JAKARTA,REPORTER.ID – Momentum hari raya Idulfitri setiap tahunnya harus menjadi momentum untuk menggerakkan ekonomi masyarakat, khususnya di daerah berbarengan dengan arus mudik ke kampung halaman. Sekaligus mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah. Tapi, kalau terbukti tidak terjadi, maka harus dikaji secara serius, karena seharusnya perputaran uang itu cukup besar.
“Momen mudik itu momen ekonomi. Artinya perekonomian masyarakiat di daerah akan bergerak, membaik sejalan dengan pergerakan masyarakat yang mudik ke kampung. Kalau tidak, maka perlu evaluasi dan dikaji bagaimana perputaran uang Idulfitri itu mampu memperbaiki kesejahteraan, mengentaskan kemiskinan dan sebagainya,” tegas Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi PKS, Reni Astuti.
Hal itu disampaikan Reni
dalam dialektika demokrasi “Evaluasi Kebijakan Mudik 2025: Efektivitas, Tantangan, dan Rekomendasi untuk 2026” yang digelar Koordinatoriat Wartawan Parlemen (KWP) bekerja sama dengan Biro Pemberitaan DPR RI bersama Anggota Komisi V DPR RI dari Fraksi Partai Gerindra H. Danang Wicaksana, Anggota Komisi III DPR RI, Hinca Pandjaitan, Perwakilan AKBP Renaldi Oktavian, Kasubagdalops Bag Ops Korlantas Polri, dan pengamat Kebijakan Publik, Trubus Rahadiansyah, di Gedung DPR RI Senayan Jakarta, Kamis (17/4/2025).
Berdasarkan data dari Kemenhub RI mudik 2025 ini mengalami penurunan jika dibandingkan 2024, yang mencapai 24%. Atau anjlok dari 193,6 juta ke 147 juta pemudik.
Demikian juga data Bank Indonesia (BI) yang menunjukkan jumlah uang beredar (JUB) dalam artian sempit (M1) melemah 16,5% dibandingkan momen yang sama di 2024 atau uang beredar hanya di angka Rp114,37 triliun. Sedangkan 2024, tambahan uang beredar ketika Ramadan dan Idulfitri mencapai Rp136,97 triliun.
Padahal, BI menyiapkan pasokan uang tunai sebesar Rp180,9 triliun lebih rendah dibandingkan tahun 2024 yang mencapai Rp197,6 triliun.
Lebih lanjut Reni mengatakan jika evaluasi meliputi transportasi dengan diskon pesawat, dan subsidi dari pemerimtah Rp286 miliar, ternyata hanya mengalami kenaikan 2%. Sehimgga subsidi itu harus dikaji, yaitu kemana uang sebesar itu? “Memang kalau dilihat pada per satu juta pergerakan manusia menurunnya jumlah pemudi itu kecil, tapi kalau secara total dibandingkan tahun 2024 itu di atas 20%,” ujarnya.
Danang mengakui jika penurunan jumlah pemudik dan perputaran uang selama puasa dan idulfitri tersebut pasti berbading lurus dengan penurunan jumlah kecelakaan dan kelancaran arus mudik itu sendiri. “Hanya saja perlu riset mendalam apakah dengan jumlah pemudik turun, kebijakan WFA (work from anywhere), penerapan satu tiket, jumlah angkutan umum,.masih banyak yang menggunakan roda dua, dan sebagainya itu benar-benar berbading lurus? Inilah diperlukan riset,” ungkap politisi Gerimdra ini.
Namun secara keseluruhan mudik tahun 2025 ini mengalami perbaikan dan penurunan kecelakaan dengan 146 juta pergerakan manusia.
“Artinya 50% plus dari penduduk Indonesia yang mudik dengan rekayasa lalu lintas dan berbagai kebijakan selama idulfitri itu menghasilkan beberapa terobosan yang ternyata ini sangat efektif untuk memperlancar arus mudik – balik,” jelas Danang.
Menurut Renaldi, jika dilihat dari pergerakan kendaraan pada lebaran kali ini mengalami kenaikan hingga 2,5juta dibanding 2024 yang 2,4juta kendaraan. Baik yang masuk maupun keluar Jakarta. “Tapi, untuk jumlah pergerakan manusia, Polri belum tahu,” ungkapnya.
Penurunan itu sebesar 31% untuk jumlah kecelakaan di jalan nasional dari 4.639 menjadi 3.181 begitu juga untuk fatalitas fatalitas ini mengalami penurunan. Untuk yang meninggal dunia 53%, tahun itu 78%, yang luka 368 orang. “Ini menjadi proyeksi untuk pengamanan tahun 2026 melalui sinergitas dan kolaborasi dengan seluruh kementerian lembaga dan elemen masyarakat. Terakhir Polri minta untuk mudik gratis pelaksanaannya jangan serentak karena akan terjadi penumpukan bus di.jalan,” tambah Renaldi.
Hinca Panjaitan menyontohkan di Sumatera Utara jika mudik juga berlangsung baik, lancar dan aman dengan operasi ketupat 2025. Selain itu, ada pelayanan dokter kesehatan dan lain-lain. “Polda Sumatera Utara persiapannya menurut saya sangat bagus, perfect perfect-nya,” katanya.
Sementara itu menurut Trubus, akibat kondisi ekonomi yang stagnan, menjelang masuk sekolah, ada panen yang gagal dan sebagainya, maka lebaran kali ini tidak mampu menggerakkan ekonomi masyarakat, sehingga perputaran uang di daerah juga turun, daya beli masyarakat juga turun. “Saya kira lebaran 2025 ini harus mendapat perhatian serius agar bagaimana momen idulfitri 2026 nanti bisa genjot ekonomi di daerah,” ungkapnya.