MATARAM, REPORTER.ID – Dalam hitungan waktu biasa, pemilihan kepala daerah (Pilkada) serentak tahun 2024 memang masih cukup lama, yakni lebih kurang 2,5 tahun lagi. Namun dalam hitungan investasi sosial untuk menggerakan mesin politik, ini adalah waktu yang singkat.
Demikian disampaikan Direktur Lembaga Kajian Sosial dan Politik NTB, M16 M16, Bambang Mei Finarwanto SH didampingi Kepala Divisi Litbang Mi6 , M Zainul Pahmi kepada wartawan, Kamis (8/7/2021).
Bambang menilai, kalau pertengahan hingga akhir 2021 ini adalah saat yang tepat bagi para calon yang berminat maju dalam kontestasi Pilkada 2024 untuk mulai memunculkan jati diri ke publik.
“Berdasarkan kajian kami dan berkaca dari Pilkada-Pilkada yang lalu, maka calon yang berniat maju memang harus mulai starting dari sekarang. Sebab, Pilkada ini bukan “Tik-Tok” yang bisa instan, sehingga calon harus berani tampil sejak dini,” ujarnya.
Pria yang akrab disapa Didu ini menguraikan, pesta demokrasi 5 tahunan baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota di Nusa Tenggara Barat (NTB) tahun 2024 mendatang, harus disiapkan dari sekarang. Terutama bagi calon-calon yang tingkat popularitasnya belum maksimal dan masih tergolong pendatang baru di dunia politik.
“Dengan mulai muncul dan tampil dalam kegiatan-kegiatan publik, maupun melalui media massa, maka tingkat keterkenalan akan semakin terbuka,” tambahnya.
Disisi lain, lanjut Didu, calon pemilih juga punya hak untuk tahu dan mengenal siapa saja dan bagaimana kapasitas maupun rekam jejak calon pemimpin daerah mereka ke depan.
“Investasi sosial harus mulai ditanam. Misalnya dengan menghadiri kegiatan kemasyarakatan dan membuat kegiatan yang merepresentasikan visi dan misi mereka ke depan. Publikasi media juga sangat penting, baik media mainstream maupun medsos. Hal ini juga sebagai penghargaan ke publik yang berhak tahu siapa calon pemimpin mereka,” urainya.
Berkaca dari Pilkada sebelumnya, papar Didu, umumnya para calon muncul di saat waktu sudah sangat mepet dengan pesta Pilkada. Akhirnya, publik tidak benar-benar paham dan mengerti apa visi dan misi para calon yang ada.
“Kesan yang muncul justru pencitraan semata karena dianggap tidak memiliki investasi sosial dan politik sebelumnya,” imbuhnya.
Karena itu, menurut Didu, para calon terutama non petahana harus mulai muncul jika memang serius maju dalam PIlkada 2024.
“Kalau petahana kami pikir publik sudah mengenal, dan kinerjanya juga sudah bisa diukur. Nah, bagi calon pendatang baru ini butuh effort yang ekstra,” ujarnya.
Ia mencontohkan di tingkat nasional, ajang Pilpres 2024 pun sudah mulai dipersiapkan sejak dini. Sejumlah nama muncul seperti Anies Baswedan, Puan Maharani maupun Gubernur NTB, Dr Zulkieflimansyah bukan hal yang kebetulan dan tanpa proses.
Di NTB, Didu mencontohkan sosok Anggota DPR RI, H Bambang Kristiono atau yang populer disapa HBK. Ia menilai HBK adalah politisi sekaligus pemimpin yang konsisten, dimana sejak kampanye di Lombok hingga terpilih sebagai anggota DPR RI, HBK selalu berkegiatan di konstituennya.
“Pak HBK melalui HBK peduli selalu dan intens memperhatikan masyarakat Lombok dan NTB secara umum. Ini nilai lebih dari beliau,” sebut dia.
Mengamini pernyataan Didu, Zainul Pahmi menambahkan para calon yang berniat maju dalam Pilkada serentak 2024, bisa belajar dari cara HBK meraup simpati masyarakat. Sebab, baik Pilgub maupun Pilkada di Kabupaten/Kota di NTB nantinya, setiap calon harus mulai berani tampil. Ini menjadi salah satu kunci keberhasilan.
Ia pun mengingatkan fenomena ‘Yang Penting Rakyat Senang’ yang pernah populer oleh tokoh pemuda NTB H Subuhhunuri atau Bung Nuri beberapa tahun silam. Sosok Bung Nuri langsung menjadi ikonik dan identik dengan jargon yang penting rakyat senang itu.
“Jadi memang harus mulai starting dari sekarang untuk menuju 2024,” pungkasnya. ***