Lestari Moerdijat Ingatkan Bahaya Learning Lost akibat Covid-19

oleh
oleh

JAKARTA, REPORTER. ID — Wakil Ketua MPR RI Lestari Moerdijat mengungkapkan, partisipasi pendidikan di Indonesia masih rendah. Meski diakui ada peningkatan, tetap masih memiliki permasalahan.

Menurut perempuan yang akrab dipanggil Rerie itu, sebagai negara yang geografisnya luas, bentangan wilayah yang ada merupakan tantangan tersendiri bagi keberlangsungan pendidikan di Tanah Air. Politisi Partai NasDem itu menyebutkan, selain masih rendahnya tingkat partisipasi pendidikan, pemahaman tentang pentingnya pendidikan dan mengenal kebudayaan juga belum maksimal.
  
Ia mengakui masa pandemi Covid-19 membuat sektor pendidikan sangat terpukul. “Pandemi membuat gerak masyarakat terbatas sehingga proses belajar tidak lagi di sekolah,” tuturnya dalam Diskusi Empat Pilar MPR bertema Hari Pendidikan Nasional dan Tantangan Merdeka Belajar di Tengah Pandemi di Media Centre, Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Senin (3/5).

Ia berharap dalam masa pandemi yang belum usai, apalagi kasus tsunami Covid-19 di India demikian ganas, ada cara baru dalam proses belajar.
 
Dalam masa dunia terkena wabah, di Indonesia ada sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ). Namun hal tersebut menghadapi banyak kendala, terutama masalah jaringan internet. “Kalau di kota-kota besar, akses internet mudah. Masalahnya banyak sekolah berada di daerah pelosok,” ungkapnya.
 
Akibat pandemi, menurut Rerie, ada sekitar 60 juta siswa harus belajar di rumah. Sayangnya, tidak semua siswa bisa belajar melaluu PJJ secara ideal.

Akibat pandemi yang berlangsung hampir dua tahun dan tidak ada yang tahu kapan berakhir, Rerie khawatir kita akan berhadapan dengan learning lost. Menurutnya, masalah itu jangan dianggap main-main.

Ia mengatakan, satu tahun lalu ada siswa yang masuk Kelas I SMP namun sampai sekarang belum masuk kelas. Akibat lamanya tidak pergi ke sekolah, menurut Rerie, ada dampak kesehatan mental yang menimpa para siswa. “Hal inilah yang perlu diperhatikan oleh pemerintah,” tegasnya.
 
Menurutnya, pendidikan merupakan prioritas pembangunan. Dalam masa pandemi pemerintah belum bisa menerapkan ekosistem pembelajaran yang ideal. Sementara itu, PJJ, menurutnya perlu dievaluasi. “Masih banyak warga yang belum memperoleh kesempatan belajar. Ini yang perlu mendapat perhatian,” ujarnya.

Timbulnya learning lost juga diakui oleh Anggota MPR Fraksi PKB Syaiful Huda yang juga menjadi narasumber dalam diskusi tersebut. “Kita memperingati Hari Pendidikan Nasional di tengah munculnya learning lost,” ungkapnya.
 
Syaiful Huda mengutip beberapa survei yang menyebut PJJ efektif, namun saat ia kunjungan kerja ke beberapa daerah dan berbicara dari hati ke hati dengan kepala sekolah, ternyata efektivitas PJJ hanya 30%.

“Rendahnya efektivitas PJJ kita maklumi sebab pendidik dan siswa masih beradaptasi dengan teknologi,” ungkapnya. ***

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *