Oleh : Morin Jenny
Member of Numberi Center
Presiden Vladimir Putin pada tanggal 21 Februari 2022, mengatakan, “Ukraine is not just a neighbor. It is an inherent part of our history, culture and spiritual space (Ukraina bukan hanya tetangga. Ini adalah bagian yang Tak terpisahkan dari sejarah, budaya, dan ruang spiritual kita).
Setelah perang dingin usai yang ditandai dengan runtuhnya Tembok Berlin pada 9 November 1989, pada 24 Februari 2022 Rusia melaksanakan serangan ke Ukraina yang menimbulkan banyak pertanyaan para pengamat di seluruh dunia serta korban masyarakat sipil tidak berdosa. Setidaknya akibat serangan Rusia ini, 1 (satu) juta orang exodus keluar Ukraina dan korban jiwa meninggal sebanyak 350 warga sipil.
Di samping itu agresi Putin terhadap Ukraina telah melanggar Memorandum Budapest 1994, dimana Rusia, Inggris dan Amerika Serikat (AS) memberikan jaminan keamanan terhadap ancaman atau penggunaan kekuatan terhadap wilayah Ukraina dan kemerdekaan politik bangsa Ukraina.
Presiden Putin telah memerintahkan pasukan nuklir negaranya ke status siaga tinggat tinggi dari “rezim khusus tugas tempur”, hal ini semakin mengganggu stabilitas internasional.
Strategi yang ingin dicapai Presiden Vladimir Putin:
1.Restore Russia’s historical ties to Ukraine (Undoing the country’s artificial separitsm from Russia) atau Memulihkan hubungan historis Rusia dengan Ukraina (Membatalkan pemisahan buatan negara itu dari Rusia);
2.Rebuild former boundaries of the collapsed Soviet Union (in his words, the greatest geopolitical castatrophe of the 20th Century”) atau membangun kembali batas-batas bekas Uni Soviet yang runtuh. (Putin berkata:”bencana geopolitik terbesar abad ke-20”);
3.Strong then regional security around Russia’s “warm water port acces” via prior annexation of crimea in 2014 (keamanan regional yang kuat dan “akses pelabuhan air hangat” Rusia melalui aneksasi terhadap Crimea pada tahun 2014).
4.Revive Russia’s Geopolitical prestige, in concert with China to the extent possible, by challenging the Western dominated post World War 2 institutional framework (menghidupkan kembali prestise Geopolitik Rusia, bersama dengan China sejauh mungkin, dengan menantang kerangka institusional pasca Perang Dunia ke-2 yang didominasi Barat).
5.Draw a line on NATO expansion, and secure “gurantees” across the former Soviet bloc and Eastern European region (menarik garis batas ekspansi NATO, dan mengamankan “jaminan” di seluruh bekas blok Soviet dan kawasan Eropa Timur yakni : Ban on Ukraine membership to NATO in perpetuity (larangan keanggotaan Ukraina di NATO untuk selama-lamanya) dan Withdrawal of NATO military forces to 1997 position (penarikan pasukan militer NATO ke posisi 1997). (Sumber: Francis Kelly, Financial Times, Washington Post, Februari 2022)
Dalam butir 5 (lima) strategi Putin adalah membendung NATO (North Atlantic Treaty Organization) dalam ekspansinya. Awalnya NATO pada tahun 1990 berjumlah 16 negara, namun dewasa ini telah menjadi 30 negara anggota dan mengumumkan pada tahun 2022 ini akan ada 3 (tiga) negara anggota baru yaitu: Ukraine, Georgia, dan Bosnia & Herzegovina.
Dalam rencana Putin pada tahun 2024 kegiatan NATO akan menjadi perhatian utamanya dalam membendung ekspansi NATO ke depan. Kepentingan Putin adalah membangun Kembali Uni Soviet seperti yang lalu sesuai strateginya nomor 1.
Ada beberapa kelemahan pihak Barat dalam hal ini, yaitu ketergantungan gas kepada Rusia 40%, khusus untuk Jerman ketergantungan 50%, belajar dari sejarah masa lalu maka Rusia butuh kawasan yang luas untuk latihan militernya.
Kelemahan NATO dan “leadership” pihak Barat :
1.US NATO & kebijakan perdagangan Uni Eropa di bawah Trump.
2.Setelah AS keluar dari Afganistan.
3.Biden (US) & Johnson (UK) tingkat persetujuan (approval ratings).
4.Pemilihan Macron mendatang di Perancis.
5.Ukraina lemah dalam politik dan ekonomi.
Memperkuat hubungan Rusia-China melalui:
- Pertemuan berdua antara Putin dan Xi lebih dari 30 kali.
- Menentang dan mengganggu dominasi global oleh pihak Barat.
- Berkaca dari apa yang dilakukan Xi dalam mempersatukan Hongkong, Taiwan dan Laut China Selatan (LCS).
Dampak dari eskalasi yang ditimbulkan Putin :
- Justru memperkuat sentiment Rusia secara Global dan memicu kerusakan ekonomi Rusia Jangka Panjang serta menggangu hubungan Rusia-China.
- Memperkuat NATO.
- Memperkuat dan mempersatukan masyarakat UNI Eropa dalam anti agresi yang dilancarkan Rusia.
- Memperkuat kekuatan Eropa dan mencari sumber minyak diluar Russia.
- Memperkuat kredibilitas Presiden Zelensky dari Ukraina.
- Memperkuat ketahanan Ukraina terhadap Rusia.
- Merusak Kesepakatan “Nonproliferasi Treaty (NPT)-Perjanjian Nonproliferasi Nuklir dimasa mendatang.
- Memperkuat kepemimpinan Presiden AS Joe Biden dalam percaturan politik secara global.
Fakta inventaris Arsenal Nuclear Warheal (NW) secara global: (1)AS-5.550, (2) UK-225, (3)Perancis-290, (4)Israel-90, (5)Pakistan-165, (6)India-156, (7)Rusia-6256, (8)China-350, (9)Korea Utara-40/50. (Sumber: Arms Central Associatiom Estimate 2021, Februari 2022)
Disamping itu baik AS maupun Eropa termasuk Australia memberlakukan sanksi ekonomi dan tentunya ada implikasi politik dibalik semua itu terhadap Rusia. Harapan ke depan oleh pihak AS, Eropa dan Australia bahwa Rusia mau berunding dengan baik tanpa adanya agresi militer yang dapat membunuh masyarakat sipil tidak berdosa di Ukraina. (*)