Puan: Idul Adha di Tengah Pandemi, Waktunya Kurban untuk Kepentingan Lebih Besar

oleh

JAKARTA, REPORTER.ID – Ketua DPR RI Puan Maharani menyatakan Hari Raya Idul Adha 1442 H pada Selasa (20/7/2021) mendapat tambahan pemaknaan di tengah situasi pandemi Covid-19. Sehingga esensi kurban dalam ibadah ini perlu diperluas sesuai situasi saat ini.

“Dalam Idul Adha, kita diminta memahami, dalam hidup ini ada hal yang sebaiknya kita kurbankan untuk kepentingan yang lebih besar yaitu untuk keselamatan kemanusiaan dari covid-18,” ujar Puan,” Senin(19/7/2021) malam.

Puan merujuk pada sejarah awal ibadah kurban yang kembali ke Nabi Ibrahim AS. “Nabi Ibrahim mendahulukan perintah Allah di atas kepentingannya sendiri sebagai ayah, yang bahkan menunggu selama 83 tahun untuk bisa mendapatkan keturunan, yaitu Ismail,” kata Puan.

Dalam situasi itu, Ibrahim mendapat wahyu untuk mengurbankan sang putra tersebut. Dan, di tengah pandemi Covid-19 ini maka memaknai Idul Adha semestinya juga bisa diperluas dengan esensi kepentingan yang lebih besar. “Saatnya kita mengurbankan ego dan kepentingan pribadi kita untuk bergotong-royong mendayung perahu besar Indonesia agar keluar dari badai covid19 ini,” kata Puan.

Manurut Puan, pengurbanan yang diminta di situasi pandemi ini tidaklah harus yang teramat besar, tapi bisa dimulai dari kesadaran untuk menjaga diri dan orang lain dengan memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan, tidak keluar rumah kecuali hanya untuk keperluan yang sangat penting.

Belajar dari lonjakan-lonjakan kasus di periode-periode khusus seperti Idul Fitri dan tahun baru, Puan meminta masyarakat untuk tidak mudik, saling berkunjung dalam kerumunan terkait Hari Raya Idul Adha 1422 H, apalagi berwisata pada hari itu.

“Jika perlu, pemerintah dan aparat sebaiknya tutup akses ke luar kota pada tanggal merah libur nasional ini, yang juga libur panjang bila dihitung sejak Sabtu. Lakukan segala upaya yang perlu. Pergencar lagi juga sosialiasi agar rakyat paham mengapa semua upaya ini perlu dilakukan bersama,” tegas Puan.

Pembatasan mobilitas dan peluang pelanggaran protokol kesehatan untuk menjaga jarak, lanjut Puan, adalah bagian dari upaya bersama yang diperlukan untuk menahan penyebaran Covid-19.

“Mari, kita kurbankan waktu kita, kesenangan kita, sedikit kebebasan kita, agar penularan virus ini bisa segera dikendalikan, dan bersama kita melangkah, berlari menyongsong hari baru nanti,” pinta Puan.

Jika ada peluang dan ketersediaan vaksin di lingkungan terdekat, Puan pun meminta kita bersegera mengikuti vaksinasi. Ini adalah bagian dari rangkaian upaya menangkal pandemi, bersama banyak upaya lain yang juga dilakukan pemerintah untuk menahan dampak wabah.

Ketika persoalan kesehatan yang sudah 1,5 tahun mengikis semangat serta menghantui kesehatan fisik dan jiwa ini teratasi, persoalan lain seperti ekonomi barulah punya kesempatan lebih besar untuk dipulihkan lagi.

Sebelumnya, dua ormas Islam di Indonesia, NU dan Muhammadiyah, mengimbau umat Islam untuk mengalihkan sebagian dana kurban untuk turun tangan menghadapi dan mengatasi pandemi Covid-19 dan dampaknya di masyarakat.

Pada Senin (19/7/2021), Indonesia masih mencatatkan 34.000-an kasus baru Covid-19. Angka kematian pun masih tinggi 1.333 an. Pada saat yang sama, ada banyak orang yang kesulitan ekonomi juga akibat wabah dan sejumlah pembatasan yang perlu dilakukan demi menahan laju penyebaran virus Covid-19.

Karena itu, seruan untuk mengalihkan sebagian dana pembelian hewan kurban ke upaya-upaya lain yang dapat membantu penanganan wabah dan dampaknya disampaikan bersama arahan pelaksanaan ibadah kurban di tengah pandemi.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) juga telah menerbitkan fatwa tentang Idul Adha 1442 H. Protokol kesehatan harus menjadi perhatian dan prioritas dalam pelaksanaan ibadah, baik shalat Idul Adha maupun penyembelihan dan pembagian hewan kurban.

Soal pengalihan dana kurban untuk kepentingan yang lebih besar terkait pandemi, MUI tidak melarang, meskipun menyebut pengalihan itu akan dimaknai sebagai sedekah dan bukan lagi kurban.

Puan berharap semua energi bangsa dijauhkan dari hal yang kontraproduktif. “Hentikan semua diskusi yang tidak esensial. Fokuskan perhatian kita pada satu arah, keluar dari pandemi,” tegas Puan.

Saat ini adalah waktu untuk bergandengan tangan, saling bantu, saling jaga, agar bersama-sama segera keluar dari pandemi Covid-19. “Sekali lagi, mungkin ada kepentingan pribadi yang harus dikurbankan. Tapi percayalah, itu untuk kebaikan yang lebih besar,” pungkas Puan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *