Digitalisasi Ekonomi Salah Satu Bentuk Alselerask Pengembangan UMKM

oleh
oleh
Seminar Nasional KMI tema ‘Menjaga Resiliensi Indonesia di Tengah Bayang-Bayang Resesi Global Melalui Transformasi Ekonomi’, bertempat di Universitas Bahaudin (Uniba) Madura, Rabu (22/2/2023). (Foto: Ist)

MADURA, REPORTER.ID – Kondisi ekonomi Tanah Air, khususnya di Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur, terkena imbas pertumbuhan ekonomi global pasca Covid-19, dimana inflasi di Kabupaten Sumenep mencapai 6,32 persen. Kendati demikian, pertumbuhan ekonomi di Sumenep mengalami peningkatan terutama, di konsumsi rumah tangga.

Demikian diungkap Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (UNAIR), Prof.Dr. Wasiaturrahma dalam Seminar Nasional mengambil tema ‘Menjaga Resiliensi Indonesia di Tengah Bayang-Bayang Resesi Global Melalui Transformasi Ekonomi’, bertempat di Universitas Bahaudin (Uniba) Madura, Rabu (22/2/2023).

Seminar nasional yang diselenggarakan Kaukus Muda Indonesia (KMI) belerjasama dengan Bank Mandiri, PT. Timah, BPJS Ketenagakerjaan, Jamkrindo dan Bank BTN  juga menghadiri narasumber Prof.Dr. Rahmad Hidayat (Rektor Uniba), Rizky Satya Pradhana (Perwakilan dari Bank Indonesia). dan Dr. Danang Sri Wibowo (Asisten Deputi Kemenko Perekonomian RI).

Sebagai solusi, Prof. Wasiaturrahma menganjurkan penguatan UMKM melalui digitalisasi ekonomi sesuai dengan agenda prioritas pemerintah pada 2023. Dan bahkan, ada banyak agenda prioritas pemerintah di tahun 2023, dimana satu agenda utama itu adalah digitalisasi ekonomi.

“Digitalisasi ekonomi bisa menjadi salah satu bentuk akselerasi pengembangan UMKM menghadapi resesi global. Melalui digitalisasi ekonomi, produk-produk UMKM bisa menjangkau pasar lebih luas,” ujarnya.

Selain UMKM sebagai penopang ekonomi menghadapi bayang-bayang resesi global, kewirausahaan pemuda juga dianggap penting sebagai penolanb ekonomi kedepan, demikian Prof. Wasiaturrahma.

Ditopang UMKM

Kesempatan sama, Prof. Rahmad Hidayat menyebut ekonomi Madura bisa ditopang adanya UMKM dan industri alamnya. Hanya saja, untuk melakukan akselerasi UMKM di Madura menghadapi banyak tantangan.

“Di antara tantangan UMKM Madura, adalah kurang berinovasi dan tak membangun branding produk sebagai bentuk mencari pasar baru sesuai perkembangan zaman. Yang menjadi problem laten adalah modal usaha UMKM sendiri,” terang Rektor Uniba Madura ini yang disambut tawa peserta seminar.

Dikatakan Hidayat, UMKM di Madura kurang membaca segmen segmen pasar. Tidak membangun branding produk dan tak melakukan inovasi untuk meningkatkan kualitas produk demi kepuasan pelanggan.

“Karena saat ini, semua orang bisa jualan lewat pasar online atau marketplace. Nah UMKM di Madura membaca peluang ini,” sambung Hidayat.

Dia menyebut, peran UMKM dalam pertumbuhan ekonomi sangat dirasa karena membuka banyak lapangan kerja dan juga menyumbang devisa negara, selain menjadi suplier perusahaan besar. Padahal, menurut dia, potensi UMKM di Madura sangat besar karena ditopang dari potensi alam dan kondisi pasar, seperti hasil pertanian, hasil laut, kuliner dan kerajinan rakyat.

“Namun, semuanya ini perlu pendampingan untuk akselerasi UMKM Madura,” kata Prof. Hidayat. ***