JAKARTA, REPORTER.ID — Pengamat Kebijakan Publik, Didiet Haryadi Priyohutomo menilai, pengakuan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi soal tidak kuasa melawan mafia minyak goreng, bikin malu Kabinet Indonesia Bersatu bahkan menjatuhkan harkat dan martabat Presiden Jokowi.
‘’Kritikal poinnya bukan minta maaf, tapi bagaimana minyak goreng gampang didapat. Rakyat tidak butuh alasan ke mana minyak goreng hilang. Yang mereka butuhkan, minyak gorek gampang didapat di pasar. Jadi, pernyataan Mendag malu-maluin kabinet dan jatuhkan martabat presiden,’’ kata Didiet kepada Reporter.id, Jumat (18/3).
Didiet yang anggota DPR periode 1987-1997 itu mengkritik kebiasan Mandag yang suka menuding pihak lain sebagai penyebab minyak goreng langka. Sebab, menuding itu satu jari mengarah ke orang lain, tiga jari mengarah ke dirinya sendiri. Memang kebijakan HET itu kurang taktis. Karena mereka yang punya barang kok situ yang mengatur. Makanya begitu HET dicabut, migor gampang didapat di pasaran.
‘’Jadi, kalau kita amati, menteri ini kalau ngomong soal kebijakan sepertinya pinter, tapi kalau tidak disertai strategi yang jitu, ya tidak bisa jalan. Omongannya yang muluk-muluk di langit, tidak akan nyambung ke bumi, hanya berkibar di angkasa,’’ ujarnya.
Ditanya, apakah permohonan maaf Mendag di DPR, kemarin bisa meluluhkan kekesalan masyarakat akibat langkanya minyak goreng, Didiet langsung menukas. ‘’Sudahlah, kalau sekiranya Mendag Lutfi sudah tidak sanggup lagi melawan mafia minyak goreng, maka secara gentle dia pamit pada presiden untuk mundur dari jabatan. ’Apa belum kenyang, tiga kali jadi dubes, jadi menteri juga? Kalau saya mundur. Buat apa di kabinet kalau tidak bisa mengabdi secara total pada kepentingan rakyat,’’ pungkas Didiet Haryadi.
Seperti diberitakan sebelumnya , Mendag Muhammad Lutfi mengaku bahwa pihaknya tak kuasa menghadapi mafia-mafia minyak goreng di Indonesia. Para mafia itu, kata Lutfi, menyelundupkan minyak goreng — yang mestinya menjadi konsumsi masyarakat — ke luar negeri. Lutfi menyebut, ini merupakan perilaku manusia yang rakus dan jahat. “Dengan permohonan maaf, Kemendag tidak dapat mengontrol karena ini sifat manusia yang rakus dan jahat,” katanya saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, Kamis (17/3). (HPS)