JAKARTA,REPORTER.ID – Pengamat penerbangan dan analis independen bisnis penerbangan nasional Gatot Rahardjo mengatakan kehadiran rute baru pesawat Pelita Air dapat menciptakan keseimbangan atau Kesehatan bagi iklim bisnis dalam industri penerbangan di tanah air.
Pasalnya, kata Gatot pasar penerbangan Indonesia mayoritas sudah lebih 60 persen dikuasai oleh salah satu group maskapai penerbangan swasta.
“Ini sebenarnya bagus, karena saat ini nyatanya memang pasar sudah dikuasai oleh 1 group maskapai (lion air). Jumlah penerbangan dan jumlah penumpangnya group ini sudah lebih dari 60% dari nasional,” tegas Gatot, Sabtu (25/6/2022).
Gatot menambahkan, untuk dapat memberikan keseimbangan jumlah pesawat Pelita Air meski ditambah dan memberikan tarif yang bersaing.
“Tapi kalau mau mengimbangi, ya jumlah pesawat dan jumlah penerbangan harus ditambah, misalnya sampai 100 pesawat. Karena group lion pesawatnya sudah lebih dari 200-an,” jelasnya.
Mengingat pasca pandemi Covid 19 menurut Gatot, banyak masyarakat yang ingin bepergian baik itu untuk urusan pekerjaan maupun untuk berlibur, sedangkan jumlah pesawat dan penerbangan sedikit. Bahkan banyak rute yang masih tidak ada penerbangan karena pesawatnya tidak ada.
“Kalau Pelita Air hanya mengandalkan 20-an pesawat yang ada justru akan digilas. Karena saat ini persaingannya ada di harga tiket serta slot dan frekuensi penerbangan. Dan itu sudah dikuasai oleh satu group itu,” jelas Gatot.
Nah lanjut Gatot, Erick Thohir selaku Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus berkolaborasi dengan Kementerian Perhubungan yang mempunyai otoritas untuk mengatur penerbangan di Indonesia.
“Kalau memang mau mewujudkan keseimbangan di bisnis penerbangan, bolanya ada di Kementerian Perhubungan untuk membuat atau mengubah aturan yang ada. Misalnya terkait tarif, rute dan frekuensi penerbangan, model bisnis dan sebagainya, sehingga iklim bisnis penerbangan menjadi lebih baik dan adil. Erick Tohir bisa minta Menhub Budi Karya untuk memperbaiki iklim bisnis penerbangan nasional,” ungkapnya.
Menurut Gatot, di Indonesia harga tiket masih menjadi penentu calon penumpang memilih menggunakan pesawat, jadi menurutnya jika Pelita Air lebih mahal tarifnya daripada swasta tidak akan menjadi pilihan oleh masyarakat.
“Jadi apa pun yang mau dilakukan maskapai, kalau harganya lebih mahal dari tetangga sebelah, juga tidak akan dipilih masyarakat,” tuturnya.
Selain itu, Gatot menyarankan, Pelita Air tidak hanya fokus pada pasar domestik melainkan juga mencoba menggarap penerbangan internasional.
“Kalau untuk dalam negeri, memang pasarnya terbuka lebar, karena pasca pandemi banyak masyarakat yg ingin terbang. Tapi saran saya, Pelita bisa kerjasama dengan maskapai lain untuk penerbangan ke luar negeri,” katanya.
Misalnya codeshare atau kerjasama lainnya dengan Garuda atau maskapai luar negeri. Karena penumpang luar negeri sekarang juga sedang booming dan banyak penumpang pesawat di dalam negeri yang sebenarnya juga ingin terusan terbang ke luar negeri dan sebaliknya. Jadi antara dalam dan luar negeri seimbang, walaupun yang luar negeri itu hanya kerjasama dengan maskapai lain, tapi tetap ada pendapatan bagi Pelita,” pungkasnya.
Sebelumnya, Erick Thohir menyatakan kehadiran Pelita Air merupakan bentuk intervensi pemerintah dalam mewujudkan keseimbangan ekonomi di industri pesawat terbang Tanah Air. Terlebih dengan melonjaknya harga tiket pesawat saat ini.
“Saya minta dan mengharuskan Pelita Air yang akan menjadi salah satu tulang punggung pembangunan industri penerbangan domestik,” ujanya.
Pelita Air juga diminta oleh Erick menjadi bagian dalam menyehatkan industri pesawat terbang di Indonesia.