JAKARTA, REPORTER.ID – Dalam situasi pandemik virus corona atau Covid-19, dan penurunan harga minyak saat ini, diperlukan langkah-langkah dengan memperkuat sinergisitas yang solid antara SKK Migas, Kontraktor KKS, akademisi, dan masyarakat setempat. Hal ini perlu dilakukan untuk mencapai target peningkatan produksi minyak 1 juta barel per hari (BOPD), dan optimalisasi penerimaan negara dari hulu migas.
Hal tersebut disampaikan Anggota Dewan Energi Nasional, Satya Widya Yudha saat menjadi Keynote Speaker dalam acara diskusi publik virtual bertema “Sinergi SKK Migas Dengan Masyarakat Guna Memperlancar Operasi Dalam Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat” yang diselenggarakan Kaukus Muda Indoneisa (KMI) bersama SKK Migas dan Pertamina PHE WMO, Rabu (3/3/2021).
Dikatakan Satya, dengan mempertahankan operasi kegiatan hulu migas seperti pengeboran, pemeliharaan, dan operasional lainnya diharapkan dapat menggerakan ekonomi nasional, menciptakan multplier effect bagi perekonomian daerah dan industri penunjang, serta menjaga ketersediaan lapangan kerja.
“Soal bagi hasil pengelolaan migas, kita sifatnya sentralistrik karena memerlukan sumder daya, modal dan teknologi. Saat saya jadi Anggota DPR pernah model pengelolaan mineral dan batubara kita regional, dimana pengelolaan siserahkan kewenangannya kepada pemerintah daerah (Pemda), sehinga semua Pemda berlomba-lomba memberikan izin kuasa pertambangan. Tetapi karena sumber dayanya tidak memadai dan tidak bagus, maka yang terjadi tumpang tindih. Akhirnya distop karena persoalan itu,” sebutnya. ***