Lebih 11 Persen Pengunjung Museum Tekstil Belajar Batik dan Warna Alami

oleh
oleh

JAKARTA, REPORTER.ID- Tahun 2020 ini tercatat lebih dari 900 orang, atau tepatnya 919 orang pengunjung Museum Tekstil di Jl KS Tubun no.4 Jakarta Barat, belajar batik, pewarna alami maupun ecoprint. Jumlah itu bila dibandingkan dengan total pengunjung museum tersebut sekitar 8.000 atau tepatnya 8.188 orang mencapai 11 % lebih.
Kepala Satuan Pelaksana (Kasatpel) Museum Tekstil, Unit Pengelola (UP) Museum Seni, Triyadi Purnomo mengungkapkan hal itu Minggu (13/12/202).
Diakuinya bila dibandingkan dengan tahun 2019 silam jumlah pengunjung termasuk yang belajar membatik dan mewarnai dengan pewarna alami jauh berkurang. Hal itu karena adanya pandemi corona sejak Maret 2020.
“Itu wajar. Tidak sektor kesehatan saja, hampir semua sektor terdampak pandemi covid-19, termasuk sektor ekonomi dan lainnya,” kata Triyadi.
Laporan Yusmaniar dari bagian data kepada Kepala UP Museum Seni Esti Utami per 13 Desember 2020 menyebutkan, jumlah pengunjung Museum Tekstil sampai hari Minggu itu mencapai 8.188 orang atau 8.000 orang lebih.
Untuk perbandingan tahun 2019 yl pada periode yang sama mencapai 35.000 orang lebih. Jadi tahun ini pengunjungnya susut tinggal seperempatnya.
Diakui Triyadi, Museum Tekstil selain memiliki ribuan kain batik, tenun ikat maupun busana tradisional dari berbagai daerah di Nusantara dan manca negara, juga memiliki koleksi alat tenun bukan mesin (ATBM) dan taman tumbuhan bahan pewarna alami.
Tercatat 26 jenis tanaman untuk bahan pewarna alami di taman belakang museum tersebut. Dari tanaman itu ada yang diambil daunnya, buahnya, bunganya, daun maupun kul Sedangkan ruang pamer koleksi museum berada di gedung utama.
Untuk belajar batik maupun pewarna alami dan ecoprint disediakan tempat khusus di luar gedung utama museum, yaitu di Pendopo Batik.
Kecuali itu disediakan pula perpustakaan di Museum Tekstil dengan ribuan buku yang berkaitan dengan batik, wastra nusantara dan sejarahnya.
“Pengunjung ada saja yang datang ke Perpustakaan,” kata Lilis , petugas perpustakaan Museum Tekstil, Minggu (13/12/2020).
Sementara Ardi Hariyadi, S.Sn, selaku Pamong Budaya menjelaskan 26 tanaman pewarna alami tersebut tumbuh di taman belakang Museum Tekstil.
Dijelaskan, tanaman di taman museum tersebut di antaranya kembang telang/teleng (Clitorea Ternatea L) untuk warna biru. Dalam bahasa Inggeris Blue Pea.
Ada lagi Tarum, Indigo
Nama Latinnya Indigofera Tinctoria L.
Untuk warna coklat ada pohon mahoni (swietenis mahagoni) yang diambil batang dan daunnya.
Pohon Jati (tectonia grandis) juga tersedia di sini yang diambil daunnya untuk warna coklat.
Sedang untuk warna hijau ada pohon jambu biji yang diambil kulit kayunya.
Sedangkan kembang sepatu (hibiscus rosa sinensis) diambil bunganya untuk menimbulkan warna ungu.
Ada juga pohon pinang (Areca Catechu L.) dan
Kesumba (Bixa Orellana)
Sementara Nathalia dari Ciracas peraih Juara I Lomba Desain Batik Jakarta Timur 2020 mengaku sudah membatik sejak tahun 2017. Iapun sering ke Museum Tekstil namun bukan belajar batik.
“Saya ke sana pernah belajar bikin ecoprint dan belajar mewarnai batik dengan pewarna alam.
“Ecoprint itu mewarnai kain pakai daun-daunan. Biasanya daun jati, daun bixa, dan lain lain yang mengandung pewarna. Daunnya ditata di kain terus dipukul-pukul sampai rata terus digulung, diikat, terus dikukus beberapa jam,” kata Nathalia.
Dari situ nanti akan muncul pola pola daun pada kainnya. Dengan sendirinya proses ini semua ramah lingkungan.
Ada juga teknik yang mirip itu yaitu Shibori, dari Jepang. Teknik lipat, ikat dan jelujur yang bisa memunculkan pola geometri, bulat atau abstrak.
Ardi Haryadi membenarkan, ecoprint itu membuat motif pada kain dengan menggunakan bahan bahan alam seperti daun dan bunga.
“Itu ada perkumpulan warlami yang sudah giat dengan ecoprint,” tambah Ardi.
Sementara Wiwik, Guru SMAN 62 Jakarta, Kramat Jati juga mengakui dalam rangka peringatan Hari Batik Nasional bulan Oktober 2019 yang silam pihaknya mendampingi 55 siswanya belajar membatik di Museum Tekstil di Jakarta Barat tersebut. “Mengasyikkan,” komentarnya. (Pri)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *