JAKARTA, REPORTER.ID- Mengunjungi RW 09 Kelurahan Penggilingan, Kecamatan Cakung, Jakarta Timur pada Minggu (18/4/2021) kemarin sebetulnya atas rekomendasi Lurah Penggilingan Usdiyati. Semula hanya memberikan informasi bahwa di situ ada budidaya maggot untuk mengatasi masalah sampah organik limbah rumah tangga.
Ternyata berbagai pembelajaran terutama masalah Urban Farming atau Pertanian Kota dapat dipetik dari RW 09 Penggilingan sebagai Kampung Tangguh Jaya yang diresmikan Walikota Jakarta Timur M Anwar dan Kapolres Jakarta Timur Kombes Pol Erwin Kurniawan pada 26 Januari 2021 yl.
“Kami baru tiga bulan mengelola pertanian perkotaan di sini dibantu Sudin KPKP (Ketahanan Pangan Kelautan dan Pertanian) Jakarta Timur. Ini masuk bulan keempat,” kata Ketua RW 09 Penggilingan, Koiman, saat ditemui di Posko Kampung Tangguh Jaya tersebut yang berada di belakang Puskesmas Kelurahan Penggilingan. Tempatnya indah, hijau dan tertata rapi. Mendampingi saat itu Hepni seorang anggota PPSU Kelurahan Penggilingan yang ditugaskan mengelola Pusat Urban Farming RW 09 seluas 420 m2 itu, baik pertanian hidroponik maupun agroponik.
Hepni tidak sendiri, tetapi dibantu 4 anggota PPSU lainnya yaitu Abdul Halim, Candra, Nunuk dan Amsori.
Kecuali itu ada pula budidaya lalat tentara hitam (black soldier flies/BSF) yang menghasilkan maggot dan pemrosesan sampah menjadi kompos.
“Untuk budidaya maggot hanya butuh 9 meter persegi dengan 9 tong. Tiap hari mampu memproses 200 kg sampah organik dari rumah tangga dan pasar yang ada di RW 09 ini,” kata Koiman.
Selama ini tanaman pokcai, selada dan bayam sudah panen 3 kali dalam 3 bulan. Sedang untuk kangkung bisa 9 kali panen karena sebulan bisa 3 kali panen.
Untuk peternakan lele sebanyak 5 tong besar tiap tong menghasilkan 3.000 ekor. Ikan nila 4 kolam menghasilkan 500 ekor/kolam dan budidaya belut 10 kolam menghasilkan 100 – 200 ekor/kolam.
Ada lagi budidaya lobster air tawar ada 4 kolam yang tiap kolamnya berkapasitas 30 ekor.
“Kalau lobster ini kami jual bibitnya setelah berukuran 3 inchi. Harganya Rp 4.000,- per ekor,” tambah Hepni.
Hasil panen tersebut menurut Koiman sebagian dijual dan sebagian lagi dibagikan gratis kepada warga yang membutuhkan, terutama untuk warga yang sedang menjalani isolasi karena Covid 19.
Di samping para tenaga PPSU, tiap hari ada 5 orang ibu-ibu yang piket di Posko Kampung Tangguh Jaya tersebut. Mereka dari Kelompok Wanita Tani (KWT) ibu ibu PKK RW 09 Penggilingan.
Pusat urban farming RW 09 ini juga merupakan pusat edukasi yang tiap Jumat diikuti sekitar 30 an orang anggota KWT.
Mereka belajar berbagai pertanian perkotaan, membuat kebun gizi, kebun vertikal, budidaya lobster, ikan nila, lele dan belut, memproses sampah menjadi pupuk kompos dan juga membuat minuman dari kulit buah nenas.
“Selain Bu Yuli Apsari dari KPKP Jakarta Timur juga Pak Mumung Kasatpel Lingkungan Hidup Kecamatan Cakung pernah kemari memberikan bimbingan,” kata Koiman yang dibenarkan Hepni.
Lurah Penggilingan Usdiati sendiri juga mengatakan sudah banyak pejabat yang berkaitan dengan ketahanan pangan maupun lingkungan hidup datang meninjaunya.
“Anggota DPRD DKI Jakarta yang sudah kemari Pak Saroni dari Komisi D dan Pak Taufik Zulkli dari Komisi B,” kata Hepni yang dibenarkan Ketua RW 09 Penggilingan, Koiman.
Harapan ke depan Kampung Tangguh Jaya ini seperti apa?
Ketua RW 09 Penggilingan Koiman mengungkapkan, saat ini butuh bantuan gerobak motor untuk mengangkut sampah organik serta banyak polibag untuk keperluan pemilahan dan daur ulang sampah di tiap rumah tangga.
“Ini perlu untuk pembentukan bank sampah,” kata Koiman.
RW 09 Penggilingan terdiri dari 23 RT dengan penduduknya berjumlah 1.878 Kepala Keluarga dengan jumlah warga perempuan 2.584 jiwa dan warga lelaki 2.645 jiwa. (PRI).