Skema Kartu Prakerja Bisa Direplikasi ke Program Lain

oleh

JAKARTA,REPORTER.ID – Program Kartu Prakerja mendapat sambutan positif dalam International Conference on Adult Education ke-7 (CONFINTEA VII) di Maroko, yang diikuti negara-negara anggota UNESCO pada pekan lalu.

Dalam acara tersebut, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Indonesia Airlangga Hartarto menjelaskan sebagai program bantuan tunai bersyarat, Kartu Prakerja tidak hanya membantu pekerja terkena PHK dan memberi mereka kesempatan untuk meningkatkan keterampilan sebelum kembali bekerja, tapi secara umum juga membantu menciptakan wirausaha.

Insentif yang diberikan setelah mereka menyelesaikan pelatihan, terbukti justru memperkuat daya beli mereka di masa pandemi, karena mayoritas mereka menggunakannya untuk membeli bahan makanan.

“Ada sekitar 12,8 juta lebih penerima Kartu Prakerja yang telah terlayani selama 26 bulan pelaksanaan program dan masih berlanjut hingga saat ini. Dimana semuanya dapat diselesaikan melalui smartphone,” kata Ketum Partai Golkar itu dalam presentasinya.

Direktur Riset CORE Indonesia Piter Abdullah Redjalam merespons apresiasi dunia internasional terhadap Kartu Prakerja.

“Merupakan kebanggaan untuk kita semua. Apresiasi internasional ini membuktikan bahwa Kartu Prakerja yang merupakan program cepat dari pemerintah bisa berjalan baik,” kata Piter, Rabu (13/7/2022).

Ia mengungkapkan mekanisme program Kartu Prakerja patut untuk diterapkan pada program pemerintah yang lain. “Pola atau mekanisne Kartu Prakerja yang banyak memanfaatkan teknologi digital seharusnya bisa menjadi rujukan bagaimana pemerintah menyalurkan berbagai bantuan sosial atau juga bantuan kepada UMKM,” ujarnya.

Menurutnya, pemanfaatan teknologi digital dalam Kartu Prakerja jika diterapkan dalam program lain bisa menjadikan lebih tepat sasaran. “Dengan memanfaatkan teknologi digital bantuan lebih bisa diyakini tepat sasaran,” pungkasnya.

Sementara itu, Peneliti Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat – Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LPEM FEB UI) Muhammad Hanri menilai positif program tersebut. Hal itu didasarkan pada peningkatan keahlian dan keterampilan peserta yang didapat dari program Kartu Prakerja.

“Kalau programnya, saya pribadi mengapresiasi bagus buat up-skilling dan re-skilling,” ungkapnya.

Menurut Hanri, antusias sekaligus tingkat penyelesaian pelatihan peserta cukup tinggi. “Antusiasme peserta bagus, yang menyelesaikan juga hampir 90% lebih, tapi masalahnya ini masih online. Jadi orang masih gampang untuk ikut dan kemarin masih ada kayak kompensasinya cukup gede, sehingga dia seperti semi-bansos,” ujar ekonom UI tersebut.

Ia menilai, rencana pemerintah untuk menyelenggarakan pelatihan Kartu Prakerja secara hibrida patut dicermati. Apalagi rencana pemerintah untuk mengurangi bantuan sosial (bansos) yang selama ini diberikan pada peserta. “Itu yang perlu dicermati karena ingin bansos-nya atau karena ingin up-skilling,” tambahnya.

Hanri mengungkapkan peserta Kartu Prakerja juga mendapat manfaat besar dari pelatihan yang mereka ikuti. Mereka bisa masuk di lapangan pekerjaan yang sesuai.

Kartu Prakerja menjadi sarana bagi tenaga kerja untuk meningkatkan keahlian dan menambah keahlian baru. Hal itu sangat bermanfaat untuk meningkatkan gaji yang diterima mereka. “Jadi itu menjadi sarana bagi mereka. Misalnya bagi mereka yang usia 30an gak mungkin mereka kuliah lagi. Biayanya terlalu tinggi,” ujarnya.

Dikatakan Hanri, sebenarnya tujuan Kartu Prakerja bukan mengurangi angka pengangguran secara langsung, melainkan memberikan fasilitas pada orang yang sedang menganggur.

Sehingga ketika peserta sudah selesai program diharapkan mereka bisa lebih cepat bekerja. Selain itu, program Kartu Prakerja juga menyalurkan antara industri dan peserta.

“Kartu Prakerja tidak sedang membuat lapangan pekerjaan, tapi memperkaya pekerja yang sedang tidak bekerja supaya cepat dapat kerja,” pungkasnya.