JAKARTA, REPORTER.ID- Peraih Juara II Lomba Desain Batik Jakarta Timur tahun 2020, Aryani, harus ke Temanggung, Jawa Tengah untuk belajar membuat pewarna alami biru. Ia didampingi suami dan anaknya belajar proses tersebut selama 3 hari di kota pegunungan itu tanggal 29 sampai dengan 30 November yang lalu.
“Warna alami biru itu didapat dari tanaman Strobilantes Cusia yang dibikin pasta. Saya ingin membuat kain batik sesuai desain saya yang menang itu yang dominan warna biru,” kata Aryani ketika dihubungi Selasa (1/12/2020). Desain batiknya diberi judul “Memandang BKT” yang kaya dengan warna air, biru muda dan abu abu.
Kebetulan di Museum Tekstil Jakarta tanaman yang menghasilkan warna biru itu belum ada, karena bukan tanaman asli Indonesia.
Di Temanggung kata Aryani ada kebun tanaman tersebut.
Dia tidak sendiri karena yang belajar pewarna dari tumbuhan strobilantis cusia ada 3 orang. Dua orang lainnya masing masing dari Yogyakarta dan dari Malang.
Aryani yang berdomisili di RT06/RW 07 Kelurahan Ujung Menteng, Cakung itu mengaku belajar batik sejak tahun 2012.
“Saya belajar batik di rumah dari pelatihan program Pak Fauzi Bowo menjabat Gubernur DKI Jakarta. Pelatihnya dari Kota Batik Pekalongan yang didatangkan oleh gubernur,” ujar Aryani.
Ditekankan mengapa ia memilih pewarna alami? “Ya biar tidak merusak lingkungan. Karena prinsip batik saya sebagai sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Tentu harus dilaksanakan dengan cara yang baik pula,” tandasnya.
Di rumahnya terkadang anak anak murid SD suka datang belajar batik yang sudah diakui oleh UNESCO sebagai warisan dunia tak benda tersebut. Karena workshop-nya maka disebutnya “Beranda Batik.” Sementara itu Kepala Satuan Pelayanan Museum Tekstil Jakarta Ardi Hariyadi S. Sn secara terpisah Selasa (1/12/2020) mengatakan di sekitar museumnya ada taman pewarna alam.
“Ada 26 jenis tanaman bahan pewarna alami. Seperti pohon Mahoni, yang batang dan daunnya untuk menimbulkan warna coklat. Juga pohon Jati yang daun mudanya juga untuk pewarna coklat,” kata Ardi.
Tanaman lainnya pohon jambu biji yang kulit kayunya untuk warna hijau tua,
Kembang Sepatu, bunganya untuk warna ungu, Bunga Telang bunganya untuk warna biru, dan pohon Kesumba
yang biji buahnya menimbulkan warna oranye.
Pohon Pinang diambil buahnya untuk warna coklat dan pohon Manggis yang kulit buahnya untuk menjadikan kain berwarna ungu.
“Kalau di depan pendopo hanya ada pohon belimbing dan kapuk randu,” tambahnya
Diakuinya, Museum Tekstil sering menjadi ajang belajar membatik yang diberikan tempat di Pendopo di belakang Galeri Batik. Namun dalam suasana pandemi ini masih sepi peserta.
“Karena yang datang ke museum juga masih dibatasi,” tuturnya.
Mengenai pengunjung Museum Tekstil, Kepala Unit Pengelola Museum Seni, Esti Utami mengakui paling sedikit dibanding Museum Wayang dan Museum Seni Rupa & Keramik sesama dalam manajemen Museum Seni.
Tercatat selama tahun 2020 ini sampai akhir November pengunjung Museum Tekstil hanya 8.000 an orang. Sementara pengunjung Museum Seni Rupa & Keramik sekitar 26.000 orang dan Museum Wayang sekitar 48.000 an orang.
Seperti laporan Yusmaniar dari bagian data, pengunjung Museum Tekstil selama 2020 sampai akhir November 8.095 orang. Terbanyak bulan Februari 3.345 orang. Dan paling sedikit September hanya 58 orang selama 12 hari buka.(PRI).