JAKARTA, REPORTER.ID- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta, serta unsur Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) DKI Jakarta, Rabu (14/4/2021) melakukan survey lapangan ke rumah budidaya maggot Gubuk Larva di RT 02/RW 06 Cakung Timur, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur.
Kepala Sub Bagian Kemitraan Pemerintah Daerah OJK, Dedy Fernando usai survey tersebut menegaskan, budidaya lalat tentara hitam (Black Soldier Flies/BSF) yang menghasilkan maggot di Cakung Barat ini ternyata berpotensi meningkatkan perekonomian masyarakat, di samping mampu mengurangi volume sampah organik yang menjadi masalah.
Karena itu OJK segera memberi dukungan.
“Bentuknya bisa saja pelatihan untuk para pelaku budidaya maggot tersebut di samping permodalan juga. Makanya tadi ada pimpinan Bank DKI ikut serta dalam survey ini,” kata Dedy Fernando usai bersama Agung Pujowinarko Kabid PSM Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta diterima pemilik dan pengelola Gubuk Larva Maggot di RW 06 Cakung Barat, masing masing Letkol (Purn) TNI Suwardi dan Akbarreza Saiditiansyah.
Menurut Dedy, OJK sedang melakukan pemetaan usaha-usaha ekonomi masyarakat yang berkaitan dengan pelestarian lingkungan. Di antaranya usaha budidaya maggot di peternakan sapi perah di Pondok Ranggon, Jakarta Timur.
Itu semua terkait dengan Program Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah (TPAKD) DKI Jakarta yaitu Green Financing Budidaya Maggot.
Sementara itu Kepala Bidang Peran Serta Masyarakat (PSM) Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta Agung Pujowinarko menyatakan dukungannya pada budidaya maggot tersebut.
Masalah yang dihadapi sekarang ini kata Agung, produksi sampah DKI Jakarta mencapai 7.000 ton per hari yang harus dibuang ke Tempat Pembuangan Sampah Terakhir (TPST) Bantargebang, Bekasi.
“Dari jumlah itu 60% nya sampah perumahan. Inilah yang harus dapat direduce (dikurangi) sampai 50% sesuai Pergub nomor 77 tahun 2020 melalui biokonversi sampah dari sumbernya di tiap RW,” kata Agung.
Ternyata budidaya lalat BSF yang menghasilkan maggot yang dirintis oleh Dinas LH DKI memiliki nilai ekonomi yang dapat dikembangkan oleh masyarakat seperti yang terjadi di Gubuk Larva RW 06 Cakung Barat. Karena itu hal tersebut menarik perhatian OJK untuk mendukungnya.
Menurut Agung , saat ini di seluruh DKI Jakarta telah ada 238 lokasi budidaya maggot baik binaan langsung Dinas Lingkungan Hidup DKI maupun usaha masing masing. “Kita harapkan tiap RW ada budidaya maggot yang dapat mengatasi sampah organik dan bernilai ekonomis,” kata Agung.
Pemilik Gubuk Larva RW 06 Cakung Barat Suwardi bersama anaknya Akbarreza menjelaskan usaha maggot tersebut sudah berjalan 7 bulan. Selama itu dapat menyerap sampah organik 400 kg sampai 500 kg per hari.
Hadir di awal acara, Kepala Sudin LH Jakarta Timur Herwansyah. Sedang di akhir acara peninjauan tersebut Kasudin KPKP Jakarta Timur, Yuli Apsari berkenan datang menyusul.
“Sampah tersebut dari Pasar Kali Malang (RW 07 Cakung Barat) dan Pasar Cakung. Kesulitan kami butuh mesin pencacah sampah organik,” kata Suwardi maupun Akbar.
Produksi maggot saat ini masih 300 kg/minggu. Namun sedang diusahakan menjadi 700 kg/minggu atau 100 kg maggot/hari.
“Kami pasarkan melalui komunitas peternak ikan dan unggas,” kata Suwardi. Harganya sekitar Rp 7.000,- – Rp 8.000,- per kilogramnya.
Ia pun mengharapkan bila ada lahan yang selama ini menganggur sia-sia, pihaknya sanggup memanfaatkannya hingga bernilai ekonomi dengan budidaya maggot tersebut.
“Kami dibantu anak anak kami Karang Taruna,” kata Suwardi yang juga menjabat Ketua RW 06 Cakung Barat tersebut. (PRI).