Oleh : Zainal Bintang
Presiden Jokowi berkunjung ke perusahaan Elon Musk, SpaceX di Boca Chica, Texas, Amerika Serikat. Dia tiba di Gedung Stargate SpaceX sekitar pukul 10.30, Sabtu (14/05/2022). Disambut langsung Elon Musk. Setelah sesi pertemuan, kedua tokoh dunia itu berkeliling melihat fasilitas produksi roket SpaceX.
Membaca berita ini yang dimuat media di seluruh dunia. Tentunya, diduga keras, rasanya nyaris seluruh rakyat Indonesia (279 juta) bergembira dan berdoa. Semoga pertemuan Jokowi dengan Elon Musk – sukses dan menjadi kenyataan. Elon adalah pengusaha terkaya di dunia dan pemilik pabrik mobil listrik “Tesla” dan pangkalan pesawat ruang angkasa “Space X” –
“Asal dia sungguh sungguh berinvestasi di Indonesia, biarpun dia, Elon Musk, jangankan hanya pakai kaos oblong, andaikata pun bertelanjang dada tetap dihormati oleh Dahlan Iskan”. Kurang lebih demikianlah pesan yang tersirat dalam artikel serialnya berjudul “Kaos Oblong”, Rabu (18/05/2022). Betapa tidak, sebagai rakyat wajib hukumnya mendoakan supaya rencana investasi mobil listrik “Tesla” di Indonesia terwujud.
Harapan dan keyakinan itu semakin membubung tinggi ke langit – langit hati masyarakat. Lantaran “dihujani” dengan bumbu percakapan langsung via telepon antara Dahlan Iskan atau DI dengan Luhut Binsar Panjaitan atau LBP. Informasinya, sejatinya meyakinkan dan valid. Kedua tokoh itu adalah petinggi yang kesohor di dalam dan di luar negeri. DI petinggi media. LBP petinggi kabinet. DI di Kaltim sedangkan LBP di Texas, Amrik.
Di menulis lagi, “kita perlu Elon Musk. Syukur-syukur kalau Elon Musk juga perlu kita.
Elon Musk adalah emas. Yang diperebutkan dunia. Apalagi kalau pemilik Tesla itu benar-benar mau berinvestasi di Indonesia. Untuk membangun pabrik baterai mobil listrik di sini. Kan kita punya bahan bakunya. Lengkap: nikel. Juga aluminium. Pun mangaan. Termasuk karet. Tentu harus diakui: Menko Luhut Pandjaitan-lah yang bekerja keras untuk pertemuan itu. Luhut sendiri sudah lebih dulu bertemu pemilik SpaceX itu. Sudah berhasil pula meyakinkan Elon Musk. Terbukti Tesla benar-benar mengirim tim ke Indonesia. Ke Morowali. Ke Soroako. Ke pusat tambang nikel kita”, tambah DI.
Persisnya DI menulis begini, “Kalau saya, jangankan ia pakai kaus oblong. Telanjang dada pun tidak masalah. Asal mau investasi besar di Indonesia. Luhut juga bersikap begitu. “Saya yang bertemu awal dengan Elon. Dia itu humble person, genius, nyentrik, terkaya di dunia,” ujar Luhut kepada saya kemarin. Saya meneleponnya dari Kaltim. Ia masih di Amerika”. Rasanya ucapan DI itu, bagaikan jubir LBP.
Pada hari yang sama, Rabu (18/05/2022) beredar tulisan tandingan yang mengimbangi tulisan DI. Dibuat Achmad Nur Hidayat MPP, Pakar Kebijakan Publik dan Ketua Pusat Studi Ekonomi Politik UPN Veteran Jakarta. “Klaim kemenangan besar tersebut sebenarnya adalah euforia semata yang belum disertai komitmen investasi yang jelas dan tegas oleh Elon Musk. Baik Tesla maupun Space X tidak merilis komitmen investasi apapun paska pertemuan Jokowi-Elon di Austin Texas US kemarin”, tulis Hidayat.
Lanjut Hidayat, “klaim tim investasi Indonesia tersebut sebenarnya tidak ada dasarnya. AS sedang mengalami inflasi tinggi akibat cetak likuiditas dolar atasi pandemi Covid. Investasi Elon Musk ke Indonesia bila ada diprediksi tidak sebesar yang diklaim karena Elon Musk dan AS tidak memiliki kemewahan investasi yang cukup karena harus struggle (berjuang) mengatasi persoalan ekonomi dalam negeri. Ditambah lagi, Tesla tidak tertarik dengan nikel kobalt dari Indonesia”.
Dalam artikelnya yang berjudul “Euforia Investasi Elon Musk” itu, Hidayat menjelaskan, “rencana investasi Tesla terkait baterai kendaraan listrik di Indonesia bakal memiliki masalah yang serius, karena Tesla sudah beralih untuk menggunakan katoda berbahan besi lithium iron phosphate atau LFP yang belakangan lebih efisien ketimbang bijih nikel limonit dan kobalt. Investasi nikel kobalt di Sulawesi akan terancam gagal bila Tesla tetap memilih menggunakan LFP daripada nikel kobalt”.
Namun, kemudian, mau atau tidak mau, saya teringat dengan salah satu lirik lagunya Titiek Puspa: “apa yang terjadi, terjadilah”. Pasalnya, Senin, (23/05/2022), artinya hanya berselang kurang dari sepuluh hari setelah Jokowi ketemu Elon Musk di Texas, dan lima hari setelah “kampanye” DI yang meluas itu, tiba-tiba beredar berita besar, menarik perhatian. Dan menggetarkan. Menggetarkan lantaran benarnya. Berita itu berjudul: “Luhut Sebut Investasi Elon Musk di Indonesia Butuh Waktu Lama”. Yaa Titiek Puspa berkelebat dalam bayangan: “apa yang terjadi, terjadilah. Kau tinggalkan daku. Mengapa Oh Mengapa…”
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi LBP menyampaikan, “rencana investasi CEO Tesla dan SpaceX Elon Musk di Indonesia masih membutuhkan waktu dan proses lama. Juga mengungkapkan saat ini belum ada kesepakatan resmi antara Indonesia dengan Elon Musk”.
Terbayang, sepertinya LBP kali ini, berucap jujur dan terus terang. Namun tidak jelas, apakah air mukanya juga murung atau tidak, ketika mengucapkan, “masuknya investasi dari suatu perusahaan itu tidak semudah menjentikkan jari, ini butuh proses dan waktu yang tidak sebentar. Apalagi ini investasi dengan nilai jumbo,” kata LBP dalam keterangan resminya. Padahal, kata LBP, “Kemekomarinves telah menjalin komunikasi yang sangat baik sejak dua tahun terakhir dengan Elon Musk dan pihak Tesla”.
Kejadian ini mengingatkan kita kepada judul sebuah lukisan “Man Proposes, God Disposes” (Manusia Merencanakan, Tuhan Menentukan). Dibuat Edwin Landseer 1864 (Wikipedia).
“Sebagaimana diketahui cadangan bijih nikel kobalt Indonesia adalah yang terbesar di dunia menyusun hampir 80 persen cadangan dunia. Hyundai, Toyota dan Honda adalah perusahaan otomotif yang masih menggunakan nikel dan kobalt sebagai baterai cellnya. Klaim Elon Musk mau investasi di nikel kobalt cukup aneh mungkin bisa dibilang hoax. Kecuali Elon Musk menggandeng Hyundai, Toyota dan Honda untuk join investasi. Namun rasanya tidak mungkin tesla mau melakukan itu”, ini masih bagian dari tulisan Hidayat.
Tidak akan ada investor yang mau masuk, sepanjang sikon politik Indonesia tidak kondusif. Menjelang Pilpres 2024 pemerintahan Jokowi mengalami degradasi politik. Ketidakpastian hukum menguat. Presiden Amerika Joe Biden, -negaranya Elon Musk – Amerika menolak hadir dalam pertemuan G20 bulan November di Bali, jika Putin presiden Rusia hadir. Ini efek pergeseran geopolitik yang diakibatkan perang Rusia-Ukraina. Membuat sikon politik Indonesia jumpalitan.
Sambil mengetik di komputer, saya memutar ulang-ulang lagu Ebiet G. Ade “Elegi Esok Pagi”. Saya pun ikut memelas, terpengaruh suara Ebiet ketika menyenandungkan liriknya dengan memelas: “Izinkanlah aku kenang, sejenak perjalanan Hoo..hoo. Dan biarkan ku mengerti, apa yang tersimpan di matamu Hoo hoo..Barangkali di tengah telaga, ada tersisa butiran cinta. Dan semoga kerinduan ini, bukan jadi mimpi di atas mimpi…” (Penulis, adalah wartawan senior dan pemerhati masalah sosial budaya)