Fahri Hamzah: Figur Prabowo Diperlukan untuk Jadi Jubir Bangsa Sebesar Indonesia

oleh
oleh

JAKARTA, REPORTER.ID – Wakil Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Fahri Hamzah menegaskan bahwa secara geopolitik, figur Prabowo Subianto diperlukan untuk menjadi juru bicara atau Jubir bangsa sebesar Indonesia. Bahkan, Fahri berpandangan figur Prabowo adalah sosok yang dikehendaki para pendiri bangsa, karena memiliki reputasi di dalam dan luar negeri, sehingga bisa ikut menjaga perdamaian dunia seperti apa yang diamanatkan dalam konstitusi.

“Peran global Indonesia dalam pengantar tata dunia yang lebih akan semakin diperlukan. Dan orang yang punya kapasitas atau  calon presiden yang punya kapasitas sebesar itu, adalah Pak Prabowo,” kata Fahri dalam program Gelora Petamaya dengan tema ‘Pemilu 2024, Antara Koalisi Parpoi dan Koalisi Warganet’ yang ditayangkan di kanal YouTube Gelora TV, dikutip Senin (14/8/2023).

Masih dikatakan Fahri, secara geopolitik Prabowo diperlukan oleh Indonesia untuk menjadi juru bicara bagi sebuah bangsa besar yang harusnya punya peranan yang lebih aktif dimasa akan datang. Karenanya menurut dia, Prabowo adalah calon presiden (capres) yang paling kuat dan solid saat ini, termasuk dari sudut pembiayaan, sementara capres lain masih menunggu kepastian.

“Posisi Pak Prabowo sekarang sangat menguntungkan sebagai calon yang sudah akan jadi di hari-hari ke depan. Kita akan lihat stabilitas dukungan kepada Pak Prabowo akan semakin tinggi kita lihat ke depan,” ujarnya.

Namun, Wakil Ketua DPR Periode 2014-2019 ini mengkritik koalisi partai politik (parpol) saat ini yang lebih mengedepankan pengumpulan ‘tiket’ Pilpres, bukan gagasan.

“Pertemuan-pertemuan selama ini, bukan pertemuan gagasan. Tapi merupakan pertemuan, kamu punya berapa tiket. Tiketnya bisa digabung atau tidak, serta berbasisnya lebih pragmatis dan trasaksional,” katanya.

Partai Gelora sendiri, lanjut Fahri, mengajak partai politik (Parpol) dan capres untuk mengutamakan gagasan daripada mengedepankan kepentingan pragmatis untuk mengumpulkan jumlah tiket Pilpres 2024.

“Jadi memang ada kepentingan pramatis supaya partai-partai mengumpulkan jumlah tiket yang cukup. Karena itu mungkin perubahan akan mungkin terjadi pada saat last minute. Hal Ini akibat persyaratan Presidential Treshold (PT) sebesar 20 persen,” katanya.

Persyaratan PT 20 persen ini, kata Fahri, membuat koalisi parpol sekarang sangat rawan, seperti yang terjadi di Pemilu 2024. Sehingga pertemuan elit hanya melahirkan simbolisasi dari figur yang didukung, bukan gagasannya.

“Makanya kemudian koalisinya bergantung kepada pengumpulan tiket atau PT 20%. Makanya dia sangat bergantung juga kepada posisi dari calon presiden dan wakil presidennya. Tapi kondisi sekarang akan semakin menguntungkan posisi Pak Prabowo, dia semakin diperlukan bagi kepemimpinan Indonesia yang akan datang,” pungkas Caleg dari Partai Gelora Indonesia untuk Dapil Nusa Tenggara Barat (NTB) I tersebut.  ***