JAKARTA,REPORTER.ID -Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid meminta masyarakat mematuhi larangan mudik yang diputuskan pemerintah untuk menghindari lonjakan pandemi covid-19 yang mengkhawatirkan seperti di India. Sehingga harus sabar menahan diri untuk tidak merayakan lebaran Idul Fitri 1442 H/2021 M dengan mudik ke kampung halaman.
“Kita bersabar dulu untuk menghindari kerusakan atau bahaya yang lebih besar dari terpaparnya covid-19 ini, daripada bertemu keluarga. Memang sudah dua kali Idul Fitri ini kita gak pulang-pulang kampung. Seperti Bang Thoyib,” kata Gus Jazil – sapaan akrab Waketum DPP PKB itu.
Hal itu disampaikan Gus Jazil dalam diskusi empat pilar MPR RI “Antisipasi Cluster Baru Covid-19 Menjelang Lebaran” bersama anggota MPR RI FPDI-P Charles Honoris di Gedung MPR RI, Senayan Jakarta, Selasa, 4 Mei 2021.
Gus Jazil mengakui kalau covid-19 ini telah merubah perilaku hidup dan kehidupan masyarakat. Termasuk dalam berlebaran, sekolah, ibadah, cara kerja dan sebagainya. Bahwa larangan mudik ini sesuai perintah konstitusi, yaitu melindungi segala tumpah darah dan nyawa rakyat Indonesia, agar terhindar dari bahaya covid-19. “Jadi, menghindari bahaya penyakit itu wajib daripada berlebaran bertemu keluarga, yang justru bisa menularkan penyakit,” tambahnya.
Namun demikian, dalam penertiban disiplin prokes masyarakat di pasar, sopir, dan transportasi umum lainnya, Gus Jazil mengaku prihatin, karena pasar merupakan salah satu tempat untuk memggerakkan perekonomian. Karena itu, perlu ada solusi terbaik agar tidak ada yang saling dirugikan. Sementara pedagang online mayoritas untuk kelas menengah ke atas. Tidak demikian halnya dengan pedagang kaki lima (PKL).
“Pada prinsipnya semua harus mematuhi larangan mudik agar tak ada lonjakan covid-19 sekaligus mengurangi beban pemerintah kalau terjadi gelombang covid-19 seperti India,” ungkapnya.
Charles Honoris juga sama agar semua mematuhi larangan mudik tersebut. Padahal, India yang sebelumnya dianggap berhasil atasi covid-19, dan menjadi percontohan tapi dalam dua bulan ini malah tertinggi di dunia dan sangat parah; rumah sakit kewalahan, kremasi mayat antrian panjang. “Salah satu faktornya adanya kelonggaran yang diizinkan pemerintah. Diantaranya ada kampanye politik yang melibatkan jutaan orang, ritual keagamaan di sungai gangga, masyarakatnya pun merasa sudah bebas dari Covid-19 dengan melepas masker, nonton sepak bola dan sebagainya,” kata politisi PDI-P itu.
Nah, kata dia situasi di Indonesia saat ini merupakan pra kondisi seperti India, karena masyatakat mulai melonggarkan diri dengan tidak memakai.masker, banyak kerumunan seperti di pasar Tanah Abang yang mencapai 100 ribu pengunjung setiap harinya. Karena itu, larangan mudik ini harus dipatuhi bersama.
Sebab lanjut Charles, vaksinasi itu tak menutup terjadinya penularan, sehingga upaya pencegahan yang paling efektif adalah tetap disiplin prokes. Karena itu pula dia minta pemerintah harus menyiapkan skenario terburuk kalau situasinya terus meningkat atau memburuk, sejak sekarang maupun setelah lebaran, agar tidak menimbulkan korban yang blebih besar lagi.
“Misalnya menyjapkan ketersediaan kamar di rumah sakit, oksigen, dan alat kesehatan lainnya. Mengingat Malaysia, Thailand dan negara lain sudah memgalami lonjakan. Dan, pemerintah harus konsisten dengan kebijakan yang sudah ditetapkan,” pungkasnya.