JAKARTA, REPORTER.ID- Museum sebagai tempat pembelajaran, pendidikan dan hiburan, menghadapi dampak pandemi covid-19 seperti sekarang ini memerlukan empat hal. Yaitu aktualisasi museologi, komunikasi, hubungan timbal balik dengan komunitas (community relations) dan pemasaran (marketing) untuk menjembatani jurang antara pengunjung atau pelanggan dengan produk yang diinginkan.
Ketua Asosiasi Museum Indonesia Daerah DKI Jakarta (AMIDA) Paramita Jaya Yiyok Trio Herlambang SE,MM, menandaskan hal itu pada Pelatihan Manajemen Museum di Hotel Desa Wisata TMII, Jakarta Timur, Kamis (19/11/2020) yang diikuti sekitar 60 orang pengelola museum di DKI Jakarta.
Pelatihan tersebut diselenggarakan Asosiasi Museum Indonesia (AMI) dengan pembukaan dan pengarahan oleh Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI Judi Wahjudi, M.Hum, Rabu (18/11/2020) dan berlangsung sampai dengan Jumat (20/11/2020) sore.
Selain Yiyok Herlambang, tampil pula Sekjen AMI Drs Sigit Gunardjo S.MM, Ketua Komunitas Jelajah Budaya Kartum Setiawan, M.Hum, dan Aprina Murwanti Ph.D, sebagai narasumber dengan moderator Sekretaris AMIDA Paramita Jaya Mis Ari dan Kepala Museum Pusaka TMII Rian Timadar.
Mengenai aktualisasi museologi, Yiyok Trio Herlambang menjelaskan, itu meliputi riset, penelitian terhadap warisan budaya dan berkaitan dengan disiplin ilmu tertentu, preservasi, pemeliharaan fisik dan administrasi koleksi termasuk di dalamnya manajemen koleksi, dan komunikasi, yaitu penyebaran hasil penitian melalui pameran, events, roadshow dan publikasi.
Sedangkan community relations menurut Yiyok adalah komunikasi dua arah timbal balik antara museum dengan masyarakat atau penduduk yang tinggal sekitar museum, demi kepentingan bersama yang dilandasi saling percaya.
Mengenai promosi, Yiyok menjelaskan promosi dalam museum merupakan fungsi pemasaran yang terfokus untuk mengkomunikasikan program program secara persuasif kepada target audience yaitu pengunjung.
“Museum harus memikirkan cara menarik pengunjung. Misalnya menjadi sponsor dengan mencantumkan nama museum pada seragam tim, menggambarkan lokasi museum dalam film cerita atau pengakuan selebritis tentang manfaat kunjungan ke museum dan lain sebagainya,” ujar Yiyok.
Sementara pada forum yang sama hari sebelumnya museolog Kartum Setiawan membeberkan masalah manajemen pameran. “Untuk pameran di museum, syaratnya koleksi yang dipamerkan harus jelas asal usulnya. Yaitu koleksi tersebut diperoleh secara sah, harus terawat dan tidak berefek negatif bagi kelangsungan hidup manusia dan alam. Tema pameran harus unik dan kreatif. Sedang jenis pameran ada yang tetap, temporer dan ada pameran keliling,” kata Kartum yang mengetuai Komunitas Jelajah Budaya itu.
Para peserta pelatihan seperti Sumardi S.Sos, Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Museum Wayang, Agus Arianto Kasatpel Galeri Rumah Si Pitung, dan Ahmad Surya selaku Kasatpel Museum Seni Rupa dan Keramik Jumat (20/11/2020), menyatakan pelatihan ini cukup menarik. Apalagi waktu diskusi para peserta pelatihan enggan meninggalkan acara tersebut. “Saya lihat juga dari Museum TNI Satria Mandala sebagai peserta dan dari Museum Macan sebagai penyampai materi,” ungkap Agus.(PRI).