JAKARTA,REPORTER.ID – Dalam dunia priwisata MPR RI mendesak pemerintah selama pandemi maupun pasca pandemi covid-19 ini fokus kepada wisatawasan nusantara (Wisnus), tapi dengan tetap mempromosikan kepada wisatasan mancanegara (Wisman). Seperti apa yang dilakukan oleh China, yang pertumbuhan ekonominya mulai positif dengan mengoptimlkan wisatawan di dalam negerinya, yang jumlah penduduknya sama besar dengan Indonesia.
“Saat ini sebaiknya pemerintah fokus kepada wisatawasan nusantara demi keselamatan jiwa sekaligus keselamatan ekonomi nasional. Karena itu, semua harus mensupport pemerintah daerah dalam wisata ini dengan menerapkan secara ketat protokol kesehatan melalui 4 K (kesehatan, kebersihan, keselamatan, dan kelestarian lingkungan),” tegas anggota MPR RI yang juga Wakil Ketua DPR RI Hetifah Syaifudian.
Hal itu disampaikan dalam diskusi Empat Pilar MPR RI ‘Kebangkitan Pariwisata dari Pandemi sebagai Pondasi Ekonomi Nasional’ bersama anggota MPR RI dari Demokrat yang juga Wakil Ketua DPR RI Dede Yusuf, Sekretaris Deputi Kebijakan Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Hariyanto, dan Penulis buku Naked Traveler Series, Trinity di Gedung MPR/DPR RI Senayan, Jakarta, Senin (30/11/2020).
Dengan menerapkan 4 K tersebut lanjut Waketum Golkar itu, maka wisatasan tidak merusak saat menikmati keindahan alam, melainkan sebaliknya melestarikannya. Sehingga semua bisa berwisata dengan aman, nyaman, dan harganya terjangkau. Dimana selama pandemi covid-19 ini ada dana hibah dan bantuan langsung tunai (BLT) untuk pariwisata, meski tak cukup untuk menstimulus pariswisata secara nasional.
Untuk itu ia mengusulkan revisi UU No.10 tahun 2009 tentang pariwisata untuk pengawasan, kebijakan dan anggaran tersebut bisa mendorong tumbuhnya wisata sekaligus perekonomian nasional pasca pandemi. “Saat ini yang terpenting membangun kepercayaan kepada masyarakat,” ungkapnya.
Dede Yusuf mengakui jika selama pandemi sekitar setahun terakhir ini masyarakat ingin keluar rumah dengan beriwisata. Bahkan di hari Jumat, Sabtu, dan Minggu destinasi wisata di Bandung saja mencapai 90 – hingga 100 persen wisatawan memenuhi tujuan wisata. Ada pula yang sudah memesan tiga bulan sebelumnya, akibat antrean pemesanan untuk wisata tersebut. “Toh, pemasukan dari wisatawan nusantara dan wisatawan mancanegara itu hampir sama. Jadi, sudah seharusnya pemerintah fokus pada wisatawan dalam negeri,” ujarnya.
Selain menerapkan 4 K kata Dede, juga penting perbaikan infrastruktur, diupload ke media sosial, meningkatkan keterampilan (up skilling) program wisata, dan apalagi tidak semua tersertifikasi, namun melakukan promosi ke luar negeri. “Jangan sampai begitu pasca pandemi akibat tak ada promosi ke mancanegara, pariwisata kita tenggelam,” kata Dede mengingatkan.
Menurut Hariyanto pemasukan dari pariwisata tersebut bahkan pernah melampaui pendapatan dari minyak sawit (CPO). Namun, saat ini secara global semua terdampak covid-19. Karena itu dalam pariwisata ini pemerintah fokus pada Program Sertifikasi CHSE (Clean, Health, Safety andn Environment) atau Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan adalah proses pemberian sertifikat kepada usaha pariwisata, usaha/fasilitas lain terkait, lingkungan masyarakat, dan destinasi pariwisata. “Semua sudah diatur dan hanya tinggal menerapkannya secara ketat, khususnya dalam protokol kesehatan yang lebih baik,” ungkapnya.
Trinity sendiri kecewa pada wisatawan dalam negeri yang ternyata mengabikan protokol kesehatan selama ini. “Di daerah perilaku hidup masyarakat sendiri justru seperti tidak terjadi apa-apa. Selain tak pakai masker, mereka malah ngumpul-ngumpul. Ini kan mengkhawatirkan kita yang sadar akan pentingnya kesehatan dari covid-19. Jadi, saya sendiri masih agak parno, khawatir dengan kondisi itu,” tambah Trinity.