Fahri Hamzah: Kepemimpinan Prabowo di 80 Tahun RI Merdeka Bukan Kebetulan

oleh
oleh
Bincang-bincang Fahri Hamzah dengan Prabowo Subianto. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, REPORTER.ID – Menjelang peringatan 80 tahun kemerdekaan Indonesia, politikus senior Fahri Hamzah menyampaikan refleksi mendalam tentang makna simbolik kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto. Menurut Fahri, ada rangkaian angka dan peristiwa unik yang mengiringi momentum bersejarah ini.

“Saya terharu bahwa dalam refleksi 80 tahun Indonesia merdeka di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto tahun 2025 ini ditandai oleh angka-angka unik yang secara simbolik memiliki makna baik,” tulis Fahri dalam akun X pribadinya, dikutip Minggu (9/8/2025).

Fahri menilai, keunikan itu terlihat dari sebutan “08” yang melekat pada Prabowo. Nomor tersebut bukan merujuk pada urutan presiden, melainkan nomor punggungnya saat berdinas di militer. Kebetulan –yang diyakininya bukan sekadar kebetulan— angka itu selaras dengan bulan kedelapan, Agustus, saat Indonesia merayakan kemerdekaan ke-80.

“Presiden Prabowo memimpin Indonesia setelah diuji niatnya berkali-kali, disingkirkan dan dikalahkan, sampai akhirnya berada di puncak kekuasaan. Ini pertanda baik,” ujarnya.

Fondasi Kepemimpinan

Menurut Fahri, yang kini dipercaya menjabat sebagai Wakil Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) itu, perjalanan panjang Prabowo yang penuh tantangan justru membentuknya menjadi pemimpin yang siap menghadapi dekade penuh dinamika global. Mulai dari isu perubahan iklim, geopolitik yang fluktuatif, hingga percepatan perkembangan teknologi.

Ia menambahkan, dalam dua buku Prabowo —Paradoks Indonesia dan Solusinya serta Strategi Transformasi Bangsa— terdapat dua agenda besar yang menjadi pilar kepemimpinan: mengakhiri kebocoran dalam segala definisinya, terutama korupsi, serta mengakhiri ketimpangan dalam berbagai bentuknya.

“Presiden berkali-kali mengatakan bahwa Indonesia harus menjadi negara maju. Syaratnya, batu batanya harus disusun satu per satu,” kata Fahri.

Menolak Perlakuan Feodalisme

Wakil Ketua DPR RI periode 2014-2019 ini, juga mengungkap sisi personal Prabowo yang menolak perlakuan berlebihan terhadap pemimpin. Ia mencontohkan, dalam sebuah sarapan di Beijing, Prabowo mempertanyakan tradisi berdiri saat pemimpin memasuki ruangan.

“Prabowo bukanlah manusia feodal. Dia ingin kita memajukan akal sehat daripada sikap feodal yang tidak rasional,” tutur Fahri seraya mengingatkan, masyarakat sebaiknya tidak mengulang kesalahan masa lalu yang terlalu memuja pemimpin saat berkuasa, tetapi kemudian bersikap kejam setelah pemimpin tersebut lengser.

Menjelma jadi Pemimpin Dunia

Sebagai salah satu orang dekat di lingkaran kekuasaan, Fahri mengaku kagum melihat kepercayaan diri Prabowo. Buktinya, menurut dia, belum setahun memimpin Indonesia, Prabowo sudah menjelma menjadi pemimpin dunia dan bendera merah putih berkibar di mana-mana.

Meski begitu, Fahri menilai diperlukan “penafsir” yang tepat untuk memahami mimpi dan rencana besar presiden, serta “operator” yang mampu merealisasikan janji kampanye bagi rakyat.

Momentum Bersejarah

Menutup refleksinya, Fahri menegaskan bahwa kepemimpinan Prabowo di usia 80 tahun kemerdekaan Indonesia adalah momentum penting untuk menetapkan arah bangsa ke depan.

“Semoga bangsa Indonesia ke depan akan menjadi semakin kuat, maju, dan jaya menuntaskan seluruh cita-cita kemerdekaan kita,” pungkasnya. ***