasa maka protokol kesehatan akan terus diberlakukan. Dalam protokol kesehatan, tidak mungkin full capacity digunakan. Industri maskapai penerbangan hanya diizinkan 70% dan restoran-hiburan hanya melanyani 50%.
Sementara overhead cost seperti karyawan, listrik harus dibayar penuh oleh pelaku usaha. Dengan pembatasan tersebut kapasitas dunia usaha tidak akan berlangsung normal dan kondisi tersebut diprediksi berlanjut sampai akhir 2021.
Pemulihan ekonomi masih mengandalkan belanja negara karena pihak swasta masih tertatih mengkompensasi biaya operasionalnya. Pola pemulihan ekonomi Indonesia yang hanya mengandalkan belanja negara akan membentuk pola U bahkan L dan sulit untuk mencapai pola kurva V. Apabila terdapat gelombang kedua di tahun 2021 maka pola pemulihan ekonomi menjadi W.
Bagaimana dengan Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2020 ini
Bank Dunia, OECD dan IMF memproyekso ekonomi Indonesia 2020 ini adalah terkontraksi 1-3%. namun tahun depan akan better off meski tidak setinggi prediksi Pemerintah 5%.
Bila daya serap belanja pemerintah tidak menggembirakan, kami memprediski 2020 diakhiri pertumbuhan negatif tipis di minus 1% hingga positif 1%. Bila daya serap belanja bagus pertumbuhan kuartal IV 2020 bisa positif 0.5-2% sehingga 2020 ditutup dengan pertumbuhan positif 0.8-1.5%.
Strategi Penguatan Sektor Jasa
Selain solusi belanja pemerintah, pemulihan ekonomi di tahun 2020 bisa melakukan relaksasi yang lebih cepat disektor jasa. Seperti sektor Ekonomi Kreatif dan Hiburan. Bioskop dan pertunjukan kreatif bisa dibuka dengan cara konsumen melakukan tes PCR atau Swab sebelum memasuki tempat pertunjukan tersebut. Namun test PCR senilai Rp900 ribu masih terlalu mahal, harusnya ditekan sampai 200-300 ribu saja.
Bila menggunakan alat buatan anak negeri seperti di Yogjakarta dan hal tersebut dapat diterapkan secara nasional mungkin sektor ekonomi kreatif dan hiburan bisa menjadi andalam pertumbuhan ekonomi di kuartal IV 2020 ini.
Sektor yang menarik untuk dishare disini adalah sektor primer makanan dan minuman dimana data menunjukan masyarakat Indonesia menjamur berjualan makanan dan minuman dan publik saling membeli.
Mendorong Konsumsi masyarakat juga strategi berikutnya untuk memulihkan ekonomi bisa lebih cepat. Demikian strategi kebijakan ekonomi yang dapat kami sampaikan. Kita harus mampu mempercepat vaksin terdistribusi untuk meningkatkan 100% Kapasitas ekonomi.
Kita harus mempercepat dan mengawasi belanja negara karena itu yang dapat diandalkan disaat sektor swasta sedang tertatih, kita perlu menurunkan lagi biaya PCR sampai di level 200 ribu dibandingkan saat ini 900 ribu dengan teknologi anak negeri. Kita perlu memulai relaksasi dibeberapa sektor setelah harga PCR diturunkan salah satunya adalah sektor ekonomi kreatif dan hiburan. Dan kita perlu mendorong bisnis primer dengan saling membeli dagangan tetangga karena itu memperkuat konsumsi masyarakat sebagai langkah awal pemulihan ekonomi di kuartal IV 2020. ***