Terganjal MKNU, Kenapa Sekda DKI Tetap Ngotot akan Maju Pimpin NU Jakarta?

oleh

JAKARTA,REPORTER.ID – Para kandidat yang bakal maju dalam Konferensi Wilayah Nahdlatul Ulama (Konferwil NU) Jakarta terus bergerilya. Bukan hanya dari kalangan politisi yang intens menggalang dukungan, tapi birokrat juga masif dan ngotot mendekati PCNU-PCNU se Jakarta.

Dari 8 kandidat yang beredar di kalangan Nahdliyin, salah satu birokrat yang mulai “mengumpulkan” PCNU-PCNU adalah Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Jakarta, Marullah Matali.

Namun, Marullah beberapa kali dihububgu melalui telepon selulernya dan pesan WhatApp (WA), belum merespon. Padahal salah satu syarat yang harus dipenuhi menjadi kandidat Ketua NU Jakarta adalah lulus Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU).

“Semua calon yang mengundang kami, tentu kami menghargai. Bukan hanya Pak Marullah juga Pak Jazilul,” kata Ketua PCNU Jakarta Pusat, Gus Syaifuddin di Jakarta, Kamis (4/3/2021).

Diakui Gus Syaifuddin, undangan tersebut sebagai bentuk silaturahmi. Karena para kandidat ingin mendengar langsung situasi yang terjadi di tengah umat, khususnya arus bawah NU. “Jadi apa yang diinginkan warga NU itu, harus cepat direspon oleh kandidat. Dengan cara ini, maka menjadi modal dasar para kandidat untuk menentukan dan mapping masalah,” kata Alumni S2 UI ini.

Menurut Gus Syaifuddin, jangan sampai para kandidat ini menyusun banyak visi misi tapi tidak pernah menyentuh masalah di bawah. Oleh karena itu, arus bawah harus menjadi perhatian. “Sehingga nantinya sinkron, apa yang diputuskan PWNU akan diikuti oleh PCNU-PCNU. Sehingga permasalahan yang ada di MWC dan Ranting harus didengar,” ungkapnya.

Untuk itu, pihaknya akan menggelar Rapim dan Musyawarah Alim Ulama NU pada 19 Maret 2021 untuk mendengar pandangan-pandangan ulama. “Sekaligus menentukan kriteria Ketua Tanfidziyah PWNU Jakarta, yang akan dipilih pada Konferwil NU April nanti,” tambahnya.

Saat ditanya salah satu persyarataran yang harus dipenuhi calon, harus lulus pendidikan Madrasah Kader Nahdlatul Ulama (MKNU), soal persyaratan, itu bukan kewenangan PCNU. “Jadi silakan tanya kepada Panitia Konferwil saja,” kata Gus Syarifuddin.

Yang jelas, kata Gus Syaifuddin, pihaknya melibatkan MWC-MWC NU dan ranting dalam memutuskan sebuah kebijakan. “Jadi ibaratnya, suara PCNU adalah suara arus bawah,” pungkasnya.

Secara terpisah Ketua PCNU Jakarta Barat H.Agus Salim mengakui ikut menghadiri undangan dari Sekda DKI Marullah Matali bersama pengurus PCNU lainnya. Pertemuan itu hanya ngumpul-ngumpul sambil ngopi ala sesama warga Betawi. “Ya hanya ngobrol-ngobrol santai sambil ngopi ala Betawi,” kata Agus.

Yang terpenting menurut dia semua kandidat harus mendapat restu dari Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj dan berniat mengabdi untuk NU dan umat. “Kalau ada yang coba-coba memanfaatkan NU untuk kepentingan pribadi dan politik pasti akan kuwalat dunia akhirat,” ujarnya.

Sejauh ini Agus mengaku belum tahu mana kandidat yang terbaik, baik itu yang berasal dari kader NU, politisi, birokrat dan lain-lain. Karena, siapapun yang akan menjadi Ketua NU Jakarta harus bisa menjalankan program NU. “Intinya, orang yang bersangkutan harus memiliki komitmen pada NU dan warga NU,” ungkapnya.

Saat ditanya, bukankah birokrat dan politisi selama ini justru sibuk dan berat dengan tugasnya, menurut Agus Salim hal itu tergantung pada masing-masing individu. “Gak boleh menyebut orang tak mampu, itu mendahului takdir Allah SWT,” jelas Agus lagi.

Tapi, sejauh ini PC NU Jakarta Barat belum ada pilihan, dan tak akan memilih mereka yang main-main dengan NU, apalagi main uang. “Tapi, saat ini saya lagi bingung ini,” pungkasnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *