Taman Arkeologi Onrust Bersolek, Informasi Periode Haji dan Tragedi Provinsi Ke-7 Diperbaiki

oleh
oleh
Pulau Onrust (PRI)

JAKARTA, REPORTER.ID- Taman Arkeologi Onrust di Kepulauan Seribu, Teluk Jakarta, bulan Agusrus ini sedang bersolek dengan hiasan nuansa merah putih. Sementara informasi melalui tata pamer di Museum Onrust tentang periode karantina haji tahun 1911-1933 dan tragedi kapal De Zeven Provincien 1933 segera diperbaiki.

Kepala Satuan Pelayanan (Kasatpel) Taman Arkeologi Onrust, Agung Priosusanto mengungkapkan hal itu Jumat (5/8/2022). “Ada rencana memvisualkan barak haji yang pernah ada di Pulau Onrust pada tahun 1911-1933 dengan gambar digital,” tambah Agung.

Sebab kata Agung bila barak haji itu direkonstruksi kembali di tempat semula akan besar biayanya. Belum lagi untuk perawatannya nanti.

Menurut catatan, sekitar tahun 2011 Kepala Taman Arkeologi Onrust waktu itu Husnison Nizar mengusulkan agar dapat direkonstruksi satu saja barak haji dari 35 bangunan serupa yang pernah ada di Pulau Onrust.

Di samping untuk visualisasi bangunan yang pernah ada, juga bermanfaat untuk gedung serbaguna bagi pengunjung destinasi wisata sejarah dan kebaharian tersebut.

Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta Mis Ari ketika dihubungi Reporter.id Rabu mengakui akan ada perbaikan fasilitas di Taman Arkeologi Onrust meliputi pulau pulau Onrust, Cipir dan Kelor. Di samping itu akan ada perbaikan label koleksi outdoor maupun situs.

Dengan perbaikan fasilitas yang ada diharapkan akan meningkatkan pelayanan kepada pengunjung. Diungkapkan lebih lanjut selama 3 bulan terakhir ini pengunjung Taman Arkeologi Onrust rata-rata lebih 3.000 orang per bulan. Tercatat bulan Mei 3.104 orang, Juni menjadi 3.699 dan Juli 3.737 orang. Padahal April hanya 909 orang.

“Bulan April bertepatan dengan bulan puasa Ramadhan makanya pengunjung hanya sedikit,” ujar Agung menambahkan.

Menyambut HUT ke 77 Kemerdekaan Republik Indonesia semua bangunan dan fasilitas TAO dihiasi umbul umbul dan bendera merah putih sejak Kamis (4/8) kemarin.

Rosadi, pemandu wisata Pulau Onrust membenarkan hal itu. “Pulau Cipir dan Kelor juga dihiasi merah putih,” tuturnya.

Banyak Hal Baru

Selasa (2/8/2022) yang lalu, berlayar ke Taman Arkeogi Onrust dari dermaga Kamal Muara. Ternyata di perahu motor dinas milik TAO tersebut ada kawan lama, Bayu Niti Permana yang menjabat Subkordinator Sejarah dan Permuseuman Dinas Kebudayaan DKI Jakarta bersama Andika dan Pamong Budaya Bidang Kebudayaan, Dewi.
Kasie Pelindungan Sudin Kebudayaan Kabupaten Kepulauan Seribu Alex Prabowo juga bersama mereka.

Ada pemandangan baru di Muara Kamal. Sebelum keluar teluk, perahu motor lewat kolong jembatan layang dari beton yang memanjang dari barat ke timur mirip jembatan Suramadu. Terlihat gagah dan indah. “Itu jembatan layang PIK,” jelas Agung Priosusanto.

Setelah setengah jam pelayaran, perahu motor TAO sampai di dermaga Pulau Bidadari. Penumpang naik ke darat. Tampak akses jalan ke benteng kini lebih lebar. Patung rusa duyung juga sudah digeser agak maju dan kini menghadap ke barat. Semula menghadap ke arah selatan.

Melihat benteng bergaris tengah lebih 22 meter itu banyak pengunjung naik dan masuk ke dalamnya. Ada yang mencoba mengintip keluar dari puluhan lubang pada dinding benteng yang cukup tebal.

Rombongan segera balik ke perahu motor. Dari pulau resort ini berlayarlah ke utara. Hanya belasan menit sampai ke Pulau Kelor dengan benteng Martello setinggi 9 meter. Di pantai sebelah utara dan barat benteng berserakan beton beton pemecah gelombang. Bangunan dari tahun 1850 ini menjadi icon pariwisata Kepulauan Seribu.

Hal yang baru lagi di sebelah selatan benteng telah menghijau dengan bermacam pohon antara lain pohon ketapang, cemara udang, kedondong laut dan mengkudu.
Terlihat beberaoa ekor kucing berbadan tambun bersantai di bawah pohon.
“Ya, gemuk gemuk,” kata petugas Pulau Kelor. Sebab kucing kucing itu dapat bagian ikan dari para pemancing di pulau itu.

Dari Kelor ke Pulau Cipir atau Pulau Kahyangan perahu motor kembali ke arah selatan. Namun di dermaga selatan tak dapat merapat dan dialihkan ke dermaga barat.

Di sini rombongan pengunjung dipandu melihat reruntuhan rumah sakit karantina haji dan bekas toilet serta asrama perawat yang gedungnya masih utuh dan terawat.

Di Pulau Onrust yang berjarak 100 meter dari Cipir, perahu motornya merapat dengan aman. Rombongan disambut pemandu wisata setempat Rosadi, Jodi dan Ridwan Saide yang mengantarkan ke rumah dokter RS Karantina Haji 1911-1933 yang dijadikan Museum Onrust.

Ridwan Saide menjelaskan Pulau Onrust pada abad 17 luasnya 14 Ha , namun kini tinggal 7,5 Ha akibat abrasi digempur ombak berabad abad.

Pernah pulau ini dibangun galangan kapal dan benteng kecil sebagai pertahanan melindungi Kota Batavia dari serangan musuh.

Tahun 1800 dan 1806 hampir semua bangunan di Pulau Onrust dan sekitarnya hancur digempur armada Inggeris. Setelah Inggeris pergi tahun 1816 baru Onrust dibangun kembali oleh -Belanda. Namun tahun 1883 kembali luluh lantak akibat disapu gelombang Tidal akibaf. meletusnya Gunung Krakatau.

Koleksi Museum Onrust yang unik ditunjukkan Ridwan Saide berupa sepatu besi sebelah kiri dan kloset jongkok bekas RS Karantina Haji di Pulau Cipir dari Negeri Belanda. Ada lagi maket Onrust tahun 1740 dengan galangan galangan kapal dan kincir angin.

Hal yang baru lagi bekas rumah penjara di sebelah utara Museum Onrust berpagar besi kekar. Ternyata di kamar kamarnya dipersiapkan untuk ruang pamer berisi boneka peraga mengenai tragedi 1933. Yaitu peristiwa pemberontakan oleh awak kapal AL Belanda bernama De Zeven Provincien atau Sang Provinsi Ketujuh.
Kapal itu akhirnya dibom oleh pesawat AL Belanda. Dari para awak kapal yang selamat ditahan oleh Belanda di penjara Onrust tersebut.

Namun inipun masih perlu diperbaiki sebelum dapat ditontob oleh pengunjung museum terbuka yang di dalamnya ada museum tertutup pula dengan tata pamer yang menawan. (Suprihardjo).