Sabam Sirait Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional

oleh

JAKARTA, REPORTER.ID – Almarhum Sabam Sirait yang sudah malang-melintang sebagai politisi sejak Orde Lama, Orde Baru, dan Orde Reformasi, dan berpolitik bersama 7 Presiden RI (Soekarno, Soeharto, BJ Habibie, KH. Abdurrahman Wahid, Megawati Soekarnoputri, Susilo Bambang Yudhoyono, dan Joko Widodo) diusulkan menjadi pahlawan nasional.

Usulan itu disebut inisiator pengusul RE Nainggolan setelah mempelajari sepak terjang Sabam Sirait di tanah kelahirannya, di Pulau Simardan, Datuk Bandar Timur, Tanjung Balai, Sumatra Utara, pada 13 Oktober 1936 hingga selama 45 tahunan menjadi politisi di Gedung DPR/DPD RI, Senayan Jakarta.

Untuk itu pula, pentingnya mendiskusikan ‘Kebebasan Pers dan Relevansinya Sabam Sirait Berpolitik Bersama 7 Presiden’ dengan menghadirkan wartawan senior J.Ordar (Kompas), Bambang Harymurti (Tempo), Andoes Simbolon (Beritabuana), dan anggota Komisi I DPR RI FPDI-P Andreas Pareira di Gedung DPR RI, Senayan Jakarta, Kamis (24/3/2022).

Yang paling terkesan bagi wartawan tersebut saat sidang umum MPR RI tahun 1993 yang sedang dipimpin Ketua MPR RI Wahono, dimana saat tengah bersidang Sabam Sirait melakukan interupsi dan maju ke meja pimpinan tersebut. Saat itu sidang MPR dipimpin Wahono, didampingi Soerjadi (PDI), Raden Soekardi (Golkar), Ismail Hasan Metareum (PPP).

Keberanian Sabam Sirait tersebut kata Andoes Sombolon, membuat politik nasional goncang, masyarakat terkagum-kagum, dan mengejutkan politik sampai mancanegara.

Mengapa? “Karena saat itu masih kuat-kuatnya rezim Orde Baru yang otoriter. Tapi, Bang Sabam berani protes pimpinan sidang, karena tidak membacakan rekomendasi FPDI yang meminta agar pemilu dilakukan dengan jujur, adil, dan demokratis. Sebab, selama Orde Baru, pemilu belum selesai, namun hasilnya sudah diketahui. Jadi, banyak kecurangan,” kata Andoes.

Di istana negara pun kata J. Osdar langsung menjadi perbincangan serius atas ulah Sabam Sirait tersebut. Sehingga nama Sabam Sirait itu menjadi catatan bagi rezim Orba.

Yang pasti kata Bambang Harymurti, di tengah masyarakat menyebut politisi itu kotor, tapi sebaliknya, Sabam Sirait mengatakan ‘Politik itu suci’. Istilah itu tercermin dalam perilaku politiknya yang konsisten untuk keadilan sosial, membela rakyat kecil, dan untuk keutuhan NKRI.

Karena itu menurut Andreas, Sabam Sirait dalam menjalankan politik selama hidupynya sebagai ‘panggilan hidup’. Seperti dikatakan Max Weber, atau ‘Politics as a vocation’ atau sederhananya adalah ‘Politik itu sebagai sebuah panggilan’. Selama di Senayan terakhir, Pak Sabam mendukung UU Keterbukaan Memperoleh Informasi Publik.

Alhasil, Sabam tetap konsisten dalam berpolitik hingga meninggal dunia sebagai anggota DPD RI pada 29 September 2021 (15 Januari 2018 – 29 September 2021), menjadi anggota DPR RI PDI-P sejak 1967 – 2009, dan anggota DPA (3 Mei 1983 – 1 Oktober 1992).

“Jadi, kalau ada yang bertanya; kenapa sudah tua masih mau nyaleg DPD RI? Itu bukti bahwa Pak Sabam Sirait itu ingin terus mengabdi kepada bangsa dan negara ini. Bahkan beliau tetap aktif mengikuti rapat-rapat di DPD RI meski harus pakai tongkat dan dipapah,” kenang Andoes.

Dengan demikian kata RE Nainggolan, dari berbagai sepak terjang dan latarbelakang-nya, pihaknya berkesimpulan bahwa Sabam Sirait layak mendapat gelar pahlawan nasional. “Semua unsur dari berbagai kalangan mendukung, dan kini usulan itu sudah sampai di Kemensos RI,” pungkasnya.