Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi
Oleh : Laksamana Madya TNI (Purn) Freddy Numberi
Seluruh kapal-kapal yang tergabung dalam Gugus Tugas Tempur Laut di bawah Laksamana Madya Chuici Nagumo, Panglima “Fisrt Air Fleet” Jepang konsolidasi di Teluk Hitokapu, Kepulauan Kuril pada 22 November 1941. (Steve Twomey, Count Down To Pearl Harbour, 2016:h.36).
Misi utamanya adalah menghancurkan armada Amerika Serikat(AS) di Pasifik dalam rangka ekspansi Jepang sesuai ajaran kunonya yaitu Hakko Ichiu(delapan penjuru dunia dibawah satu atap), hal ini memudahkan Jepang untuk menguasai Greater East Asia Co-Prosperity yang bebas dari pengaruh negara-negara barat. (Samuel Eliot Morison, The Rising Sun In The Pacific,1988:h.5).
Komposisi Gugus Tugas “First Air Fleet” terdiri dari 6(enam) kapal induk CV AGAKI & CV KAGA(Divisi-1),CV SHOKAKU & CV ZUKAKU (Divisi-2), CV HIRYU & CV SORYU (Divisi-3).
Kapal tabir 9 destroyer, 1 light cruiser, 2 battleships dan 2 heavy cruiser. Kapal logistik 8 tankers serta beberapa kapal supply.(kurang lebih 30 kapal perang).
Tiga kapal selam bertugas sebagai “reconnaissance” dan 2 destroyers lagi untuk mengamati pesawat-pesawat di Kepulauan Midway. (Dan van der Vat, The Pacific Campaign, 1991:h.19).
Jarak yang ditempuh “First Air Fleet” ini 3400 mil laut dan 12(dua belas) hari berlayar dari Kepulauan Kuril (Utara Jepang) untuk melakukan penyerangan terhadap Pearl Harbour, Hawaii.
Tantangan utama Jepang, bagaimana berlayar dengan unsur-unsur kapal perang dalam jumlah besar secara diam radio (radio silent) dan tidak terdeteksi oleh pihak AS dengan jarak 3400 mil laut atau 5440km dari Utara Hawaii.
Kelemahan Intelejen AS
Pihak Belanda maupun Inggris sempat membuka berita kode rahasia di Bangkok, bahwa Jepang merencanakan penyerangan ke Filipina dan Hawaii. Namun pihak intelejen AS tidak menggubris berita ini maupun mengecek kebenaran dari berita tersebut.
Pihak intelejen AS mengetahui bahwa pihak Jepang memberitahukan kepada para diplomat mereka untuk menghancurkan dokumen kode rahasia dan bersiap untuk perang namun tidak diteliti lebih lanjut. Disamping itu pihak intelejen AS memang mengetahui bahwa kapal-kapal induk Jepang tidak berada di lokasi mereka rapat. Hal ini juga sama, ketika ada “signal” keberadaan kapal-kapal induk sebelah Barat Daya Hawaii sekitar bulan November 1941, juga tidak digubris. Intelejen AS mungkin mengetahui bahwa ada informasi tentang serangan Jepang ini, namun kapan dan dimana AS tidak mengetahuinya.
Hari buruk bagi AS
Pertempuran awal dimulai dengan serangan pesawat udara (air assault) dari enam kapal induk Jepang yang berada pada jarak 275 mil laut atau 443 km dari Pearl Harbour. Gelombang pertama serangan udara ini dimulai pada Hari Minggu tanggal 7 Desember 1941, jam 07.55 waktu setempat (WS) dipimpin oleh Lieutenant Commander Nakaya Kenju, berjumlah 183 pesawat (fighters, dive bombers, torpedo bombers, horizontal bombers). Gelombang kedua 170 pesawat, jam 08.55 mulai serangan. Armada Pasifik yang berada di Pearl Harbour tidak siap menghadapi serangan mendadak (surprise attack) dari armada Jepang.
Laksamana Isoroku Yamamoto, Panglima Angkatan Laut Jepang yang pernah belajar di Amerika Serikat benar-benar melaksanakan apa yang dikatakan Mayor Jendral Carl von Clausewitz (Prussian Army) : “The factors that produce surprise are secrecy and speed- Faktor-faktor yang menghasilkan kejutan adalah kerahasiaan dan kecepatan. (William A.Cohen.P.H.D., Wisdom of the Generals, 2001:h.147).
Akibat serangan mendadak Jepang ini, Armada Pasifik menderita kerugian yang besar termasuk 2403 personil AS meninggal dan 1.178 mengalami luka-luka. Dua menit setelah penyerangan ini Laksamana Muda Patrick Bellinger, komandan pangkalan udara Ford Island ditengah Pearl Harbour melalui radio yang disiarkan ke seluruh dunia, mengatakan : “Air Raid, Pearl Harbour. This is no drill-Serangan udara, Pearl Harbour. Ini bukan latihan.”
Keesokan harinya pada tanggal 8 Desember 1941, jam 13.00 WS, Presiden Franklin Delano Roosevelt dalam sebuah pidato di Kongres, mengatakan : “Yesterday, December 7, 1941-a date that will live in infamy – The United States of America was suddenly and deliberately attacked by naval and air forces of the Empire of Japan – Kemarin, 7 Desember 1941 – tanggal yang akan hidup dalam keburukan – Amerika Serikat tiba-tiba dan sengaja diserang oleh angkatan laut serta udara Kekaisaran Jepang. (Penulis adalah mantan Gubernur Provinsi Irian Jaya periode tahun 1998-2000, Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara periode tahun 1999-2001, Menteri Kelautan dan Perikanan periode tahun 2004-2009, Menteri Perhubungan periode tahun 2009-2011, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Italia, Malta dan Albania, serta Wakil Tetap RI untuk Organisasi Internasional di bawah PBB, yaitu FAO (Food and Agriculture Organization), IFAD (Interntional Fund for Agriculture Development) dan WFP (World Food Program) berkedudukan di Roma tahun 2001-2004).