JAKARTA, REPORTER.ID- Akibat pandemi Covid -19 selama 8 bulan, maka dana bantuan hibah dari Pemprov DKI Jakarta untuk masjid, gereja dan tempat ibadah lainnya serta organisasi sosial kemasyarakatan di Jakarta dirasionalisasikan tinggal 50 persen atau separonya. Namun begitu diharapkan Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) DKI Jakarta tetap eksis dan dinamis membantu mencerdaskan kehidupan warganya dengan memberikan pencerahan dalam iman, ilmu dan amal. Itu sesuai pesan Gubernur Anies Baswedan dengan semboyannya Maju Kotanya , Bahagia Warganya.Hal itu dikatakan Kepala Bagian Dikmental DKI Jakarta H Aceng Zaini S.Ag ketika meresmikan pembukaan Seminar Peningkatan SDM Lembaga Pendidikan Pengajaran Muallaf oleh PITI DKI di Hotel Sofyan Cut Meutia, Jakarta Pusat, Sabtu (26/12/2020).
Sekitar 70-an orang wakil dari DPD PITI Jakarta Timur dengan ketuanya H Sammy Messie, DPD PITI Bekasi, dari Jakarta Barat, Jakarta Selatan, Depok, Bogor, Jakarta Utara dan PITI dari wilayah lain hadir menjadi peserta.Lebih lanjut Aceng Zaini menjelaskan anggaran hibah untuk PITI DKI yang semula Rp 620 juta, terpaksa diberikan separonya yaitu Rp 310 juta. Namun diharapkan jumlah itu dapat dimanfaatkan dengan program yang bermanfaat bagi anggotanya dan masyarakat yang aman dalam pandemi Covid -19 tahun 2021 mendatang.
Sementara itu Ketua DPW PITI DKI Jakarta Raya, H Denny Sanusi BA menjelaskan, PITI sebagai Ormas Islam yang lahir tahun 1938 ikut berjuang untuk kemerdekaan RI. Karena itu PITI juga ingin pula ikut memajukan Indonesia dan penduduknya agar lebih terdidik. “Dengan seminar ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan para pesertanya,” kata Denny Sanusi.
Ditambahkan, PITI yang semula sebagai wadah para muallaf etnis Tionghoa, sekarang sudah menjadi organisasi terbuka. Terutama PITI DKI anggotanya tidak hanya muslim Tionghoa saja.
Bendahara Umum PBNU Dr.Ing.H Bina Suhendra sebagai narasumber memberikan tip agar para muallaf sukses.
“Seperti firman Allah dengan kata ‘Kun’ yang artinya Jadi. Itulah kuncinya,” kata Bina Suhendra yang pernah menjadi direktur perusahaan multi nasional itu.
JADI menurut Bina Suhendra kependekan dari Jujur, Adil, Disiplin dan Ikhlas karena Allah.
“Sodaqoh jangan takut miskin. Mesem (senyum) saja ya sudah sodakoh, koq,” ujarnya dengan sering menggunakan kosa kata Jawa.
Pengagum Presiden RI keempat Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini mengaku menjadi muallaf tahun 1999. Menceritakan pengalamannya, Bina Suhendra sejak tahun 1968 kuliah di Jerman. Selama menjadi mahasiswa ia nyambil bekerja sebagai buruh pelabuhan Hamburg yang mendapat perlakuan sangat baik dari para buruh yang multi etnis itu.
Sedang Kepala Program Muallaf Center Badan Amil Zakat Nasional ( BAZNAS), Salahuddin El Ayyubi Lc MA, sebagai narasumber memberikan saran agar para muallaf meningkatkan diri selaku SDM.
Mengkaitkan dengan isi Surat Al Hujarat dari Al Quranul Karim, narasumber ini menekankan pentingnya komunikasi, nilai harmonisasi dan mutual respect. “Terutama dalam kegiatan ekonomi itu pelakunya tentu lebih dari seorang,” kata Salahudin yang lahir di Luwu, Sulsel 7 Desember 1981 itu.
Ia mengaku ayahnya keturuan Arab dan ibunya keturunan Cina dari marga Tan.
Bertindak sebagai moderator Wahid, sedang sebagai Ketua Panitia Firdaus Sanusi.
Guru PITI Pusat, KH Fefen Effendi yang hadir menyatakan salut. Sebab penyelenggaranya dari generasi muda PITI dan sukses.
Hadir pula Ketua Yayasan Pembina Muallaf AMOI, Hj Hariyani yang bersama PBNU memberikan bantuan bingkisan sembako kepada peserta seminar.
Hari kedua Minggu (27/12/2020) menampilkan H Firdaus Sanusi yang memberikan materi wawasan agama dan Fandi MA yang menyampaikan materi wawasan kebangsaan. (PRI).
Hibah dari Gubernur hanya Separo, PITI harus Dinamis dan Bahagiakan Warga DKI
