Sarifuddin Sudding (net)
JAKARTA, REPORTER.ID – Anggota Komisi III DPR Sarifuddin Sudding menyayangkan pernyataan Menko Polhukam Mahfud MD yang menyebut polisi itu sekarang ibarat jatuh, tertimpa tangga, bangun dikejar anjing, meninggal lalu mau dikubur, kuburannya sudah penuh yang disampaikannya usai menghadiri Dies Natalis ke-65 Undip sekaligus memberikan orasi ilmiah bertema: Negara, Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat di Kampus Undip Semarang, Sabtu (15/10) lalu.
‘’Saya prihatin dan sangat menyayangkan sikap Mahfud MD. Sebagai Menko Polhukam seharusnya memberi motivasi dan semangat kepada Polri supaya ke depan lebih baik. Itu memang tugas Menko Polhukam, bukannya terus-terusan malah menyudutkan Polri,’’ tegas Sudding kepada wartawan, Selasa (25/10).
Sebab, kata Sudding, masih banyak anggota Polri yang baik serta memahami tugas pokok dan fungsinya secara proporsional. Sebagai Menko Polhukam, seharusnya Mahfud mencarikan jalan keluar terhadap masalah yang dialami kepolisian, jangan malah mencibir dan mengolok-olok polisi. Jangan karena ada kasus Sambo, dan kasus Irjen Teddy Minahasa dan kasus lainnya, semua disamaratakan. Justru dengan adanya kasus-kasus tersebut dijadikan pintu masuk untuk lakukan perbaikan dan pembenahan di internal Polri.
Sudding mengapresiasi langkah dan komitmen Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo yang lakukan reformasi birokrasi di tubuh kepolisian. Sehingga persoalan-persoalan di internal Polri yang diakibatkan oleh oknum-oknum Polri, tanpa ada toleransi, Kapolri lakukan pembenahan dengan tindakan tegas. Harapannya ke depan, polisi betul-betul kredibel, profesional, dan mampu menjalankan tupoksinya dengan benar.
‘’Saya beri dukungan penuh pada Kapolri, apa yang beliau lakukan sekarang ini adalah revolusi pembenahan internal Polri sehingga oknum-oknum yang menyimpang akan tersisih satu-persatu. Saya kira dengan konsep presisi yang diusungnya sudah menunjukkan hasil yang cukup lumayan. Sigit punya komitmen yang jelas untuk perbaikan Polri. Sikapnya tegas tanpa pandang bulu, saya apresiasi itu,’’ tegas Sudding lagi.
Di tempat terpisah, politisi PPP Syahrial Agamas mengaku menyesal bilamana betul Menko Polhukam Mahfud MD menyebut polisi sekarang itu ibarat jatuh, tertimpa tangga, bangun dikejar anjing, meninggal lalu mau dikubur, kuburannya udah penuh. Kata dia, kalau betul Mahfud bicara seperti itu, berarti sudah kebablasan karena bicaranya terlalu vulgar.
‘’Hati-hatilah kalau ngomong, jangan terlalu vulgar seperti itu, kasihan polisinya. Kan institusi Polri nggak salah, yang salah kan oknumnya. Toh juga tidak semua polisi berbuat menyimpang seperti dalam kasus Ferdy Sambo, kasus Teddy Minahasa, dan kasus Kanjuruhan yang kini jadi sorotan. Masih banyak polisi yang baik dan professional, jangan disamaratakan. Jadi, Pak Mahfud hati-hati kalau ngomong. Institusi Polri jangan dicibir seperti itu, nggak bagus,’’ ujar Syahrial.
Sambil geleng-geleng kepala, Syahrial mengatakan kalau Mahfud MD punya komitmen untuk memperbaiki Polri, silahkan lakukan perbaikan dan sekarang waktunya. Tapi lakukanlah dengan cara-cara yang santun, jangan lakukan melalui cara-cara yang di luar konteks. Harus diingat, bahwa negara dan rakyat membutuhkan Polri yang betul-betul mengayomi dan melayani rakyat. ‘’Sekarang polisi sedang drop, jangan dicemooh seperti itu, mari dibina dengan cara-cara yang bermartabat, sehingga baik ke depan,’’ ujarnya.
‘’Pak Mahfud itu teman saya saat tugas di DPR. Dulu sama-sama di BKSAP bersama-sama Mbak Kofifah Indar Parawansa. Jadi, saya sesalkan kalau betul dia bicara seperti itu. Sebab, pejabat/pemimpin itu bicaranya harus terukur, santun, penuh wibawa, beri keteladanan, bisa ngemong, dan mengedukasi untuk kebaikan, tidak boleh kasar,’’ kata Syahrial lagi.
Terpisah, politisi Golkar Yasril Ananta Baharuddin hanya menyampaikan komentar singkat. ‘’Mungkin maksud Pak Mahfud baik, cuma caranya mungkin yang kurang pas. Terlalu vulgar, tapi gaya Pak Mahfud kan memang seperti itu. Ya, kita berharap ke depan tidak seperti itu lagi deh,’’ katanya.
Seperti diberitakan sejumlah media online, Menko Polhukam Mahfud MD mengatakan, tingkat kepercayaan publik ke Polri tengah merosot. Oleh sebab itu, Mahfud menyarankan agar Polri melakukan konsolidasi internal bila ingin bangkit.
“Satu-satunya jalan bagi Polri itu kalau mau ingin bangkit, konsolidasi internal,” ujar Mahfud ketika ditemui awak media di Gedung Prof. Sudharto Universitas Diponegoro (Undip), Kawasan Tembalang, Kota Semarang, Sabtu (15/10) usai menghadiri Dies Natalis ke-65 Undip sekaligus memberikan orasi ilmiah bertema: Negara, Demokrasi dan Kesejahteraan Rakyat.
Mahfud ingin Polri menghilangkan friksi-friksi di internal mereka. ‘’Lupakan yang lalu, mari semua bersatu untuk masa depan. Sudahlah sekarang mulai semuanya bersatu di dalam perbedaan masa lalu, sekarang bersatu ke masa depan. Itu kalau Polri mau bagus, kalau ndak ya susah. Bisa saling ya begitu-begitu yang terjadi,” kata Mahfud.
Polri, lanjut Mahfud, harus betul-betul menata diri dan sadar bahwa sekarang ini informasi tidak bisa ditutup-tutupi. “Media sosial yang begitu masif, sehingga kita tidak bisa melakukan sesuatu lalu bersembunyi. Polisi itu sekarang ibarat jatuh, tertimpa tangga, bangun dikejar anjing, meninggal lalu mau dikubur, kuburannya udah penuh. Itu tadi cerita-cerita para Guru Besar,” katanya. (HPS)