Wisata Kota Tua Menggeliat, Sepeda dan Manusia Patung Masih Dibatasi

oleh
oleh
Suasana di Kota Tua, Jakarta

JAKARTA, REPORTER.ID- Diwarnai deretan wastafel tempat cuci tangan dengan ketersediaan sabun cair, kawasan Kota Tua Jakarta hari Sabtu (21/11/2020) kedatangan banyak wisatawan yang bermasker.

Mereka masuk melalui satu pintu kecil di Jl Pintu Besar Utara yang dijaga beberapa petugas di antaranya dilengkapi thermogun yang dibidikkan ke punggung telapak tangan pengunjung.

Para wisatawan lewat saja di depan Museum 3D Art maupun pintu masuk Museum Sejarah Jakarta, namun ada juga yang berbelok ke sana.
Di bawah pohon pohon nyiur yang biasa ada pelukis siluet dan tukang grafir menjajakan jasanya, kini kosong saja.
Namun pemusik komunitas setempat, kelompok Ariv dan Rangga sudah tampil masing masing di depan Bank Mega dan Kantor Pos, Kota Tua.

Sementara ada beberapa orang mampir ke Museum Wayang setelah berkeliling ke ruang pamer turun ke art & gift shop untuk beli cinderamata alias souvenir.

“Saya masih mempersiapkan pergelaran wayang kulit untuk besok siang (Minggu 22/11/2020), Pak De. Itu bekerjasama dengan studio dari Korea dan masih dalam suasana Hari Wayang Nasional 2020,” kata Sumardi, S.Sos, Kepala Satuan Pelayanan Museum Wayang sambil memilah-milah wayang kulit bersama anak buahnya.

Diakui sejak pekan lalu pengunjung museum ini lumayan bertambah. Tercatat Jumat (20/11/2020) hanya 66 orang, Sabtu (21/11/2020) meningkat mejadi 172 orang termasuk 9 orang wisatawan mancanegara.

Di antara deretan wastafel, satu yang di depan Museum Wayang tersebut dioperasikan tanpa sentuhan tangan. Secara mekanik air maupun sabun cair keluar sendiri setelah pedal di bawahnya kita injak.

Gedung Museum Wayang itupun unik karena dahulu merupakan Gereja Belanda dari abad 17- 18.
Berkeliling Taman Fatahillah hanya pinggirnya saja yang ada pengunjungnya. Di tengah plaza berlapis batu alam itu tampak kosong.
Di dekat meriam Si Jagur buatan Portugis abad 17 itu tersedia dua sepeda wisata yang disewakan.

Manusia patung yang lebih 8 bulan menghilang, kini muncul di sekitar meriam tersebut.
“Sudah dua kali ini kami boleh tampil, Pak. Ya bersyukurlah,” kata Hidayat yang berkostum tentara bertopi baja dengan sekujur tubuhnya berbalur warna hijau metalik.

Hidayat lalu curhat, gara gara pandemi banyak manusia patung di Kota Tua yang pulang kampung dan rumah tangganya berantakan.
“Kami juga terpaksa berpisah. Dua anak saya dibawa isteri,” ucapnya sendu.

Namun di dekat Hidayat ada pula wajah baru, yaitu Zainal (47). Dia tampil mirip patung Jenderal Sudirman yang tegak di kawasan Dukuh Atas.
“Tadinya saya penjual minuman teh dingin,” ucap Zainal yang sudah bercucu 2 itu.

Ada dua atau tiga wisatawan muda bersepeda di pinggir plaza. Sementara di tengah plaza yang berpaving blok batu andesit itu tampak kosong tak ada seorang pun melintas.

Kepala Unit Pengelola Kawasan Kota Tua Dedy Tarmizi yang hari itu datang ke kantornya mengakui untuk menghindari kerumunan ada ketentuan yang harus dipatuhi semua pihak.
“Seperti sepeda wisata hanya dibolehkan di dua titik. Salah satunya di dekat meriam Si Jagur,” kata Dedy. Tiap titik disediakan 2 atau 3 sepeda onthel bercat mencolok.

“Pengunjung hanya boleh bersepeda di pinggir plaza Taman Fatahillah dan lorong lorong Kota Tua,” tambahnya.

Menurut Dedy Tarmizi untuk membantu kehidupan komunitas Kota Tua memang sejak akhir pekan lalu tiap Sabtu dan Minggu mereka anggota komunitas Kota Tua diizinkan tampil. Namun jumlahnya dibatasi sehingga dilakukan penggiliran.
Mengenai wastafel tempat cuci tangan di kawasan tersebut Dedy Tarmizi menegaskan sejak pandemi fasilitas itu sudah disedikan oleh pihak UPK Kota Tua sendiri maupun oleh para pemangku kepentingan.

“Ada pula yang disediakan oleh PDAM DKI Jakarta. Kini jumlah semuanya ada 33 wastafel,” katanya.
Untuk pengawasannya, tiap hari diturunkan 25 anggota Satgas UPK Kota Tua seperti dikatakan oleh Pengawas Kota Tua, Mohammad Maksum.
Jalur pengunjung kawasan Kota Tua terutama zona inti Taman Fatahillah masuk dari Jl Pintu Besar Utara dan keluarnya lewat lorong gedung Jasindo. (pri).

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *