JAKARTA, REPORTER.ID- Dengan perabotan wayang kulit Betawi yang dibeli dari Engkong Ceper di Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar pada 11 Januari 2021 yang baru lalu, Sanggar Betawi Cakung (Bechak) di RW 02 Cakung Barat, bersama Suhu Djadja Surya Atmadja bertekad mengembangkan kembali kesenian wayang kulit Bertawi yang terancam punah. Hal itu diungkapkan masing masing pimpinan Sanggar Betawi Chakung (Bechak), Rusli Rawin dan seniman budayawan Betawi Surya Atmadja secara terpisah Sabtu (16/1/2021) dan Minggu (17/1/2021).
“Kini seperangkat gamelan wayang kulit Betawi tersebut sudah menjadi milik Sanggar Bechak dan disimpan di Padepokan Tumartis milik saya,” kata Suhu Jaja.
“Perabotan itu kami beli dari Kong Ceper seharga Rp 17.500.000,- . Beliau menawarkan kepada saya sejak tahun 2019 yang silam. Barulah dapat terealisasikan tahun 2021 ini. Rusli yang membayarnya atas anjuran saya,” kata Suhu Djadja.
Lebih lanjut Surya Amadja alias Suhu Djadja menjelaskan, dengan peralatan gamelan tersebut ia dan Rusli Rawin dengan Sanggar Bechaknya ingin mengangkat kembali kesenian wayang kulit Betawi yang pernah berjaya di Sukapura Jakarta Utara dan Cakung Jakarta Timur.
Menurut Surya Atmadja, ayahnya bernama Mardjuki sejak tahun 1950 an juga dikenal sebagai dalang wayang Betawi. Namun setelah meninggal dunia dalam usia 93 tahun pada taggal 23 Februai 1993, profesi dalang diteruskan adik bungsunya yang bernama Subur Mardjuki Putra. Namun karena perkembangan zaman wayang Betawi semakin ditinggalkan masyarakatnya yang lebih memilih orgen tunggal untuk hiburan dalam perhelatan. Akhirnya seperangkat gamelan wayang kulit warisan Ki Dalang Mardjuki itu dijual oleh Subur Mardjuki Putra kepada grup topeng Betawi di Kampung Tambelan, Bekasi.
Dari Makasar ke Cakung
Sementara itu Rusli Rawin selaku pemimpin Sanggar Bechak menjelaskan, perabotan yang dibelinya itu semula properti wayang kulit Betawi Sanggar Alam Jaya yang beralamat di Pinang Ranti RT011/RW 02 Kelurahan Pinang Ranti, Kecamatan Makasar, Jakarta Timur. “Dalangnya adalah Babe Kanta. Namun kini semua telah tiada, baik Babe Kanta maupun para pemain (nayaga)nya telah Almarhum,” kata Rusli.
Yang masih ada tinggal Engkong Ceper usianya sudah 90 tahun, yang setia merawat perabotan wayang kulit Betawi yang menjadi miliknya.
Karena usianya sudah setua itu, maka Engkong Ceper melepas perabotannya tersebut berpindah tangan ke Sanggar Bechak di RT 006/02 Cakung Barat dengan Dalang Ki Subur Mardjuki Putra adik Suhu Djadja.
Selalu pimpinan Sanggar Bechak Rusli Rawin menegaskan pihaknya bersama Suhu Djadja akan memperkenalkan kembali seni budaya wayang kulit Betawi yang hampir punah ini di lingkungan masyarakat Jakarta Timur.
“Akan kami kembangkan dan perkenalkan kembali seni budaya wayang kulit Betawi ini kepada anak anak sekarang yang pastinya banyak yang belum mengenalinya. Semoga Dinas Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif maupun Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB) dan Bamus Betawi serta pihak terkait bisa mendukung kami,” pungkas Rusli yang juga penyiar Radio Muara itu.
Sementara secara terpisah Ketua II PEPADI DKI Jakarta Sumardi S.Sos yang juga Kepala Satuan Pelayanan Museum Wayang Jakarta mengatakan, pihaknya yang merupakan bagian dari Dinas Kebudayaan DKI Jakarta selalu memberi dukungan upaya pelestarian dan pengembangan wayang Betawi.
Setiap tahun pergelaran wayang Betawi baik wayang kulit, wayang golek maupun wayang orang diberikan porsi yang memadai oleh Museum Wayang di Kota Tua Jakarta.
Pada tahun 2019 wayang kulit Betawi dipergelarkan 6 × Sedangkan wayang orang Betawi digelar 2 ×.
Namun sejak pandemi Covid 19 bulan Maret 2020 hingga sekarang tidak ada pergelaran wayang apapun. Bahkan museum ditutup 11 Januari sampai dengan 25 Januari 2021. (PRI).