JAKARTA, REPORTER.ID – Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat menegaskan jika ancaman serius saat ini dan sepuluh tahun ke depan adalah masih intoleransi. Banyak kasus yang mengatasnamakan agama tiba-tiba muncul yang membuat masyarakat terkejut. Karena itu, pemeirntah dan masyarakat harus melakukan hal-hal yang konkret dalam merawat keberagaman bangsa ini.
Demikian disampaikan Lestari dalam diskusi Empat Pilar MPR RI “Peran Wanita Dalam Merawat Keberagaman Bangsa” bersama I Gusti Ayu Bintang Puspayoga (Menteri PPPA) dan Zannuba Arifah Chafsoh Abdurrahman Wahid (Yenny Wahid) Direktur Wahid Foundation, di Gedung MPR RI, Senayan Jakarta, Jumat (4/12/2020).
“Intoleransi itu ancaman yang sangat serius karena sudah menjadi ideologi sebagian masyarakat dengan tujuan mendirikan negara khilafah. Padahal, berdirinya negara ini atas dasar kesepakatan founding fathers dengan ideologi Pancasila, dan kesadaran itu sudah berkembang sejak 1908, 1928 hingga merdeka, dimana para pemuda dari berbagai agama, suku, bangsa dan golongan sudah bersatu untuk berdirinya sebuah negara bernama Indonesia ini.
Sehingga begitu negara ini terbentuk sudah memiliki berbagai macam keunikan dari berbagai multietnis dan agama. “Tapi, tanpa kita sadari tiba-tiba setelah 75 tahun merdeka kita terkaget-kaget dengan munculnya intoleransi itu. Padahal, multi etnis dan agama ini seharusnya merupakan sebuah kekayaan tiba-tiba menjadi masalah besar karena saya sendiri tidak tahu berasal dari mana?” kata politisi NasDem itu mempertanyakan.
Karena itu, menurut peneliti LIPI Cahyo Pamungkas menyebutkan dalam 10 tahun ke depan Indonesia ini akan menghadapi masalah yang luar biasa terkait dengan intoleransi dan masalah yang berhubungan dengan agama dan kepercayaan dan juga separatisme. “Jadi, harus ada langkah-langkah konkrit dan masif yang dilakukan MPR sebagai rumah kebangsaan dan juga para wartawan yang ada di MPR RI harus menjadi garda terdepan untuk bisa menyuarakan kembali nilai-nilai kebangsaan dan bagaimana kita bisa merajut keberagaman dengan baik,” tambah Lestari.
Sesungguhnya perempuan itu bisa memainkan peran yang sangat penting dalam masyarakat yang heterogen meski masih menganut budaya patrialis, tapi tidak bisa dipungkiri bahwa perempuan sebagai ibu itu memegang peranan yang sangat penting di dalam tatanan negara Indonesia.
Sejarah besar perempuan-perempuan yang luar biasa mulai dari Laksamana Malahayati kemudian tokoh-tokoh perempuan setelah itu, ada Ratu Kalinyamat, Martha Christina Tiahahu, Cut Nyak Dien, Dewi Sartika dan lain-lain sampai dengan perempuan perempuan modern sekarang. “Sebentar lagi kita peringati Hari Ibu akan banyak pejuang-pejuang perempuan yang meletakkan dasar-dasar bagaimana perempuan mengambil peran dalam mengawal kebangsaan ini,” pungkasnya.