JAKARTA, REPORTER.ID – PPP membutuhkan Ketum yang mumpuni, bersih, berpengalaman, berintegritas tinggi, dan mampu menjadikan partai sebagai alat perjuangan rakyat, bukan sebagai kapal keruk kekuasaan dan kekayaan. ‘’Ketua umum yang demikian itulah yang sekarang ini dinanti-nantikan oleh warga PPP,’’ ujar politisi senior PPP, Ahmad Farial dalam percakapan pers, Senin (14/12) siang ini.
Selaku pimpinan PPP, Farial mengaku sedih karena dalam dua hari berturut-turut pada Nopember 2020 lalu, dua elit PPP yakni Puji Suhartono (Wakil Bendahara Umum) dan Irgan Chairul Machfiz (Wakil Ketua Umum) ditangkap KPK karena terkait kasus mafia anggaran.
Pria yang akrab disapa Ferry ini berharap, kasus tersebut menjadi pelajaran bagi kader PPP yang kini menduduki jabatan publik. Mereka harus menjaga diri agar tidak lakukan korupsi dan perbuatan tercela lainnya. ‘’Saya berharap seluruh kader PPP menjaga marwah partai dengan tidak lakukan korupsi sekaligus mengembalikan citra partai. Jangan ada lagi yang ketangkap KPK dan penegak hukum lainnya gara-gara membobol uang rakyat,’’ pintanya.
Ferry mewanti-wanti, peristiwa memalukan itu jadi peringatan kuat bagi PPP yang akan menggelar Muktamar IX di 10 kota secara offline dan online. Para kader PPP, ujarnya, harus memahami bahwa era pasar bebas dalam sistem politik Indonesia telah mendorong terjadinya tindak pidana korupsi baik di lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif.
‘’Mulai dari kepala desa/lurah, camat, bupati, walikota, gubernur hingga menteri banyak yang tersangkut korupsi. Demikian juga di lembaga legislatif mulai dari DPRD Kabupaten/Kota, DPRD Provinsi hingga DPR masuk penjara karena korupsi. Di kalangan parpol juga begitu, dua Ketum PPP yaitu Suryadharma Ali dan Romahurmuzy dipidana karena lakukan tindak pidana korupsi. Cukup sudahlah PPP tercoreng karena korupsi, jangan ditambah lagi,’’ ujar Farial.
Menjawab pertanyaan soal calon Ketum PPP yang beberapa hari lagi dipilih dalam muktamar, Farial mengatakan, sampai saat ini hanya ada 2 calon kuat yang akan maju sebagai Ketum PPP yaitu Suharso Monoarfa dan Taj Yasin. Keduanya telah mendeklarasikan diri dan melakukan konsolidasi ke pengurus cabang dan wilayah se-Indonesia untuk meminta dukungan.
Dalam konteks muktamar, politisi senior PPP ini menyampaikan beberapa catatan yang mesti dipertimbangkan oleh para muktamirin yang akan memilih Ketum. Pertama, Ketum PPP periode mendatang mesti terjamin kebersihannya dari tindak pidana korupsi. Calon yang pernah menduduki jabatan di badan anggaran baik di DPR maupun DPRD, sebaiknya tidak dipilih karena berpotensi ditangkap KPK karena menjadi broker anggaran.
‘’Jika Ketum PPP ditangkap untuk ketiga kalinya oleh KPK, dapat dipastikan PPP KO dalam Pileg 2024 dan tidak akan bisa bangkit lagi,’’ katanya.
Kedua, Farial mengingatkan, PPP membutuhkan ketua umum yang memiliki mobilitas tinggi. Ketum PPP harus fokus mengurus partai, mampu mendatangi cabang dan wilayah partai di seluruh Indonesia dalam rangka konsolidasi total, sehingga komunikasi politik dan program partaik dapat berjalan efektif.
Selain itu, Ketum PPP harus memiliki kesiapan untuk menerima kader dalam 24 jam, mau mendengar berbagai keluhan dan siap untuk membantu berbagai permasalah yang dihadapi kader PPP. Ketiga, Ketum PPP dituntut memiliki integritas terpuji, selaras antara ucapan dan perbuatannya. Ketum PPP harus sosok yang jujur, amanah, fathonah, dan tabligh. Ketum PPP mampu memerankan diri sebagai tokoh panutan bagi umat Islam dan kaum millenial. Dengan demikian akan terbangun kepemimpinan yang kuat, mengakomodir fusi partai, solid, dan siap kerja keras dan kerja cerdas menghidupkan seluruh struktur partai.
Terakhir Ahmad Farial mengatakan, siapa pun yang terpilih menjadi Ketum PPP periode mendatang tergantung muktamirin. ‘’Kalau peserta muktamar hanya memikirkan kepentingan sesaat dan mengabaikan kepentingan strategis sehingga salah memilih Ketum, maka PPP akan sulit bangkit dan akan tenggelam selama-lamanya. Semoga ini tidak terjadi,’’ ujar Farial lagi. (HPS)