Penganugerahan Paramadina Award 2022, Mengenang Buya Syafii Maarif

oleh

JAKARTA,REPORTER.ID – Pertama, dalam pembukaan pidato ini TP Rachmat menyampaikan terima kasih atas kesempatan yang diberikan karena ini merupakan sebuah kehormatan besar, sekaligus mengenang kepergian Buya Syafi’i Maarif, sebagai sahabat dan simbol persaudaraan untuk semua.

“Saya ingin mengenang Almarhum Buya Syafi’i Maarif yang pulang ke pangkuan Sang Pencipta beberapa waktu yang lalu. Saya mengenang beliau sebagai salah satu tokoh bangsa memahami agama yang dianutnya dengan jernih dan sampai ke inti terdalamnya, dan menemukan bahwa di dasar semua agama, selalu terdapat ajaran yang universal dan sederhana. Seorang tokoh yang begitu yakin bahwa agama yang benar haruslah selaras dengan ke-Indonesia-an dan kemanusiaan. Seluruh hidup dan karya beliau, adalah wujud harapan beliau untuk Indonesia yang bhinneka namun ika. Indonesia yang beragam dan berbeda-beda namun tetap dan terus setia pada prinsip kesatuan dan persatuan.”

Demikian TP Rachmat, sebagai tokoh “entrepreneur” yang sukses, ia menyampaikan visi dan pandangan dalam pidato ini berjudul: ‘Indonesia Raya, Seribu Tahun Lamanya” di Auditorium Nurcholish Madjid, Kampus Universitas Paramadina Jakarta, pada Sabtu (4/6/2023).

Pemikiran visinya tidak lagi hanya soal bisnis, pertumbuhan korporat, tangagung jawab sosial, tetapi juga masalah kebangsaan dan nasib bangsa di masa mendatang.

Menurut TP Rachmat bangsa ini membutuhkan lebih banyak lagi tokoh seperti Buya Syafii Maarif. Untuk meraih cita-citanya, bangsa ini perlu sadar bahwa Indonesia yang Raya hanya akan terjadi bila perbedaan suku, agama, ras, dan antar golongan tidak dipermasalahkan tetapi justru dapat diterima, dihormati, mendewasakan, dan bahkan dirayakan sebagai kekuatan unik yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa yang lain.

Indonesia Emas

Bagi TP Rachmat, 100 tahun emas Indonesia merdeka adalah penting dan utama bagi bangsa Indonesia untuk mengambil peran lebih besar lagi dalam kancah peradaban dunia. Sekarang sudah masuk ke dalam jajaran 20 negara ekonomi besar (large economy) dan di tahun 2045 nanti harus lebih kuat lagi peranannya. Menurutnya: “Banyak pihak memberikan prediksi positif tentang peran Indonesia di kancah peradaban dunia. Kekayaan alam, besarnya jumlah penduduk, serta letak geografis Indonesia, yang membuat banyak pihak yakin akan besar dan pentingnya peran Indonesia di masa depan. Kita semua menyongsong 100 tahun Indonesia merdeka dengan optimisme yang luar biasa. Sebagian dari kita, mungkin akan berkesempatan mengalami masa itu, dan sebagian dari kita, mungkin tidak berkesempatan mengalaminya.”

Pendiri Triputra Group ini menilai, Indonesia mempunyai berbagai keunggulan luar biasa dalam sumberdaya alam dan banyaknya jumlah penduduk, serta letak geografis yang strategis, terdapat satu aspek yang amat sangat penting. Tetapi ada aspek yang menjadi faktor penentu dan pembeda dari semua keunggulan itu.

“Aspek ini amat sering dibicarakan, tapi seringkali perwujudannya terkalahkan oleh aspek-aspek lain yang bersifat lebih mendesak. Aspek ini juga amat sulit untuk disiapkan, karena sifatnya jangka panjang, perlu komitmen serta konsistensi lintas generasi – lintas pemerintahan, yang gigih dan pantang menyerah. Aspek itu adalah kualitas manusia. Kualitas manusialah yang akan menjadi penentu dan pembeda bagi kemajuan, kesejahteraan, dan kebesaran bangsa,” ungkapnya.

Dikatakan, banyak bangsa di dunia yang jumlah penduduknya sedikit, tidak memiliki sumber daya alam yang berlimpah, tidak memiliki posisi geografis yang menguntungkan. Namun bangsa-bangsa itu dapat memberikan dampak yang besar bagi dunia melalui beragam karyanya. Justru dengan sedikitnya jumlah penduduk, sumber daya alam, serta kondisi geografis yang kurang menguntungkan, bangsa-bangsa itu lebih cepat sampai pada kesimpulan dan keyakinan, bahwa sesungguhnya bukan sumber daya alam, jumlah penduduk, atau posisi geografis yang paling menentukan. Namun kualitas manusianya.

Pendidikan

Menurut TP Rachmat, bangsa-bangsa yang sukses merumuskan prinsip dasar pendidikan, menempatkan talenta-telanta terbaik untuk mengelola pendidikan, mengalokasikan sumber dana yang besar, dan menetapkan kebijakan yang mendukung dan meningkatkan kualitas pendidikan. “Semuanya itu, dilakukan dengan teguh, konsisten, all-out dari generasi ke generasi, walaupun pemerintahan silih berganti,” tuturnya.

Ia menyebut pendidikan itu penting. Amat sangat penting. Bangsa dengan penduduk yang terdidik akan dapat melepaskan diri dari masalah-masalah dasar seperti kelaparan, kemiskinan, ketidakadilan, kesenjangan, serta ketidaksetaraan. Dengan pendidikan, bangsa bergerak maju, melepaskan diri dari berbagai keterbatasan serta belenggu yang menghambat kemajuan.

“Saya memiliki keyakinan bahwa pendidikan yang paripurna adalah pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, namun menanamkan pondasi yang kokoh dalam hal nasionalisme, spiritualitas, nilai-nilai inti, dan cara berpikir yang benar. Bangsa membutuhkan kombinasi dari ke-lima unsur tersebut agar dapat terus tumbuh menuju kejayaan dan kemuliaannya,” jelas TP Rachmat.

Ilmu pengetahuan semata lanjut dia , bisa saja membawa bangsa pada kemajuan dan skala ekonomi yang mengagumkan. Namun tanpa nasionalisme, spiritualitas, nilai- nilai inti, serta cara berpikir yang benar, sebuah bangsa akan sulit mencapai peradaban yang jaya, mulia, dan langgeng. Pendidikan, menjadi kunci terjadinya Indonesia yang Raya, yang ada sampai seribu tahun lamanya.

Generasi Penerus

Dalam konteks itulah, TP Rachmat ingin mengajak semua untuk mengambil peran aktif dalam dunia pendidikan:

Pertama, bila kita jadi pendidik, jadilah pendidik yang utuh. Yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan, namun juga terus berupaya menanamkan nasionalisme,
spiritualitas, nilai-nilai inti, serta cara berpikir yang benar kepada seluruh siswa yang dipercayakan kepada kita.

Kedua, bila kita jadi pengusaha, jadilah pengusaha yang tidak berhenti pada ukuran- ukuran ekonomi yang memuaskan diri, namun membuka diri untuk berkolaborasi dengan institusi pendidikan, memberikan dukungan finansial yang diperlukan, serta membantu dunia pendidikan dengan sarana, kesempatan, serta pengalaman yang dimilikinya.

Kegtiga, bila kita menjadi tokoh agama, jadilah tokoh agama yang memahami agama sampai ke inti-inti ajarannya. Jadilah tokoh agama yang mengabarkan perdamaian, kasih sayang, dan kemanusiaan. Jangan terjebak pada dogma dan fanatisme sempit yang justru membuat agama menjauhkan manusia dan manusia lainnya, atau bahkan menjauhkan manusia dari Tuhan.

Keempat, bila kita menjadi orang tua, jadilah orang tua yang tidak semata-mata mengukur dan membandingkan anak berdasarkan nilai-nilai ilmu pengetahuannya. Orang tua juga harus mendidik anak dan menjadi panutan dalam menumbuhkan jiwa nasionalisme, pemupukan spiritualitas, penanaman nilai-nilai inti, serta cara berpikir yang benar.

Kelima, bila kita jadi anak muda, jadilah anak muda yang rendah hati. Potensi yang besar, semangat yang menyala-nyala, intelegensi yang tinggi, akan sempurna bila dikombinasikan dengan jiwa yang rendah hati. Kerendahan hati mendekatkan
dan memudahkan kita untuk menerima pengajaran dan pembelajaran, baik dari
Tuhan, sesame, maupun kehidupan.

Pendidikan utuh dan menyeluruh, yang ‘beyond brain’. Itu yang akan menjadi faktor penentu untuk terwujudnya Indonesia yang Raya, Indonesia yang ada sampai seribu tahun lamanya. “Saya sangat mengapresiasi seluruh upaya Universitas Paramadina, yang secara konsisten mengupayakan pendidikan yang utuh dan menyeluruh, pendidikan yang ‘beyond brain’. Saya juga bersyukur, saat ini pemerintah terus berupaya melakukan reformasi pendidikan secara intensif, merombak birokrasi, membangun kurikulum yang lebih utuh dan menyeluruh, serta menempatkan talenta-talenta hebat untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia,” tambahnya.

Karena itu, ia sungguh berharap, seluruh upaya itu konsisten dijalankan, tidak putus di tengah jalan karena perubahan pemerintahan atau apapun. Karena pendidikan perlu konsistensi. Karena pendidikan perlu waktu untuk berbuah. TP Rachmat yakin, di masa yang akan datang, semua upaya itu akan berdampak besar bagi kualitas generasi penerus generasi muda, dan pada gilirannya bagi bangsa Indonesia.

Terlepas dari berbagai perbedaan di antara kita, ia amat yakin kita memiliki satu harapan yang sama: kita semua ingin hidup di Indonesia yang lebih sejahtera, lebih beradab, lebih mulia, dan langgeng. Kita semua ingin mewariskan Indonesia yang lebih baik buat anak dan cucu kita. Kita semua menginginkan Indonesia yang Raya, yang ada sampai seribu tahun lamanya.

“Saya mengajak kita semua untuk terlibat aktif dalam berperan serta menciptakan Indonesia yang Raya, melalui berbagai profesi kita, termasuk membangun pendidikan yang utuh dan menyeluruh. Apapun profesi kita, agama kita, status sosial kita, berapapun usia kita, pada akhirnya kita mengemban amanat yang sama: membangun generasi penerus yang lebih baik dari kita. Ini misi kita bersama, sedemikian besar dan pentingnya, sehingga harus dikerjakan secara terpadu, bersama-sama, dan berkesinambungan,” pungkasnya.