MPR dan IDI Minta Pemerintah Prioritaskan Vaksin Merah Putih

oleh

JAKARTA, REPORTER.ID – MPR RI dan Ikatan Dokter Indonesia (IDI) meminta pemerintah memperioritaskan vaksin Merah Putih jika sudah lolos uji klinis fase 3 sesuai dengan standar WHO. Namun, vaksin Sinovac yang sudah dipesan sejak awal dan kualitasnya hampir sama dengan Moderna, Pfizer, maupun Sputnik V, jangan sampai ditinggalkan. Sebab, vaksin tersebut sangat dibutuhkan untuk menyelamatkan jiwa masyarakat.

“Vaksin Merah Putih yang diproduksi Indonesia seharusnya menjadi prioritas untuk vaksinasi pandemi covid-19. Tentu, harus lolos uji klinis fase 3. Selain itu, harganya harus terjangkau terutama bagi masyarakat miskin. Jadi, pemerintah jangan mencari keuntungan dalam vaksinasi ini,” demikian Wakil Ketua MPR RI Sjarifuddin Hasan.

Hal itu disampaikan Sjarifuddin Hasan dalam diskusi 4 pilar MPR RI “Harapan dan Optimisme Vaksin Covid-19 untuk Keselamatan Rakyat” bersama anggota MPR RI FPAN Intan Fauzi, dan Ketua Umum PB IDI Daeng M. Faqih di Gedung MPR RI Senayan, Jakarta, Rabu (25/11/2020).

Apalagi menurut Ketua Majelis Tinggi DPP Partai Demokrat ini, seluruh rakyat sedang menunggu vaksinasi covid-19 ditambah menghadapi ekonomi yang sulit. “Kalau bisa vaksin itu digratiskan, mengingat rakyat miskin dan hampir miskin itu mencapai 50 juta orang. Kalau gratis, itu sesuai dengan amanat UUD NRI 1945 dimana pemerintah wajib melindungi keselamatan rakyatnya, sehingga tak boleh ada diskriminasi,” ujarnya.

Intan Fauzi sendiri menegaskan kalau yang menjadi sasaran penerima vaksin tersebut sebanyak 30 persen (107 juta orang), dengan tiga kelompok masyarakat; yaitu penerima BPJS Kesehatan, TNI/Polri, dan petugas kesehatan dengan usia rentan antara 18 tahun hingga 59 tahun. “Anggaran untuk 30 persen itu APBN. Yang penting vaksin itu aman, nyaman, dan efektif untuk penyembuhan,” katanya.

Menurut Intan, pandemi covid-19 ini sebagai perjalanan panjang bagi masyarakat dan hampir setahun ini sehingga cukup melelahkan. Karena itu, vaksin menjadi harapan bersama dan jangan sampai menimbulkan gejolak.

“Di satu vaksin menjadi harapan besar rakyat, dan di sisi lain pencegahan yang paling efektif adalah mematuhi imbauan pemerintah dengan disiplin protokol kesehatan dengan 3 M (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak – menghindari kerumunan),” ungkapnya.

Sementara itu Daeng mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir apalagi takut dengan vaksinasi vaksin covid-19 tersebut. Sebab, semua jenis vaksin sudah melalui uji klinis di BP POM itu sesuai standar WHO, dan bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Toh, katanya selama ini hampir seluruh rakyat Indonesia diselamatkan oleh vaksin yang disebut sebagai imunisasi.

“Sebelumnya juga ada vaksinasi tipus, mers, sars, polio, ebola dan sebagainya. Hanya saja tidak menjadi pemberitaan yang mainstrem. Tingkat kematiannya pun lebih rendah dibanding flu burung dan stunting. Vaksinasi itu sebagai otoritas negara melalui BP POM untuk melindungi keselamatan rakyatnya melalui syarat yang ketat, bersifat universal dan terus dipantau WHO,” tambahnya.

Menurut Daeng, uji klinis melalui tiga tahapan; pertama melalui binatang, kedua ke manusia, dan ketiga ke manusia lagi. “Kalau sudah terbukti aman, nyaman dan efektif, maka masyarakat tak perlu khawatir untuk vaksin covid-19 tersebut,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *