JAKARTA, REPORTER.ID — Museum Wayang di Kota Tua Jakarta saat ini sudah berumur 45 tahun dan memiliki 6.898 koleksi berbagai wayang kulit, wayang golek, boneka dan topeng serta gamelan dari seluruh nusantara dan dunia. Dalam upaya pelestarian dan pengembangan wayang sebagai warisan budaya bangsa yang sudah diakui UNESCO, Museum Wayang sebelum pandemi covid 19, dalam setahun menyelenggarakan pergelaran berbagai jenis wayang sebanyak 52 kali. Dari jumlah itu 40 kali pergelaran diselenggarakan di Auditorium Museum Wayang. Sedang 12 kali diselenggarakan di berbagai ruang publik di seluruh DKI Jakarta.

Demikian diungkapkan Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Museum Wayang, Sumardi S.Sos di museumnya Sabtu (7/11/2020). “Pada peringatan Hari Wayang Nasional 7 November 2020 ini kami Museum Wayang mendukung PEPADi Pusat menyelenggarakan Festival Nasional Dalang Bocah dan Dalang Muda secara virtual 7 sampai 16 November 2020,” ujar Sumardi.

Sehubungan dengan itu, kata Sumardi, Museum Wayang selama ini selalu memberikan kesempatan para dalang bocah maupun remaja untuk tampil dalam berbagai pergelaran wayang.
“Kami memiliki beberapa koleksi unggulan. Di antaranya Wayang Kyai Intan buatan tahun 1870 lengkap dengan gamelannya. Wayangg Intan ini gaya Yogyakarta karya Babah Lim keturunan Tionghoa,” tutur Sumardi.
Keistimewaan Wayang Intan 90% bertatahjan intan yang gemerlap. Di samping itu sunggingannya bukan dengan cat minyak atau cat air seperti biasa, melainkan dari bahan alami sehingga lebih awet. “Misalnya untuk warna putih bahannya dari tulang,” imbuhnya.
Koleksi unggulan lainnya Wayang Revolusi yang sempat menjadi koleksi museum di Negeri Belanda dan lampu blencong yang sama dengan lampu blencong di Puri Mangkunegaran.
“Lampu blencong koleksi Museum Wayang dari tahun 1925. Pada saat itu saja umurnya sudah 200 tahun,” kata Sumardi. Berarti lampu tersebut kini sudah berumur 295 tahun atau hampir 3 abad. Lampu blencong digunakan untuk penerangan dalam pergelaran wayang kulit.
Menurut Sumardi kesenian wayang bangsa Indonesia diakui oleh badan dunia bidang pendidikan dan kebudayaan UNESCO sebagai warisan dunia tak benda sejak 7 November 2003. Karena itu sejak Desember 2018 Pemerintah RI melalui Keputusan Presiden nomor 30 tahun 2018 menetapkan tanggal 7 November sebagai Hari Wayang Nasional. “Sekarang ini kita memperingati Hari Wayang Nasional untuk kedua kalinya,” tutur Sumardi
Sementara itu Humas Persatuan Pedalangan Indonesia (PEPADI) Pusat Ragil Radiyo selaku Ketua Panitia Festival Dalang Bocah dan Dalang Muda Virtual tingkat Nasional 2020 mengatakan festival nasilnal tersebut telah dimulai Sabtu (7/11/2020) sejak pukul 08.00 yang diikuti 27 dalang bocah dan 30 dalang muda dari 11 provinsi. Pra pembukaan menampilkan 6 dalang bocah secara virtual dengan pembawa acara Sudirman Dirgo.
Dalang bocah tersebut masing masing Gatan Wisnu Artha (13 tahun) dari Jawa Timur menggelar cerita Perwitasari. Disusul dalang Raka Triabawa Putra Wiranto (12) membawakan cerita Gatotkaca Jedi (Lahir).
Disusul dalang bocah Catur Putra (10) dari Jawa Tengah, Bimo Nugroho (19) dari Jawa Barat, Arka Wicaksono (13) dari Kalimantan Barat, dan Djanggan Purbodjati (12) dari Daerah Istimewa Yogyakarta. Pembukaan resmi dilakukan pukul 19.30 dengan pergelaran wayang virtual pemenang festival serupa tahun 2019 silam.(pri).